Masing-masing sekolah memiliki sarana
prasarana dan sumber belajar yang berbeda-beda. Sarana prasarana dan sumber
belajar yang lengkap ataupun minim, tak menjadi masalah jika dikelola dengan
cara yang inovatif agar dapat meningkatkan mutu pendidikan. Selain dari segi
sarana prasarana dan sumber belajarnya, banyak situasi ideal bersenjangan
dengan situasi aktual yang merupakan masalah yang dihadapi guru. Interaksi guru
dan murid yang tidak harmonis dapat menimbulkan masalah. Seringkali pandangan
guru keliru terhadap muridnya. Murid hanya sebagai penerima padahal murid
senantiasa ingin dihargai agar tumbuh semangat, motivasi, dan gairah dalam
belajarnya. Murid juga kurang berani mengeluarkan pendapat akibat dari kosa
bahasa guru yang terlalu tinggi dalam menjelaskan materi sehingga murid juga
menjadi tidak dapat memahami materi mana yang penting dan tidak penting karena
seringkali materi bersifat abstrak. Hal itu dikarenakan kekakuan guru dalam
pembelajaran yang dominan pada satu buku yang kiranya sudah sesuai dengan
kurikulum juga karena materi itu terlalu banyak sebagai akibat dari kurikulum
yang terlalu gemuk. Guru masih terpaku pada buku paket dan kurang berani
berkreasi dan berinovasi untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
yang baik. Kemampuan murid yang sangat beragam perlu mendapat layanan, tapi
banyak guru yang mengabaikan individu. Kemampuan murid yang pintar cenderung
mendapat perhatian yang besar oleh guru dan murid yang bodoh diabaikan.
Sehingga murid pintar akan semakin pintar dan murid bodoh semakin tertinggal.
Selain itu guru juga memberi perlakuan yang berbeda-beda pada individu yang
“wah” karena faktor kecantikan, ekonomi, dll.
Masalah yang dihadapi guru akan semakin
parah dengan adanya kendala seperti kurangnya dana penunjang untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dalam proses pembelajaran. Akibat dari kurangnya dana
penunjang, peralatan untuk pelajaran ketrampilan menjadi kurang memadai. Selain
itu guru SD mempunyai banyak jam mengajar sehingga penyusunan satpel dan
tugas-tugas lain dari pemegang otoritas menjadi beban berat. Hal ini
mengakibatkan guru tersebut tak sempat memikirkan inovasi. Guru pun sering
mengikuti rapat atau penataran yang mengakibatkan banyak waktu pelajaran yang
terbuang sehingga berkurangnya penanganan terhadap murid. Kelas yang terlalu
besar pun menyebabkan guru tak memperhatikan setiap gerak individu. Dalam
belajar mengajar, banyak guru yang masih belum paham terhadap CBSA disebabkan
kurangnya informasi/penataran oleh berbagai pihak, hal ini menimbulkan
keseragaman dalam strategi belajar bersama.
Bermacam-macam inovasi dapat diciptakan
oleh guru dalam hal metode mengajar, pengadaan alat pelajaran, penilaian hasil
belajar, dan dalam remidial
teaching.
Inovasi dalam metode mengajar dapat dilakukan oleh guru dengan cara
memperlakukan mereka sebagai manusia yang bermartabat, mendorong untuk berfikir
kritis, dan memberi kesempatan murid belajar mandiri. Tak hanya itu, inovasi
dalam pengadaan alat pengajaran, seorang guru dapat memanfaatkan berbagai
sumber alat pengajaran yang ada seperti pemanfaatan lingkungan. Banyak sekali
komponen-komponen lingkungan alam yang dapat dijadikan alat pengajaran. Pemanfaatan
lingkungan sosial seperti mendatangkan petugas penyuluh kesehatan yang dapat
dijadikan sebagai sarana pengadaan alat pengajaran. Alat yang sudah tersedia pun
hendaknya juga dimanfaatkan dengan baik agar dapat menunjang keberhasilan
siswa.
Hasil belajar siswa dapat
dinilai dengan penilaian proses yang dalam hal ini guru dapat mengembangkan tes
formarif setiap akhir pengajaran dan diketahui oleh siswa sehingga siswa
senantiasa termotivasi. Menghindari kejenuhan siswa patutlah dilakukan dengan berbagai
macam. Hasil belajar juga dapat dinilai oleh siswa sendiri melalui diskusi
kelompok. Hal ini akan menumbuhkan sikap jujur pada siswa. Tatkala hasil
belajar yang didapat tak sesuai dengan yang diharapkan, siswa yang kurang dalam
hasil belajarnya dapat memanfaatkan siswa yang pintar sebagai tutor belajarnya.
Selain menggunakan tutor, juga dapat belajar bersama kelompok guna memecahkan
suatu masalah.
Masalah dan kendala yang
ada, perlu dicarikan alternatif baru untuk memecahkan masalah dengan cara yang inovatif.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi masalah dengan
memahami aspek-aspek permasalahan. Permasalahan yang dialami oleh siswa dalam
belajar dapat beraneka ragam dari mulai masalah yang timbul pada diri siswa itu
sendiri dan dari luar diri siswa (sekolah, guru dan keluarga). Permasalahan ini
dapat kita identifikasi melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar dan
kebiasaan belajarnya atau dengan kata lain dapat dengan melihat sikap dan
tingkah laku siswa. Setelah mengidentifikasi, langkah selanjutnya guru mencari
sebab-sebab terjadinya masalah/diagnosa. Hal ini bukanlah pekerjaan yang
gampang. Guru harus melihatnya dari berbagai segi, misal dari faktor
internalnya ataupun eksternalnya.
Setelah diagnosa berhasil dilakukan, dicarilah suatu alternatif yang
mungkin bisa dipilih untuk memecahkan masalah dan kendala yang ada. Misalnya saja dalam masalah kekeliruan
pandangan guru, dapat dicarikan alaternatifnya dengan menghargai pekerjaan
siswa, membangkitkan semangat percaya diri siswa, mengembangkan perasaan
berprestasi siswa, dll. Dalam menetapkan alternatif yang akan dipilih, guru
harus mengadakan penganalisisan atau pengkajian yang lebih mendalam tentang
kekuatan dan kelemahan setiap alternatif yang ada. Dalam penganalisisan itu, ada
kemungkinan timbul alternatif lain yang dapat dipertimbangkan bersama alternatif
yang sudah ada, yang mungkin saja akan lebih cocok untuk digunakan memecahkan
masalah.
Dalam menyiapkan pelaksanaan alternatif yang dipilih, guru harus
meneliti dan mengkaji kembali setiap alternatif dari berbagai alternatif
pemecahan masalah dan kendala yang sudah dijelaskan dalam identifikasi
pemacahan masalah dengan mempertimbangkan situasi lingkungan sekolah
masing-masing. Saat seluruh persiapan dan rencana telah dimatangkan, langkah
selanjutnya ialah mencoba alternatif itu kepada siswa secara terbatas untuk
diamati, baik proses maupun hasilnya. Tindakan ini dilakukan untuk menjaga agar
tidak terjadi kesalahan yang meluas bila uji lapangan belum mencapai sasaran.
Bila telah berhasil maka dapat dikembangkan ke sasaran yang lebih luas. Dengan
demikian, guru berkewajiban mengatur pelaksanaan inovasi itu seteliti mungkin
sehingga dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan.
Penilaian hasil inovasi perlu dilakukan untuk langkah lebih lanjut,
dengan menganalisis hasil inovasi pembelajaran dengan cara melihat apa saja
kekurangan yang terdapat dalam inovasi pembelajaran tersebut. Bila dalam sebuah
inovasi pembelajaran tidak terdapat kelemahan, maka inovasi tersebut layak untuk
diterapkan tidak dalam satu kelas saja, melainkan pada satu sekolah bahkan
daerah. Jika dalam sebuah inovasi ditemukan kekurangan maka dicari pemecahan
masalahnya agar inovasi pembelajaran tersebut semakin baik dan sempurna.
ini ada hubungannya dengan MSDM nggak ?
ReplyDelete