A. Pengertian Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik
yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan
dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
(http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Berdasarkan http://hatmanbahasa.wordpress.com/2010/02/16/morfologi-bahasa-indonesia/
, juga menjelaskan bahwa “morfologi adalah cabang lunguistik yang
mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.”
Jadi, morfologi adalah
ilmu bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata serta perubahan-perubahan
bentuk kata terhadap makna dan golongan kata atau kelas kata. Bentuk kata
tersebut dapat berupa kata dasar dan juga kata jadian. Objek pembicaraan
morfologi secara structural adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada
tingkat tertinggi.
B. Morfem dan Klasifikasi
Morfem
Seperti yang telah
diutarakan diatas bahwa objek pembicaraan morfologi secara struktural adalah
morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi. Itu berarti bahwa
sasaran penyajian dalam morfologi adalah kata dan morfem.
Berdasarkan http://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/morfologi-2/,
“morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna
leksikal maupun makna gramatikal”. Morfem juga dapat dikatakan sebagai
unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa.
Jadi,
morfem adalah unsur terkecil dari pembentukan kata yang mempunyai makna dan
disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. http://susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id/2009/04/12/ataran-linguistik-morfologi/ menyatakan bahwa menentukan sebuah satuan
bentuk termasuk morfem atau bukan, perlu membandingkan bentuk tersebut di dalam
kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa
hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah
sebuah morfem. Kesamaan arti
dan kesamaan bentuk merupakan ciri atau identitas sebuah morfem.
Sebuah
kata dapat terdiri dari satu morfem atau lebih. Jika sebuah kata dipotong
menjadi bagian yang lebih kecil, kemudian dipotong lagi secara terus menerus
menjadi bagian yang sangat kecil, maka tidak akan menjadi tidak mempunyai
makna. Kata memperkecil dapat dipotong menjadi mem-per-kecil. Kata kecil
masih mempunyai makna. Namun, jika kata”kecil” dipotong lagi menjadi ke-cil
masing-masing menjadi tidak mempunyai makna Begitupula dengan kata
"minum". "Minum" tidak akan berfungsi dan memberi makna
jika dipecahkan kepada mi dan num. Sebaliknya, kata "diminum" boleh
dipecahkan kepada dua morfem, yaitu "di" dan "minum".
Kesimpulannya, perkataan boleh terdiri daripada beberapa morfem.
Sebuah kata dapat memiliki beberapa morfem. Morfem
dapat dibedakan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu morfem bebas dan morfem
terikat.
a. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem
yang mampu berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat
serta mempunyai makna tanpa
harus terlebih dahulu menggabungkannya dengan morfem lain, seperti: Dia minum susu.
Morfem bebas sama dengan kata,
tapi kata yang dimaksud adalah kata yang tidak memilki imbuhan (kata dasar).
Oleh karena itu, morfem bebas juga dikatakan sebgai kata dasar. Berdasarkan http://sujak001.wordpress.com/kajian-bahasa-indonesia-sd-pgsd/, adapun kata menurut
bentuknya meliputi:
1) Kata dasar
2) Kata jadian, yang
terbagi lagi menjadi
a. Berimbuhan
b.
Kata ulang
c. Kata
majemuk
Seperti yang telah
diutarakan bahwa sebuah kata dapat terdiri dari beberapa morfem atau
penggabungan morfem yang selalu mengikuti tata tingkat yang teratur. Oleh
karena itu, untuk menentukan proses pembentukan suatu kata, perlu dianalisis
unsur-unsur yang tergabung dalam kata tersebut. Contoh: kata pedagang dibentuk dari unsur pe dan dagang, dan
kata pendudukan kata ini terdiri atas 3 unsur yaitu pen, duduk, dan
an. Kata perbuatan mengandung ide yang berbeda dari kata penduduk dan dudukan.
Berarti morfem pe- dan –an pada kedua kata yang terakhir ini
tidak sama fungsinya dengan morfem per-an pada kata pendudukan. Sebab itu,
berarti kata pendudukan terbentuk dari unsur dan per-an.
Analisis ini disebut analisis unsur bawaan terdekat, dan disebut
bentuk dasar.
Perhatikan contoh berikut.
Analisis unsur bawaan
terdekat
|
||
Singkir
|
Kan
|
|
Meny
|
Singkirkan
|
|
Menyingkirkan
|
b. Morfem Terikat
Morfem terikat merupakan
morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan belum mengandung makna, tetapi harus melekat
pada bentuk lain yang berupa bentuk bebas. Morfem
terikat harus digabung dengan morfem bebas agar dapat membentuk kata dan
mempunyai makna Morfem terikat dalam bahasa Indonesia ada 2 macam, yakni
morfem terikat morfologi dan morfem terikat sintaksis.
1). Morfem Terikat Morfologi
Berdasarakan
http://sujak001.wordpress.com/kajian-bahasa-indonesia-sd-pgsd/, morfem terikat morfologi
yakni morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar. Morfem itu antara lain:
a)
Prefiks = awalan:
me-, ber, pe-, per-, se-, ke-
b)
Infiks = sisipan : -er-,
-el-, -em-
c)
Sufiks = akhiran : -i,
-kan, -an
d)
Konfiks = imbuhan gabungan
senyawa : per-an, ke-an, dan lain-lain.
Morfem terikat morfologi mempunyai
fungsi yang bermacam-macam.
a)
Imbuhan yang
berfungsi membentuk kata kerja, yaitu: me-, ber-, di-, -kan, -i dsb.
b)
Imbuhan yang berfungsi
membentuk kata benda yaitu: pe-, ke-, -an per-an, -man,- wati, -wan, dsb.
c)
Imbuhan yang berfungsi
membentuk kata sifat, yaitu: ter-, -i, -wiah, -iah.
d)
Imbuhan yang berfungsi
membentuk kata bilangan, yaitu: ke-, se-.
e)
Imbuhan yang berfungsi
membentuk kata tugas, misalnya: se- dan se-nya.
Berdasarkan contoh di atas
menunjukkan bahwa setiap kata berimbuhan akan tergolong dalam satu jenis
tertentu, tetapi hanya imbuhan yang merupakan unsur langsung yang dapat
diidentifikasi fungsinya sebagai pembentuk jenis kata.
Kata dengan imbuhan yang
berbeda, morfem dasar yang sama, akan berbeda maknanya. dengan imbuhan yang
sama, morfem dasarnya berbeda, dapat menghasilkan persamaan makna imbuhan
yaitu jenis kata benda. Contoh akhiran –an pada morfem dasar tepi, darat,
lapang; menjadi tepian, daratan, lapangan, ternyata menunjukkan persamaan makna
imbuhan, yaitu tempat. Juga, Imbuhan sama, melekat pada morfem dasar yang sama,
tetapi mengandung makna yang berbeda perhatikan contoh berikut.
a) Berkaca:
Jendela kamarnya berkaca. (mempunyai kaca)
Ia berkaca sambil
berdandan. (menggunakan kaca)
Berdasarkan http://sujak001.wordpress.com/kajian-bahasa-indonesia-sd-pgsd/,
makna struktural adalah ketidaksamaan
makna dari kata-kata di atas disebut, hal
ini disebabkan karena pengaruh kata yang menjadi unsur dalam kalimat tersebut. Cara-cara
untuk menentukan makna struktural dalam kata berimbuhan:
a) Menentukan
morfem dasar dan satuan dasarnya
b) Menentukan apakah
makna kata berimbuhan itu diturunkan langsung dari morfem dasarnya.
c) Menentukan
hubungan makna morfem dasar dengan makna berimbuhan
d) Menguji
hasilnya melalui pemakaian kata itu dalam kalimat
Awalan yang mempunyai
variasi bentuk seperti di atas adalah me-, ber-, ter-, dan pe-. Morfem imbuhan menentukan makna kata. Maka sebuah imbuhan yang menjadi
unsur langsung pembentuk sebuah kata, merupakan penentu makna bagi kata yang
dilekatinya.
2). Morfem Terikat Sintaksis
Berdasarkan http://sujak001.wordpress.com/kajian-bahasa-indonesia-sd-pgsd/,
morfem
terikat sintaksis adalah morfem dasar yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai
kata. Contoh: Mereka yang membeli dan membagikan buah itu.
Dapat diklasifikasikan berdasarkan morfemnya sebagai
berikut:
Mereka, beli, bagi, buah, adalah morfem bebas.
Mem-, mem-kan adalah morfem terikat morfologis.
yang, dan adalah
morfem terikat sintaksis. Kata yang, dan
tidak mengandung makna
tersendiri.
C.
Afiksasi
Afiks (imbuhan) adalah
suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung, yang
bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah leksem menjadi kata
kompleks, artinya mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap,
seperti mempunyai subjek, predikat, dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri
disebut afiksasi (affixation). Imbuhan (afiks) adalah bentuk (mofem) terikat
yang dipakai untuk menurunkan kata.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada
suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata.
Contoh:
“ber” – pada kata “LARI” menjadi berlari
“-an” pada “PAKAI” menjadi pakaian
Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya
dikenal ada empat, yaitu:
1. Prefiks
(Awalan)
Ialah
afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (kata dasar atau kata
kompleks/ jadian.
Contoh:
v Ber--
berjalan, bermain
v Di-- ditulis, dibeli, dipukul
v meN-
- menulis, membaca, mempertahankan
v ter—
terpilih, terbawa
2. Sufiks
(Akhiran)
Ialah
morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata atau dilekatkan pada
akhir dasar.
Contoh:
-an – makanan, mainan
-kan — ambilkan, satukan, jadikan
-man, -wati – seniman, seniwati
3. Infiks
(Sisipan)
Ialah
gabungan prefiks dan sufiks yang diletakan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
-el-
= geletar
-em-
= gemetar
-er-
= gerigi
-in-
= kinerja
4. Konfiks
Ialah
gabungan prefiks dan sufiks yang diletakan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
Ber—an
= berdatangan, berhamburan,berkejaran
Ke—an
= keuangan, keahlian, kejadian, kelangkaan
Per—an
= perjuangan, pertemuan, peradaban
Se—nya
= sebaik-baiknya, sebesar-besarnya, sepintar-pintarnya
D. Alomorf
Menurut
Hasan Alwi dkk, ( 2003:29) Alomorf merupakan
”anggota suatu morfem yang wujudnya bebrbeda, tetapi mempunyai fungsi dan makna
yang sama.”.
Dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Alomorf,
Alomorf adalah “istilah linguistik untuk
variasi bentuk suatu morfem karena pengaruh
lingkungan yang dimasukinya. Variasi ini terjadi pada perubahan bunyi
(fonologis) tanpa perubahan makna.”.
Dalam
http://bahasa-segalanya.blogspot.com/2011/12/morfem-morf-alomorf-dan-formatif.html,
Alomorf adalah anggota dari himpunan morf yang mewakili morfem khusus
yang ditentukan secara fonetis, leksikal, atau gramatikal.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa alomorf adalah variasi atau anggota suatu morfem yang
ditentukan secara fonetis, leksikal, atau gramatikal karena pengaruh lingkungan
yang dimasukinya, yang diucapkan secara berbeda(bunyinya) tetapi fungsi dan
maknanya tetap sama.
Dalam
sebuah kata bisa terdapat satu, dua, tiga, atau enam alomarf. Iwardany dalam (http://iwardany.wordpress.com/2012/01/13/alomorf-dan-distribusi-alomorf/.
Alomorf di
sini adalah varisasi afiks yang terjadi karena adanya pertemuan dengan fonem
yang berbeda yang bisa menghasilkan : pemunculan fonem, pengekalan fonem,
peluluhan fonem, dll.
Afiks
|
Alomorf
|
Ciri-ciri
|
Contoh
|
Keterangan
|
me-
|
meng-
|
Bentuk dasar dengan fonem awal
/a/, /i/,/u/, /e/, /o/, /Ə/, /k/, /g/,/h/, atau /x/.
|
me + ambil
->mengambil
|
Peluluhan /k/ kadang-kadang tidak
terjadi jika dirasakan perlu untuk membedakan makna tertentu, contoh pada
kata mengaji dan mengkaji.
|
menge-
|
Bentuk dasar dengan satu
suku kata ditambahkan dengan fonem /Ə/.
|
me + bom
->mengebom
|
||
me-
|
Bentuk dasar dengan fonem awal
/l/, /m/, /n/, /ñ/, /ƞ/, /r/, /y/, atau /w/ tidak ada yang mengubah bentuk
dasarnya.
|
me + latih
->melatih
|
||
men-
|
Bentuk dasar dengan fonem awal /d/
atau /t/.
|
me + duga
->menduga
me + tuduh
->menuduh
|
Untuk fonem /t/ kadang-kadang
luluh, kadang-kadang tidak, contoh pada kata menerjemahkan dan menterjemahkan.
|
|
mem-
|
Bentuk dasar dengan fonem awal
/b/, /p/, atau /f/.
|
me + babat
->membabat
|
-
Untuk fonem /b/ dan /f/ pada proses afiksasi terdapat penambahan fonem /m/,
sedangkan pada fonem /p/ terjadi peluluhan ke dalam fonem /m/.
-
Untuk bentuk dasar yang diawali dengan per, pro, dan pe tertentu
kadang-kadang tidak luluh.
|
|
meny-
|
Bentuk dasar dengan fonem awal
/s/.
|
men + sapa
->menyapa
|
Di dalam ejaan lama, bentuk dasar
dengan fonem awal /c/ dan /j/ turut diubah menjadi meny namun
saat ini sudah tidak lagi, contoh pada kata menyuci dan mencuci.
|
|
pe-
|
pe-
|
-
Bentuk dasar dengan fonem awal /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir
dengan /Ər/.
-
Bentuk dasar dengan fonem awal/m/, /n/, /r/, /l/, /w/, /y/, /ñ/, dan /ƞ/.
|
pe + rebut
->perebut
pe + manis
->pemanis
|
|
pel-
|
Pada bentuk dasar ajar
|
pe + ajari
->pelajari
|
||
per-
|
-
Bentuk dasar nomina, ajektiva, dan numeralia dengan fonem awal selain /r/
atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /Ər/ serta bukan morfem ajar.
-
Membentuk verba.
|
pe + besar
-> perbesar
|
||
pem-
|
Bentuk dasar dengan fonem awal
/b/, /p/, atau /f/.
|
pe +besar
->pembesar
|
Untuk fonem /b/ dan /f/ pada
proses afiksasi terdapat penambahan fonem /m/, sedangkan pada fonem /p/
terjadi peluluhan ke dalam fonem /m/.
|
|
pen-
|
Bentuk dasar dengan fonem awal /d/
atau /t/.
|
pe + tulis
->penulis
|
Untuk fonem /t/ kadang-kadang
luluh, kadang-kadang tidak, contoh pada kata penerjemah dan penterjemah.
|
|
peny-
|
Bentuk dasar dengan fonem awal
/s/.
|
pe +
sunting ->penyunting
|
Di dalam ejaan lama, bentuk dasar
dengan fonem awal /c/ dan /j/ turut diubah menjadi meny namun
saat ini sudah tidak lagi, contoh pada kata penyuci dan pencuci.
|
|
peng-
|
Bentuk dasar dengan fonem awal
/a/, /i/,/u/, /e/, /o/, /Ə/, /k/, /g/,/h/, atau /x/.
|
pe + karang
->pengarang
pe + ikut
->pengikut
|
Peluluhan /k/ kadang-kadang tidak
terjadi jika dirasakan perlu untuk membedakan makna tertentu, contoh pada
kata pengaji dan pengkaji.
|
|
penge-
|
Bentuk dasar dengan satu
suku kata ditambahkan dengan fonem /Ə/.
|
pe + bom
->pengebom
|
||
ber-
|
be-
|
Bentuk dasar dengan fonem awal /r/
dan beberapa bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /Ər/
|
ber + renang
->berenang
ber +
kerja ->bekerja
|
|
bel-
|
Apabila ditambahkan pada dasar
tertentu
|
ber + ajar
->belajar
ber + lunjur
->belunjur
|
||
ber-
|
Tidak berubah bentuknya apabila
digabungkan dengan dasar di luar ciri-ciri pembentuk alomorf be- dan bel-
|
ber + obat
->berobat
|
||
ter-
|
te-
|
Bentuk dasar dengan fonem awal /r/
|
ter +rasa
->terasa
|
|
tel-
|
Apabila ditambahkan pada dasar anjur
dan antar
|
ter + anjur
->telanjur
|
||
ter-
|
-
Jika suku pertamanya berakhir dengan /Ər/
-
Tidak berubah bentuknya apabila digabungkan dengan dasar di luar ciri-ciri
pembentuk alomorf te- dan tel-
|
ter + percaya
->terpercaya
ter + dengar
->terdengar
|
||
di-
|
di-
|
Tidak mengalami perubahan pada
bentuk dasar apapun
|
di + beli
->dibeli
|
Perlu diperhatikan bahwa di
sebagai prefiks harus dibedakan dengan di sebagai preposisi.
|
-an
|
-wan
|
Bentuk dasar dengan fonem akhir
/u/
|
pandu + an -> panduwan
|
Dalam sistem ejaan sekarang bunyi
/w/ tidak dituliskan. Bunyi /w/ tersebut menurut Harimurti disebut bunyi
luncuran sedangkan menurut Chaer disebut bunyi pelancar.
|
-yan
|
Bentuk dasar dengan fonem akhir
/i/ dan /ay/
|
hari + an -> hariyan
|
Dalam sistem ejaan sekarang bunyi
/y/ tidak dituliskan. Bunyi /y/ tersebut menurut Harimurti disebut bunyi
luncuran sedangkan menurut Chaer disebut bunyi pelancar.
|
|
‘an
|
Bentuk dasar dengan fonem akhir
/a/ yang bersuku terbuka
|
sama + an -> samaan
|
||
-an
|
Diimbuhkan pada bentuk dasar yang
berakhir dengan sebuah konsonan
|
jawab + an -> jawaban
|
Disebut dengan pergeseran fonem
karena konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks -an
tersebut.
|
|
-kan
|
-kan
|
Tidak mengalami perubahan pada
bentuk dasar apapun
|
tarik + kan -> tarikkan
|
|
-i
|
-i
|
Tidak mengalami perubahan pada
bentuk dasar apapun
|
naik + i -> naiki
|
Kata dasar yang berakhir dengan
fonem /i/ tidak dapat diikuti oleh sufiks -i.
|
E.
Nosi
Nosi
ialah arti gramatikal. Arti yang dimaksud disini bukanlah arti menurut kamus
melainkan arti menurut tata bahasa.
Bentuk dan makna Nosi:
1. Nosi
Prefiks
a. Nosi
Prefiks ber-
1) Mengusahakan/
menghasilkan
Contoh
: Ayam di kandang belakang sudah bertelur. (menghasilkan telur).
2) Memanggil/
menyebut
Contoh
: Anak dari kakak saya berpaman pada saya. (memanggil paman).
3) Mempunyai
Contoh
: Kucingku berbulu pirang. (mempunyai bulu).
4) Memakai/
menggunakan
Contoh
: Setiap hari Senin dan Selasa mahasiswa di FKIP UNS wajib berbaju putih.
(memakai baju).
5) Terdiri
atas
Contoh
: Kami pergi berlima. (terdiri atas lima).
6) Berkumpul
menjadi
Contoh
: Kami bersatu untuk memecahkan masalah ini. (berkumpul menjadi satu).
7) Bertempat
di
Contoh
: PT Ajijaya berkantor di Jl. Kuningan NO. 23. (bertempat di).
8) Berlaku
seperti
Contoh
: Adik bersikeras ikut bapak pergi. (berlaku seperti benda keras).
9) Dalam
keadaan
Contoh
: Adik bersedih karena nilainya jelek. (dalam keadaan sedih).
10) Saling
Contoh
: Andi dan Ari bersalaman. (saling menyalami).
11) Dikenai
pekerjaan
Contoh : Buku itu
bergambar kucing. (dikenai gambar).
b. Nosi
prefiks Di-
1) Membentuk
kalimat pasif
Contoh
: Adik menggendong kucing. (aktif)
Kucing
digendong adik. (pasif).
2) Dikenai
pekerjaan
Contoh
: Bukuku dicoret Ani. (dikenai coretan)
3) Dikerjakan
dengan alat
Contoh : Kertas berwarna itu digunting menjadi
empat. (dikerjakan dengan gunting).
4) Diberi/dipasang
Contoh : Buku ini disampul kertas biru.
(diberi sampul).
c.
Nosi
prefiks Se-
1)
Sama/
seperti
Contoh
: Indah secantik kakaknya. (sama cantik).
2) Sesudah/
setelah
Contoh : Setiba di bandara, kakak langsung menuju ke
rumah. (setelah tiba).
3) Satu
Contoh : Ayah dan paman bekerja sekantor (satu kantor).
4)
Seluruh
Contoh
: Warga sekampung pergi ke kota. ( seluruh kampong).
d.
Nosi
prefiks Me-
1)Membuat
kalimat aktif
Contoh : Adik menggendong boneka. (aktif)
2)Menjadi/menyerupai
Contoh : Agar- agar yang dibuat tadi
sudah mengeras. (menjadi keras).
3) Menuju
ke/pergi ke
Contoh : Pesawat itu sebentar lagi
mendarat. (menuju ke darat).
4) Membuat/menghasilkan
Contoh : Ibuku sangat senang merajut.
(menghasilkan rajut).
5) Melakukan
pekerjaan
Contoh : Kakak sedang mengetik laporan. (melakukan
pekerjaan ketik).
6) Menggunakan/
memakai
Contoh : Bapak sedang mencatut paku di tembok.
(menggunakan catut).
7) Memberi
Contoh : Paman sedang mengelem kerangka
layang- layang. (member lem).
8) Mengatakan/
mengucap
Contoh : Adik mengaduh karena jatuh. (mengatakan
jatuh).
e.
Nosi
prefiks ke-
1) Yang
di…
Contoh : Dia adalah kekasih kakakku. (yang dikasihi)
2) Tingkat/
tahapan/ urutan
Contoh : Sila kesatu Pancasila adalah Ketuhanan Yang
Maha Esa. (urutan pertama).
3) Kelompok/
kumpulan
Contoh : Keduanya sedang pergi ke pasar. (kumpulan
dari dua).
f.
Nosi
prefiks ter –
1) Tidak
sengaja
Contoh : Fotonya terbakar saat ia membakar sampah.
(tidak sengaja dibakar).
2) Dapat/
bisa
Contoh : Tulisan di depan masih terbaca.
(dapat dibaca)
3) Tiba-tiba
Contoh
: Tadi malam adik terbangun dari tidurnya. (tiba-tiba bangun)
4) Paling/
sangat
Contoh : Ani adalah anak terpintar di kelasnya.
(paling pintar).
5) Sudah
di/ selesai
Contoh : Semua hutang-hutangnya sudah terbayar.
(sudah dibayar).
6) Menyatakan
keadaan
Contoh : Jendela itu terbuka terbuka sejak malam
tadi. ( dalam keadaan buka).
g.
Nosi
prefiks Per–
1) Menjadikan/
menganggap
Contoh : Orang itu memperbudak temannya. (menjadikan
budak).
2) Membuat
jadi/ membagi jadi
Contoh : Sepertiga dari enam adalah dua. (dibagi
tiga).
3) Membuat
lebih/ menambah
Contoh : Gambar itu sebaiknya diperbesar. (dibuat
jadi besar).
h.
Nosi
prefiks Pe –
1) Menyatakan
alat untuk
Contoh : Kawat adalah pengikat yang kuat. (alat
untuk mengikat).
2) Pelaku
pekerjaan
Contoh : Dia menjadi penari saat acara perpisahan
nanti. (orang yang menari).
3) Yang
mempunyai sifat
Contoh : Adikku adalah anak yang pemberani.
(mempunyai sifat berani).
4)
Menyebabkan
adanya
Contoh
: Es ini tidak memakai pemanis buatan. (yang menyebabkan manis).
2.
Nosi
Infiks
a.
Nosi
Infiks
1) Menyatakan
Banyak
Contoh : Mata gergaji itu bergerigi. (banyak gigi).
2) Menyerupai
Contoh : Dia membersihkan meja dengan kemucing.
(menyerupai kucing).
3) Alat
Untuk
Contoh : Telunjuknya mengarah ke rumah itu. (alat
untuk menunjuk).
4) Pelaku
Pekerjaan
Contoh : Burung yang di pohon itu dinamakan burung
pelatuk. (burung yang biasa mematuk-matuk).
5) Menyatakan
Berulang-Ulang
Contoh : Isi buku ini sudah ia jelajahi.
(berulang-ulang di jajah).
3
Nosi
Sufiks
a.
Nosi
Sufiks -i
1) Membuang
Contoh : Ibu sedang menguliti durian di dapur.
(membuang kulit).
2) Menyatakan
Tempat
Contoh : Jika pergi ke tempat paman saya melewati
pasar. (lewat tempat).
3) Perbuatan
Berulang-Ulang
Contoh
: Petiki daun singkong yang masih muda saja! (berulang-ulang memetik).
4) Memberi
atau Membubuh
Contoh
: Tolong tandatangani kertas yang berwarna biru itu! (membubuhkan tanda
tangan).
5) Menyebabkan
Jadi
Contoh
: Jauhi perbuatan yang tidak baik! (membuat jadi jauh).
b.
Nosi
Sufiks –kan
1) Berlawanan
Dengan Kata Dasarnya
Contoh : Ani meminjamkan pensilnya pada saya. (
meminjamkan x pinjam).
2) Membawa
Ke
Contoh : Polisi memenjarakan pencuri itu. ( membawa
ke penjara).
3) Menganggap
Contoh : Dia memanusiakan hewan. ( menganggap
manusia).
4) Membuat
Jadi
Contoh
: Jalankan mobil ini! (membuat berjalan)
5) Melakukan
Pekerjaan Untuk Orang Lain
Contoh
: Tolong belikan ibu gula di warung. (membeli untuk ibu)
6) Menyebabkan
Sesuatu Menjadi
Contoh
: Tolong betulkan lampu yang ada di belakang. (menjadi betul).
c.
Nosi
Sufiks –an
1) Ukuran
Contoh : Di Pasar Klewer barang-barang di jual
kodian. (tiap-tiap/per kodi).
2) Menyerupai/
Tiruan
Contoh : Tumpukan buah dan sayur itu disebut
gunungan. (menyerupai gunung).
3) Yang
Di…
Contoh: Adik menerima bungkusan kecil berupa coklat
dari paman. (yang di bungkus).
4) Hasil
Pekerjaan
Contoh:
Tulisan saya di muat di majalah. (hasil menulis).
5) Alat
Untuk
Contoh:
Paman meletakkan pikulan kelapa di samping rumah. (alat untuk memikul).
6) Yang
Biasa Di
Contoh:
Indah sedang membeli makanan kesukaannya di kantin. ( yang biasa di makan).
7) Cara
Contoh:
Pikiran dia tidak jauh ke depan. ( cara berpikir).
8) Yang
Me-
Contoh:
Petani menggunakan insektisida untuk menghindari gangguan tanamannya. (yang
mengganggu).
9) Tempat
Contoh
: Tanjakan di sini cukup tinggi. ( tempat menanjak).
10) Kumpulan
Contoh
: Gudang digunakan untuk menyimpan barang-barang rongs okan. (kumpulan rongsok)
11) Banyak
Contoh
: Ibu membeli sayuran di pasar. (banyak sayur)
d.
Nosi
Sufiks -nya
1) Sebagai
Penentu
Contoh : Inilah uangnya yang kutemukan kemarin.
2) Sebagai
Kata Ganti Empunya
Contoh : Kemarin bukunya kupinjam.
3) Membentuk
Jenis Kata Lain
Contoh : Besarnya
nanti mau jadi apa? (kata keadaan kata
benda).
e.
Nosi
Sufiks –man,-wan, -wati
1) Orang
Yang Ahli
Contoh : Ayahnya adalah seorang sejarawan. (ahli sejarah).
2) Bertugas
Seperti Pada Kata Dasarnya
Contoh : Kakaknya bekerja sebagai wartawan.
3) Bersifat
Seperti Pada Kata Dasarnya
Contoh
: Dia adalah orang yang budiman.
f.
Nosi
Sufiks –is
Bersifat/ penganut faham seperti pada
kata dasarnya
Contoh
: Nasionalis, Pancasilais, dsb.
g.
Nosi
Sufiks –isme
Menyatakan aliran/ faham seperti pada kata dasarnya
Contoh : Pancasilaisme (berfaham
Pancasila), Kolonialisme (beraliran colonial), dsb.
4. Nosi
Imbuhan (Konfiks)
a. Nosi
Konfiks ke – an:
1) Hal
Contoh
: Istirahat secara teratur akan menjaga kesehatan. (hal sehat).
2) Tempat
atau Daerah
Contoh
: Paman tinggal dekat kecamatan kota. ( daerah camat).
3) Menderita
(Merasakan) atau Dikenai
Contoh : Ia kelelahan
setelah berlari selama 30 menit. ( merasakan lelah)
b. Nosi
Konfiks per – an
1) Hasil
me-/ ber-
Contoh
: Kejadian ini di luar perkiraan saya.
(hasil mengira).
2) Hal
Melakukan Perbuatan atau yang Berhubungan Dengan
Contoh
: Dia kuliah di perhotelan. ( hal yang berhubungan dengan hotel).
3) Kumpulan
Contoh : Dibalik
perbukitan itu kita bisa menemukan telaga. (kumpulan bukit).
c. Nosi
Konfiks pe – an
1) Hal
Melakukan Perbuatan
Contoh
: Penjualan tahun ini meningkat. ( hal menjual).
2) Hal
Menyebabkan Jadi
Contoh : Penyusutan ini
terjadi saat balon diletakkan di ruang yang dingin. (menyebabkan menjadi
menyusut).
d. Nosi
Konfiks ber – an
1) Menyatakan
Perbuatan Berulang-ulang atau Banyak
Contoh
: Burung berterbangan di angkasa. (banyak yang terbang).
2) Perbuatan
Dilakukan Oleh Dua Pihak
Contoh : Kedua anak itu
bersalaman.
e. Nosi
Konfiks se – nya
Nosinya
menyatakan tingkat paling tinggi
Contoh
: Isilah botol air ini sepenuh-penuhnya.
F. Makna dan Bentuk Kata Ulang
Kata ulang merupakan
kata yang dibentuk dengan pengulangan kata sebagian atau seluruhnya, dengan
perubahan atau tidak, Dalam proses morfologis kata ulang ini disebut
reduplikasi. Kata
ulang banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Bentuk kata ulang dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Perulangan seluruhnya
Yang dimaksud perulangan seluruhnya
adalah bentuk dasar kata kerja itu diulang seluruhnya. Perulangan ini
mengandung arti bahwa suatu perbuatan dilakukan berulang-ulang (intensitas).
Contoh: Anak itu menangis
tersedu-sedu.
2. Perulangan berprefiks
Yang dimaksud dengan perulangan
berprefiks adalah bentuk dasar kata kerja yang diulang seluruhnya dan mendapat
prefiks.
Contoh: Penonton berdesak-desakan.
3. Perulangan berkonfiks
Dalam perulangan berkonfiks, kata dasar
diulang seluruhnya dan mendapat konfiks.
Contoh: mereka berpandang-pandangan.
4. Kata ulang semu
Perulangan semu ialah kata dasar
yang berbentuk ulang. Apabila kata dasar yang berbentuk ulang itu tidak
diulang, tidak akan mempunyai makna. Jika dilihat dari bentuknya, kata itu
merupakan kata ulang dan jika dilihat dari segi arti kata itu merupakan kata
dasar.
Contoh; Orang itu pura-pura tidak
tahu.
Di bawah ini merupakan makna dari
kata ulang, yaitu:
Kata ulang yang menyatakan banyak
tidak menentu
Contoh: Pulau-pulau yang ada di
dekat perbatasan dengan negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah.
1. Kata ulang yang menyatakan sangat
Contoh: Sapu lantai itu
bersih-bersih!
2. Kata ulang yang menyatakan paling
Contoh: Anak itu lari
sekencang-kencangnya karena dikejar anjing.
3. Kata ulang yang menyatakan mirip /
menyerupai / tiruan
Contoh: Adik membuat kapal-kapalan
dari kertas.
4. Kata ulang yang menyatakan saling
atau berbalasan
Contoh: Kakak dan adik saling
berpandang-pandangan.
5. Kata ulang yang menyatakan bertambah
atau makin
Contoh: Biarkan dia main hujan!
Lama-lama dia akan kedinginan juga.
6. Kata ulang yang menyatakan waktu
atau masa
Contoh: Pagi-pagi sekali kakak sudah
berangkat ke kampus.
7. Kata ulang yang menyatakan berusaha
atau penyebab
Contoh: Setelah kejadian itu dia
menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah.
8. Kata ulang yang menyatakan
terus-menerus
Contoh: Adik selalu bertanya-tanya
pada dirinya apakah dia akan lulus ujian?
9. Kata ulang yang menyatakan agak
(melemahkan arti)
Contoh: Karena berjalan sangat jauh
kaki Adul sakit-sakit semua.
10. Kata ulang yang menyatakan beberapa
Contoh: Sudah bertahun-tahun, ayah
belum bisa melupakan musibah itu.
11. Kata ulang yang menyatakan sifat
atau agak
Contoh: Langit sore itu berwarna
kemerah-merahan.
12. Kata ulang yang menyatakan himpunan
pada kata bilangan
Contoh: Jangan beli permen
banyak-banyak, nanti gigimu sakit!
13. Kata ulang yang menyatakan
bersengang-senang atau santai
Contoh: Ular naga panjangnya bukan
kepalang berjalan-jalan selalu riang kemari.
14. Kata
ulang yang menyatakan bermacam-macam
` Contoh : Di pasar banyak terdapat
buah-buahan.
15. Kata
ulang yang menyatakan perihal
Contoh
: Kakakku sudah faham tentang karang-mengarang.
G. Kata
Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan 2 kata
atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak dapat di sisipi kata atau
jonjungsi lain . Contohnya : Kamar
tidur. Gabungan kata di atas termasuk contoh kata majemuk karena strukturnya
tetap, tidak dapat diubah-ubah letaknya. Kamar tidur (tidak logis)
Kemudian, gabungan kata tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, seperti yang, sedang, dll.
Kemudian, gabungan kata tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, seperti yang, sedang, dll.
1. Kamar (yang) tidur (tidak logis)
2. Kamar (sedang) tidur (tidak logis)
Selain itu, ciri lain dari kata
majemuk adalah gabungan kata tersebut membentuk makna baru. Namun, makna baru
tersebut masih dapat dirunut atau ditelusuri dari makna kata pembentuknya, atau
makna baru tersebut masih dapat diketahui asal usulnya..
1. Tas baru (a)
2. Joni sakit (b)
3. Rumah sakit (c)
Secara gramatika (tata bahasa) makna
yang terbentuk pada contoh (a) dan (b) sama dengan makna leksikal unsur
pembentuknya. Gabungan kata di atas mempunyai makna “tas (yang) baru” (a) dan
“Joni (sedang) sakit.”
Berbeda halnya dengan gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan kata pada contoh kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal unsur pembentuknya. Makna kata secara leksikal pada contoh kedua (c) adalah “rumah (yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati (rumah) dapat merasakan sakit seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang terbentuk dalam contoh (c) adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah yang disebut dengan membentuk makna baru atau arti baru, tetapi makna baru tersebut masih dapat ditelusuri dari makna kata pembentuknya. Misal rumah dari bangunan rumah dan sakit dari orang sakit, jadi rumah sakit adalah rumah untuk merawat orang sakit.
Berbeda halnya dengan gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan kata pada contoh kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal unsur pembentuknya. Makna kata secara leksikal pada contoh kedua (c) adalah “rumah (yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati (rumah) dapat merasakan sakit seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang terbentuk dalam contoh (c) adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah yang disebut dengan membentuk makna baru atau arti baru, tetapi makna baru tersebut masih dapat ditelusuri dari makna kata pembentuknya. Misal rumah dari bangunan rumah dan sakit dari orang sakit, jadi rumah sakit adalah rumah untuk merawat orang sakit.
H. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu proposisi
sehingga mempunyai paling tidak dua
predikat yang tidak dapat dijadikan suatu kesatuan (Hasan Alwi, dkk. 2003:40).
Jadi kalimat majemuk selalu berwujut dua klausa atau lebih. Klausa dipakai
untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat,
tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu (Hasan Alwi, dkk.
2003:39). Berdasarkan pengertian
tersebut kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1.
Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara terbentuk dari penggabungan beberapa
pola kalimat yang setara atau sederajat.
Contoh: Ayah membaca di ruang tamu
Ibu menjahit
di ruang tamu
Jika digabungkan menjadi:
Ayah membaca
dan ibu menjahit di ruang tamu.
Jenis- jenis kaimat majemuk setara:
a.
Setara penggabungan (dan, lagi, serta)
Contoh: Ani dan
Tini belajar di kelas.
b.
Setara kronologis / urutan waktu (setelah, kemudian,
lalu, dll.)
Contoh: Saya
berjalan-jalan kemudian istirahat di taman lalu pulang.
c. Setara
mempertentangkan / pertentangan (namun, meskipun, walaupun)
Contoh: Walaupun
jelek ia pandai.
d.
Setara memilih (atau)
Contoh: Kamu ikut
pergi atau tinggal di rumah.
e. Setara penguatan (lagi, lagi pula, bahkan,
apalagi)
Contoh : Shamsul anak yang pandai lagi rajin.
2.
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat, salah satu pola kalimat menduduki
pola atasan (induk kalimat) dan pola kalimat yang lain merupakan perluasan
unsur kalimat yang menjadi pola bawahan (anak kalimat).
Contoh: Dia pergi sebelum istrinya menangis.
Saya
bersedia meskipun dia menolak membicarakanya.
Peserta yang nilainya rendah harus
diuji lagi.
Jenis kalimat majemuk bertingkat:
a.
Anak kalimat keterangan subjek
Contoh: Gunung yang masih aktif itu akan meletus.
b.
Anak kalimat keterangan objek
Contoh: Ibu membeli sayuran yang dibawa orang dari desa.
c.
Anak kalimat keterangan
1)
Keterangan tempat (lokasi)
Contoh : Ayah
menjemur padi di tempat anak-anak bermain bola.
2)
Keterangan waktu (temporatif)
Contoh: Saya sedang belajar ketika teman aya datang.
3)
Keterangan sebab ( kausatif)
Contoh: Diana naik ke kelas 3 karena rajin.
4)
Keterangan tujuan (final)
Contoh: Ia berteriak keras-keras agar
suaranya di dengar oleh seluruh masyarakat.
5)
Keterangan selangan (inkoaktif)
Contoh: Adikku
menangis terus selama ibu belanja di pasar.
6)
Keterangan syarat (koondisional)
|
Contoh: sesudah ibu pulang kami pergi ke sekolah.
3.
Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk
campuran terdiri dari kalimat majemuk bertingkat dan setara. Terdiri dari tiga
klausa atau lebih.
Contoh: Ayah
membaca buku yang dibeli ibu, dan kakak belajar.
0 comments:
Post a Comment