Thursday 10 May 2012

Morfologi

Berikan masukan yang bermanfaat untuk hasil kelompok ini! Terimakasih


A. Pengertian Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Berdasarkan http://hatmanbahasa.wordpress.com/2010/02/16/morfologi-bahasa-indonesia/ , juga menjelaskan bahwa “morfologi adalah cabang lunguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.”
Jadi, morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata serta perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna dan golongan kata atau kelas kata. Bentuk kata tersebut dapat berupa kata dasar dan juga kata jadian. Objek pembicaraan morfologi secara structural adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
B. Morfem dan Klasifikasi Morfem
Seperti yang telah diutarakan diatas bahwa objek pembicaraan morfologi secara struktural adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi. Itu berarti bahwa sasaran penyajian dalam morfologi adalah kata dan morfem.
Berdasarkan http://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/morfologi-2/, “morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal”. Morfem juga dapat dikatakan sebagai unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa.
Jadi, morfem adalah unsur terkecil dari pembentukan kata yang mempunyai makna dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. http://susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id/2009/04/12/ataran-linguistik-morfologi/ menyatakan bahwa menentukan sebuah satuan bentuk termasuk morfem atau bukan, perlu membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem. Kesamaan arti dan kesamaan bentuk merupakan ciri atau identitas sebuah morfem.
Sebuah kata dapat terdiri dari satu morfem atau lebih. Jika sebuah kata dipotong menjadi bagian yang lebih kecil, kemudian dipotong lagi secara terus menerus menjadi bagian yang sangat kecil, maka tidak akan menjadi tidak mempunyai makna. Kata memperkecil dapat dipotong menjadi mem-per-kecil. Kata kecil masih mempunyai makna. Namun, jika kata”kecil” dipotong lagi menjadi ke-cil masing-masing menjadi tidak mempunyai makna Begitupula dengan kata "minum". "Minum" tidak akan berfungsi dan memberi makna jika dipecahkan kepada mi dan num. Sebaliknya, kata "diminum" boleh dipecahkan kepada dua morfem, yaitu "di" dan "minum". Kesimpulannya, perkataan boleh terdiri daripada beberapa morfem.
Sebuah kata dapat memiliki beberapa morfem. Morfem dapat dibedakan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu morfem bebas dan morfem terikat.
a. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang mampu berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat serta mempunyai makna tanpa harus terlebih dahulu menggabungkannya dengan morfem lain, seperti: Dia minum susu.
Morfem bebas sama dengan kata, tapi kata yang dimaksud adalah kata yang tidak memilki imbuhan (kata dasar). Oleh karena itu, morfem bebas juga dikatakan sebgai kata dasar. Berdasarkan http://sujak001.wordpress.com/kajian-bahasa-indonesia-sd-pgsd/, adapun kata menurut bentuknya meliputi:
1)      Kata dasar
2)      Kata jadian, yang terbagi lagi menjadi
a.      Berimbuhan
b.      Kata ulang
c.      Kata majemuk
Seperti yang telah diutarakan bahwa sebuah kata dapat terdiri dari beberapa morfem atau penggabungan morfem yang selalu mengikuti tata tingkat yang teratur. Oleh karena itu, untuk menentukan proses pembentukan suatu kata, perlu dianalisis unsur-unsur yang tergabung dalam kata tersebut. Contoh: kata pedagang dibentuk dari unsur pe dan dagang, dan kata pendudukan kata ini terdiri atas 3 unsur yaitu pen, duduk, dan an. Kata perbuatan mengandung ide yang berbeda dari kata penduduk dan dudukan. Berarti morfem pe- dan –an pada kedua kata yang terakhir ini tidak sama fungsinya dengan morfem per-an pada kata pendudukan. Sebab itu, berarti kata pendudukan terbentuk dari  unsur  dan per-an. Analisis ini disebut analisis unsur bawaan terdekat, dan disebut bentuk dasar.
Perhatikan contoh berikut.
Analisis unsur bawaan terdekat
Singkir
Kan
Meny
Singkirkan
Menyingkirkan
b. Morfem Terikat
Morfem terikat merupakan morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan belum mengandung makna,  tetapi harus melekat pada bentuk lain yang berupa bentuk bebas. Morfem terikat harus digabung dengan morfem bebas agar dapat membentuk kata dan mempunyai makna Morfem terikat dalam bahasa Indonesia  ada 2 macam, yakni morfem terikat morfologi dan morfem terikat sintaksis.
1). Morfem Terikat Morfologi
Berdasarakan http://sujak001.wordpress.com/kajian-bahasa-indonesia-sd-pgsd/, morfem terikat morfologi yakni morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar. Morfem itu antara lain:
a)    Prefiks = awalan:  me-, ber, pe-, per-, se-, ke-
b)   Infiks = sisipan : -er-, -el-, -em-
c)    Sufiks = akhiran : -i, -kan, -an
d)   Konfiks = imbuhan gabungan senyawa : per-an, ke-an, dan lain-lain.
Morfem terikat morfologi  mempunyai fungsi yang bermacam-macam.
a)    Imbuhan yang berfungsi  membentuk kata kerja, yaitu: me-, ber-, di-, -kan, -i dsb.
b)   Imbuhan yang berfungsi membentuk kata benda yaitu: pe-, ke-, -an per-an, -man,- wati, -wan, dsb.
c)    Imbuhan yang berfungsi membentuk kata sifat, yaitu:  ter-, -i, -wiah, -iah.
d)   Imbuhan yang berfungsi membentuk kata bilangan, yaitu: ke-, se-.
e)    Imbuhan yang berfungsi membentuk kata tugas, misalnya: se- dan se-nya.
Berdasarkan contoh di atas menunjukkan bahwa setiap kata berimbuhan akan tergolong dalam satu jenis tertentu, tetapi hanya imbuhan yang merupakan unsur langsung yang dapat diidentifikasi fungsinya sebagai pembentuk jenis kata.
Kata  dengan imbuhan yang berbeda, morfem dasar yang sama, akan berbeda maknanya. dengan imbuhan yang sama, morfem dasarnya berbeda, dapat menghasilkan persamaan makna imbuhan  yaitu jenis kata benda. Contoh akhiran –an pada morfem dasar tepi, darat, lapang; menjadi tepian, daratan, lapangan, ternyata menunjukkan persamaan makna imbuhan, yaitu tempat. Juga, Imbuhan sama, melekat pada morfem dasar yang sama, tetapi mengandung makna yang berbeda perhatikan contoh berikut.
a)      Berkaca:        Jendela kamarnya berkaca. (mempunyai kaca)
Ia berkaca sambil berdandan. (menggunakan kaca)
Berdasarkan http://sujak001.wordpress.com/kajian-bahasa-indonesia-sd-pgsd/, makna struktural adalah ketidaksamaan makna dari kata-kata di atas disebut, hal ini disebabkan karena pengaruh kata yang menjadi unsur dalam kalimat tersebut. Cara-cara untuk menentukan makna struktural dalam kata berimbuhan:
a)   Menentukan morfem dasar dan satuan dasarnya
b)  Menentukan apakah makna kata berimbuhan itu diturunkan langsung dari morfem dasarnya.
c)  Menentukan hubungan makna morfem dasar dengan makna berimbuhan
d) Menguji hasilnya melalui pemakaian kata itu dalam kalimat
Awalan yang mempunyai variasi bentuk seperti di atas adalah me-, ber-, ter-, dan pe-. Morfem imbuhan menentukan makna kata. Maka sebuah imbuhan yang menjadi unsur langsung pembentuk sebuah kata, merupakan penentu makna bagi kata yang dilekatinya.
2). Morfem Terikat Sintaksis
Berdasarkan http://sujak001.wordpress.com/kajian-bahasa-indonesia-sd-pgsd/, morfem terikat sintaksis adalah morfem dasar yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata. Contoh: Mereka yang membeli dan membagikan buah itu.
Dapat diklasifikasikan berdasarkan morfemnya sebagai berikut:
Mereka, beli, bagi, buah, adalah morfem bebas.
Mem-, mem-kan adalah morfem terikat morfologis.
yang, dan adalah morfem terikat sintaksis. Kata yang, dan tidak mengandung makna  tersendiri.
C. Afiksasi
Afiks (imbuhan) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung, yang bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah leksem menjadi kata kompleks, artinya mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap, seperti mempunyai subjek, predikat, dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri disebut afiksasi (affixation). Imbuhan (afiks) adalah bentuk (mofem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata.
 Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata.
Contoh:
“ber” – pada kata “LARI” menjadi berlari
“-an” pada “PAKAI”   menjadi pakaian
Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu:
1.      Prefiks (Awalan)
Ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (kata dasar atau kata kompleks/ jadian.
Contoh:
v Ber-- berjalan, bermain
v Di--  ditulis, dibeli, dipukul
v meN- - menulis, membaca, mempertahankan
v ter— terpilih, terbawa
2.      Sufiks (Akhiran)
Ialah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir dasar.
Contoh:
-an – makanan, mainan
-kan — ambilkan, satukan, jadikan
-man, -wati – seniman, seniwati
3.      Infiks (Sisipan)
Ialah gabungan prefiks dan sufiks yang diletakan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
-el- = geletar
-em- = gemetar
-er- = gerigi
-in- = kinerja
4.      Konfiks
Ialah gabungan prefiks dan sufiks yang diletakan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
Ber—an = berdatangan, berhamburan,berkejaran
Ke—an = keuangan, keahlian, kejadian, kelangkaan
Per—an = perjuangan, pertemuan, peradaban
Se—nya = sebaik-baiknya, sebesar-besarnya, sepintar-pintarnya
D. Alomorf
            Menurut Hasan Alwi dkk, ( 2003:29) Alomorf merupakan ”anggota suatu morfem yang wujudnya bebrbeda, tetapi mempunyai fungsi dan makna yang sama.”.
            Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Alomorf, Alomorf adalah “istilah linguistik untuk variasi bentuk suatu morfem karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Variasi ini terjadi pada perubahan bunyi (fonologis) tanpa perubahan makna.”.
            Dalam http://bahasa-segalanya.blogspot.com/2011/12/morfem-morf-alomorf-dan-formatif.html, Alomorf adalah anggota dari himpunan morf yang mewakili morfem khusus yang ditentukan secara fonetis, leksikal, atau gramatikal.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa alomorf adalah variasi atau anggota suatu morfem yang ditentukan secara fonetis, leksikal, atau gramatikal karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya, yang diucapkan secara berbeda(bunyinya) tetapi fungsi dan maknanya tetap sama.
            Dalam sebuah kata bisa terdapat satu, dua, tiga, atau enam alomarf. Iwardany dalam (http://iwardany.wordpress.com/2012/01/13/alomorf-dan-distribusi-alomorf/. Alomorf di sini adalah varisasi afiks yang terjadi karena adanya pertemuan dengan fonem yang berbeda yang bisa menghasilkan : pemunculan fonem, pengekalan fonem, peluluhan fonem, dll.
Afiks
Alomorf
Ciri-ciri
Contoh
Keterangan
me-
meng-
Bentuk dasar dengan fonem awal /a/, /i/,/u/, /e/, /o/, /Ə/, /k/, /g/,/h/, atau /x/.
me + ambil ->mengambil
Peluluhan /k/ kadang-kadang tidak terjadi jika dirasakan perlu untuk membedakan makna tertentu, contoh pada kata mengaji dan mengkaji.

menge-
Bentuk  dasar dengan satu suku kata ditambahkan dengan fonem /Ə/.
me + bom ->mengebom



me-
Bentuk dasar dengan fonem awal /l/, /m/, /n/, /ñ/, /ƞ/, /r/, /y/, atau /w/ tidak ada yang mengubah bentuk dasarnya.
me + latih ->melatih


men-
Bentuk dasar dengan fonem awal /d/ atau /t/.
me + duga ->menduga
me + tuduh ->menuduh

Untuk fonem /t/ kadang-kadang luluh, kadang-kadang tidak, contoh pada kata menerjemahkan dan menterjemahkan.

mem-
Bentuk dasar dengan fonem awal /b/, /p/, atau /f/.
me + babat ->membabat

-       Untuk fonem /b/ dan /f/ pada proses afiksasi terdapat penambahan fonem /m/, sedangkan pada fonem /p/ terjadi peluluhan ke dalam fonem /m/.
-       Untuk bentuk dasar yang diawali dengan per, pro, dan pe tertentu kadang-kadang tidak luluh.


meny-
Bentuk dasar dengan fonem awal /s/.
men + sapa ->menyapa
Di dalam ejaan lama, bentuk dasar dengan fonem awal /c/ dan /j/ turut diubah menjadi meny namun  saat ini sudah tidak lagi, contoh pada kata menyuci dan mencuci.
pe-
pe-
-       Bentuk dasar dengan fonem awal /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /Ər/.
-       Bentuk dasar dengan fonem  awal/m/, /n/, /r/, /l/, /w/, /y/, /ñ/, dan /ƞ/.
pe + rebut ->perebut


pe + manis ->pemanis


pel-
Pada bentuk dasar ajar
pe + ajari ->pelajari


per-
-       Bentuk dasar nomina, ajektiva, dan numeralia dengan fonem awal selain /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /Ər/ serta bukan morfem ajar.
-       Membentuk verba.
pe + besar -> perbesar


pem-
Bentuk dasar dengan fonem awal /b/, /p/, atau /f/.
pe +besar ->pembesar
Untuk fonem /b/ dan /f/ pada proses afiksasi terdapat penambahan fonem /m/, sedangkan pada fonem /p/ terjadi peluluhan ke dalam fonem /m/.

pen-
Bentuk dasar dengan fonem awal /d/ atau /t/.
pe + tulis ->penulis

Untuk fonem /t/ kadang-kadang luluh, kadang-kadang tidak, contoh pada kata penerjemah dan penterjemah.

peny-
Bentuk dasar dengan fonem awal /s/.
pe  + sunting ->penyunting
Di dalam ejaan lama, bentuk dasar dengan fonem awal /c/ dan /j/ turut diubah menjadi meny namun  saat ini sudah tidak lagi, contoh pada kata penyuci dan pencuci.

peng-
Bentuk dasar dengan fonem awal /a/, /i/,/u/, /e/, /o/, /Ə/, /k/, /g/,/h/, atau /x/.

pe + karang ->pengarang
pe + ikut ->pengikut
Peluluhan /k/ kadang-kadang tidak terjadi jika dirasakan perlu untuk membedakan makna tertentu, contoh pada kata pengaji dan pengkaji.

penge-
Bentuk  dasar dengan satu suku kata ditambahkan dengan fonem /Ə/.
pe + bom ->pengebom


ber-
be-
Bentuk dasar dengan fonem awal /r/ dan beberapa bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /Ər/
ber + renang ->berenang
ber +  kerja ->bekerja


bel-
Apabila ditambahkan pada dasar tertentu
ber + ajar ->belajar
ber + lunjur ->belunjur


ber-
Tidak berubah bentuknya apabila digabungkan dengan dasar di luar ciri-ciri pembentuk alomorf be- dan bel-
ber + obat ->berobat

ter-
te-
Bentuk dasar dengan fonem awal /r/
ter +rasa ->terasa


tel-
Apabila ditambahkan pada dasar anjur dan antar
ter + anjur ->telanjur


ter-
-   Jika suku pertamanya berakhir dengan /Ər/
-    Tidak berubah bentuknya apabila digabungkan dengan dasar di luar ciri-ciri pembentuk alomorf te- dan tel-
ter + percaya ->terpercaya
ter + dengar ->terdengar


di-
di-
Tidak mengalami perubahan pada bentuk dasar apapun
di + beli ->dibeli
Perlu diperhatikan bahwa di sebagai prefiks harus dibedakan dengan di sebagai preposisi.
-an
-wan
Bentuk dasar dengan fonem akhir /u/
pandu + an -> panduwan
Dalam sistem ejaan sekarang bunyi /w/ tidak dituliskan. Bunyi /w/ tersebut menurut Harimurti disebut bunyi luncuran sedangkan menurut Chaer disebut bunyi pelancar.

-yan
Bentuk dasar dengan fonem akhir /i/ dan /ay/
hari + an -> hariyan
Dalam sistem ejaan sekarang bunyi /y/ tidak dituliskan. Bunyi /y/ tersebut menurut Harimurti disebut bunyi luncuran sedangkan menurut Chaer disebut bunyi pelancar.

‘an
Bentuk dasar dengan fonem akhir /a/ yang bersuku terbuka
sama + an -> samaan


-an
Diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan
jawab + an -> jawaban
Disebut dengan pergeseran fonem karena konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks -an tersebut.
-kan
-kan
Tidak mengalami perubahan pada bentuk dasar apapun
tarik + kan -> tarikkan

-i
-i
Tidak mengalami perubahan pada bentuk dasar apapun
naik + i -> naiki
Kata dasar yang berakhir dengan fonem /i/ tidak dapat diikuti oleh sufiks -i.

E. Nosi
            Nosi ialah arti gramatikal. Arti yang dimaksud disini bukanlah arti menurut kamus melainkan arti menurut tata bahasa.
Bentuk dan makna Nosi:
1.      Nosi Prefiks
a.       Nosi Prefiks ber-
1)      Mengusahakan/ menghasilkan
Contoh : Ayam di kandang belakang sudah bertelur. (menghasilkan telur).
2)      Memanggil/ menyebut
Contoh : Anak dari kakak saya berpaman pada saya. (memanggil paman).
3)      Mempunyai
Contoh : Kucingku berbulu pirang. (mempunyai bulu).
4)      Memakai/ menggunakan
Contoh : Setiap hari Senin dan Selasa mahasiswa di FKIP UNS wajib berbaju putih. (memakai baju).
5)      Terdiri atas
Contoh : Kami pergi berlima. (terdiri atas lima).
6)      Berkumpul menjadi
Contoh : Kami bersatu untuk memecahkan masalah ini. (berkumpul menjadi satu).
7)      Bertempat di
Contoh : PT Ajijaya berkantor di Jl. Kuningan NO. 23. (bertempat di).
8)      Berlaku seperti
Contoh : Adik bersikeras ikut bapak pergi. (berlaku seperti benda keras).
9)      Dalam keadaan
Contoh : Adik bersedih karena nilainya jelek. (dalam keadaan sedih).
10)  Saling
Contoh : Andi dan Ari bersalaman. (saling menyalami).
11)  Dikenai pekerjaan
Contoh : Buku itu bergambar kucing. (dikenai gambar).
b.      Nosi prefiks Di-
1)      Membentuk kalimat pasif
Contoh : Adik menggendong kucing. (aktif)
                  Kucing digendong adik. (pasif).
2)      Dikenai pekerjaan
      Contoh : Bukuku dicoret Ani. (dikenai coretan)
3)      Dikerjakan dengan alat
Contoh : Kertas berwarna itu digunting menjadi empat. (dikerjakan dengan gunting).
4)      Diberi/dipasang
   Contoh : Buku ini disampul kertas biru. (diberi sampul).
c.       Nosi prefiks Se-
1)      Sama/ seperti
   Contoh : Indah secantik kakaknya. (sama cantik).
2)      Sesudah/ setelah
Contoh : Setiba di bandara, kakak langsung menuju ke rumah. (setelah tiba).
3)      Satu
Contoh : Ayah dan paman bekerja sekantor  (satu kantor).
4)      Seluruh
Contoh : Warga sekampung pergi ke kota. ( seluruh kampong).
d.      Nosi prefiks Me-
1)Membuat kalimat aktif
   Contoh : Adik menggendong boneka. (aktif)
2)Menjadi/menyerupai
Contoh : Agar- agar yang dibuat tadi sudah mengeras. (menjadi keras).
3)      Menuju ke/pergi ke
Contoh : Pesawat itu sebentar lagi mendarat. (menuju ke darat).
4)      Membuat/menghasilkan
Contoh : Ibuku sangat senang merajut. (menghasilkan rajut).
5)      Melakukan pekerjaan
Contoh : Kakak sedang mengetik laporan. (melakukan pekerjaan ketik).
6)      Menggunakan/ memakai
Contoh : Bapak sedang mencatut paku di tembok. (menggunakan catut).
7)      Memberi
Contoh : Paman sedang mengelem kerangka layang- layang. (member lem).
8)      Mengatakan/ mengucap
Contoh : Adik mengaduh karena jatuh. (mengatakan jatuh).
e.       Nosi prefiks ke-
1)      Yang di…
Contoh : Dia adalah kekasih kakakku. (yang dikasihi)
2)      Tingkat/ tahapan/ urutan
Contoh : Sila kesatu Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. (urutan pertama).
3)      Kelompok/ kumpulan
Contoh : Keduanya sedang pergi ke pasar. (kumpulan dari dua).
f.       Nosi prefiks ter –
1)      Tidak sengaja
Contoh : Fotonya terbakar saat ia membakar sampah. (tidak sengaja dibakar).
2)      Dapat/ bisa
Contoh : Tulisan di depan masih terbaca. (dapat dibaca)
3)      Tiba-tiba
      Contoh : Tadi malam adik terbangun dari tidurnya. (tiba-tiba bangun)
4)      Paling/ sangat
Contoh : Ani adalah anak terpintar di kelasnya. (paling pintar).
5)      Sudah di/ selesai
Contoh : Semua hutang-hutangnya sudah terbayar. (sudah dibayar).
6)      Menyatakan keadaan
Contoh : Jendela itu terbuka terbuka sejak malam tadi. ( dalam keadaan buka).
g.      Nosi prefiks Per–
1)      Menjadikan/ menganggap
Contoh : Orang itu memperbudak temannya. (menjadikan budak).
2)      Membuat jadi/ membagi jadi
Contoh : Sepertiga dari enam adalah dua. (dibagi tiga).
3)      Membuat lebih/ menambah
Contoh : Gambar itu sebaiknya diperbesar. (dibuat jadi besar).
h.      Nosi prefiks Pe –
1)      Menyatakan alat untuk
Contoh : Kawat adalah pengikat yang kuat. (alat untuk mengikat).
2)      Pelaku pekerjaan
Contoh : Dia menjadi penari saat acara perpisahan nanti. (orang yang menari).
3)      Yang mempunyai sifat
Contoh : Adikku adalah anak yang pemberani. (mempunyai sifat berani).
4)      Menyebabkan adanya
Contoh : Es ini tidak memakai pemanis buatan. (yang menyebabkan manis).
2.      Nosi Infiks
a.       Nosi Infiks
1)      Menyatakan Banyak
Contoh : Mata gergaji itu bergerigi. (banyak gigi).
2)      Menyerupai
Contoh : Dia membersihkan meja dengan kemucing. (menyerupai kucing).
3)      Alat Untuk
Contoh : Telunjuknya mengarah ke rumah itu. (alat untuk menunjuk).
4)      Pelaku Pekerjaan
Contoh : Burung yang di pohon itu dinamakan burung pelatuk. (burung yang biasa mematuk-matuk).
5)      Menyatakan Berulang-Ulang
Contoh : Isi buku ini sudah ia jelajahi. (berulang-ulang di jajah).
3        Nosi Sufiks
a.       Nosi Sufiks -i
1)      Membuang
Contoh : Ibu sedang menguliti durian di dapur. (membuang kulit).
2)      Menyatakan Tempat
Contoh : Jika pergi ke tempat paman saya melewati pasar. (lewat tempat).
3)      Perbuatan Berulang-Ulang
Contoh : Petiki daun singkong yang masih muda saja! (berulang-ulang memetik).
4)      Memberi atau Membubuh
Contoh : Tolong tandatangani kertas yang berwarna biru itu! (membubuhkan tanda tangan).
5)      Menyebabkan Jadi
Contoh : Jauhi perbuatan yang tidak baik! (membuat jadi  jauh).
b.      Nosi Sufiks –kan
1)      Berlawanan Dengan Kata Dasarnya
Contoh : Ani meminjamkan pensilnya pada saya. ( meminjamkan x pinjam).
2)      Membawa Ke
Contoh : Polisi memenjarakan pencuri itu. ( membawa ke penjara).
3)      Menganggap
Contoh : Dia memanusiakan hewan. ( menganggap manusia).
4)      Membuat Jadi
Contoh : Jalankan mobil ini! (membuat berjalan)
5)      Melakukan Pekerjaan Untuk Orang Lain
Contoh : Tolong belikan ibu gula di warung. (membeli untuk ibu)
6)      Menyebabkan Sesuatu Menjadi
Contoh : Tolong betulkan lampu yang ada di belakang. (menjadi betul).
c.       Nosi Sufiks –an
1)      Ukuran
Contoh : Di Pasar Klewer barang-barang di jual kodian. (tiap-tiap/per kodi).
2)      Menyerupai/ Tiruan
Contoh : Tumpukan buah dan sayur itu disebut gunungan. (menyerupai gunung).
3)      Yang Di…
Contoh: Adik menerima bungkusan kecil berupa coklat dari paman. (yang di bungkus).
4)      Hasil Pekerjaan
Contoh: Tulisan saya di muat di majalah. (hasil menulis).
5)      Alat Untuk
Contoh: Paman meletakkan pikulan kelapa di samping rumah. (alat untuk memikul).
6)      Yang Biasa Di
Contoh: Indah sedang membeli makanan kesukaannya di kantin. ( yang biasa di makan).
7)      Cara
Contoh: Pikiran dia tidak jauh ke depan. ( cara berpikir).
8)      Yang Me-
Contoh: Petani menggunakan insektisida untuk menghindari gangguan tanamannya. (yang mengganggu).
9)      Tempat
Contoh : Tanjakan di sini cukup tinggi. ( tempat menanjak).
10)  Kumpulan
Contoh : Gudang digunakan untuk menyimpan barang-barang rongs okan. (kumpulan rongsok)
11)  Banyak
Contoh : Ibu membeli sayuran di pasar. (banyak sayur)
d.      Nosi Sufiks  -nya
1)      Sebagai Penentu
Contoh : Inilah uangnya yang kutemukan kemarin.
2)      Sebagai Kata Ganti Empunya
Contoh : Kemarin bukunya kupinjam.
3)      Membentuk Jenis Kata Lain
Contoh : Besarnya nanti mau jadi apa? (kata keadaan        kata benda).
e.       Nosi Sufiks –man,-wan, -wati
1)      Orang Yang Ahli
Contoh : Ayahnya adalah seorang sejarawan. (ahli sejarah).
2)      Bertugas Seperti Pada Kata Dasarnya
Contoh : Kakaknya bekerja sebagai wartawan.
3)      Bersifat Seperti Pada Kata Dasarnya
Contoh : Dia adalah orang yang budiman.
f.       Nosi Sufiks –is
Bersifat/ penganut faham seperti pada kata dasarnya
Contoh : Nasionalis, Pancasilais, dsb.
g.      Nosi Sufiks –isme
Menyatakan aliran/ faham seperti pada kata dasarnya
Contoh : Pancasilaisme (berfaham Pancasila), Kolonialisme (beraliran colonial), dsb.

4.      Nosi Imbuhan (Konfiks)
a.       Nosi Konfiks ke – an:
1)      Hal
Contoh : Istirahat secara teratur akan menjaga kesehatan. (hal sehat).
2)      Tempat atau Daerah
Contoh : Paman tinggal dekat kecamatan kota. ( daerah camat).
3)      Menderita (Merasakan) atau Dikenai
Contoh : Ia kelelahan setelah berlari selama 30 menit. ( merasakan lelah)
b.      Nosi Konfiks peran
1)      Hasil me-/ ber-
Contoh :  Kejadian ini di luar perkiraan saya. (hasil mengira).
2)      Hal Melakukan Perbuatan atau yang Berhubungan Dengan
Contoh : Dia kuliah di perhotelan. ( hal yang berhubungan dengan hotel).
3)      Kumpulan
Contoh : Dibalik perbukitan itu kita bisa menemukan telaga. (kumpulan bukit).
c.       Nosi Konfiks  pean
1)      Hal Melakukan Perbuatan
Contoh : Penjualan tahun ini meningkat. ( hal menjual).
2)      Hal Menyebabkan Jadi
Contoh : Penyusutan ini terjadi saat balon diletakkan di ruang yang dingin. (menyebabkan menjadi menyusut).
d.      Nosi Konfiks beran
1)      Menyatakan Perbuatan Berulang-ulang atau Banyak
Contoh : Burung berterbangan di angkasa. (banyak yang terbang).
2)      Perbuatan Dilakukan Oleh Dua Pihak
Contoh : Kedua anak itu bersalaman.
e.       Nosi Konfiks senya
Nosinya menyatakan tingkat paling tinggi
Contoh : Isilah botol air ini sepenuh-penuhnya.
F. Makna dan Bentuk Kata Ulang
Kata ulang merupakan kata yang dibentuk dengan pengulangan kata sebagian atau seluruhnya, dengan perubahan atau tidak, Dalam proses morfologis kata ulang ini disebut reduplikasi. Kata ulang banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari.


Bentuk kata ulang dibagi menjadi empat, yaitu:
1.      Perulangan seluruhnya
Yang dimaksud perulangan seluruhnya adalah bentuk dasar kata kerja itu diulang seluruhnya. Perulangan ini mengandung arti bahwa suatu perbuatan dilakukan berulang-ulang (intensitas).
Contoh: Anak itu menangis tersedu-sedu.
2.      Perulangan berprefiks
Yang dimaksud dengan perulangan berprefiks adalah bentuk dasar kata kerja yang diulang seluruhnya dan mendapat prefiks.
Contoh: Penonton berdesak-desakan.
3.      Perulangan berkonfiks
Dalam perulangan berkonfiks, kata dasar diulang seluruhnya dan mendapat konfiks.
Contoh: mereka berpandang-pandangan.
4.      Kata ulang semu
Perulangan semu ialah kata dasar yang berbentuk ulang. Apabila kata dasar yang berbentuk ulang itu tidak diulang, tidak akan mempunyai makna. Jika dilihat dari bentuknya, kata itu merupakan kata ulang dan jika dilihat dari segi arti kata itu merupakan kata dasar.
Contoh; Orang itu pura-pura tidak tahu.
Di bawah ini merupakan makna dari kata ulang, yaitu:
Kata ulang yang menyatakan banyak tidak menentu
Contoh: Pulau-pulau yang ada di dekat perbatasan dengan negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah.
1.      Kata ulang yang menyatakan sangat
Contoh: Sapu lantai itu bersih-bersih!
2.      Kata ulang yang menyatakan paling
Contoh: Anak itu lari sekencang-kencangnya karena dikejar anjing.
3.      Kata ulang yang menyatakan mirip / menyerupai / tiruan
Contoh: Adik membuat kapal-kapalan dari kertas.
4.      Kata ulang yang menyatakan saling atau berbalasan
Contoh: Kakak dan adik saling berpandang-pandangan.
5.      Kata ulang yang menyatakan bertambah atau makin
Contoh: Biarkan dia main hujan! Lama-lama dia akan kedinginan juga.
6.      Kata ulang yang menyatakan waktu atau masa
Contoh: Pagi-pagi sekali kakak sudah berangkat ke kampus.
7.      Kata ulang yang menyatakan berusaha atau penyebab
Contoh: Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah.
8.      Kata ulang yang menyatakan terus-menerus
Contoh: Adik selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah dia akan lulus ujian?
9.      Kata ulang yang menyatakan agak (melemahkan arti)
Contoh: Karena berjalan sangat jauh kaki Adul sakit-sakit semua.
10.  Kata ulang yang menyatakan beberapa
Contoh: Sudah bertahun-tahun, ayah belum bisa melupakan musibah itu.
11.  Kata ulang yang menyatakan sifat atau agak
Contoh: Langit sore itu berwarna kemerah-merahan.
12.  Kata ulang yang menyatakan himpunan pada kata bilangan
Contoh: Jangan beli permen banyak-banyak, nanti gigimu sakit!
13.  Kata ulang yang menyatakan bersengang-senang atau santai
Contoh: Ular naga panjangnya bukan kepalang berjalan-jalan selalu riang kemari.
14.  Kata ulang yang menyatakan bermacam-macam
`     Contoh : Di pasar banyak terdapat buah-buahan.
15.  Kata ulang yang menyatakan perihal
Contoh : Kakakku sudah faham tentang karang-mengarang.
G. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan 2 kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak dapat di sisipi kata atau jonjungsi  lain . Contohnya : Kamar tidur. Gabungan kata di atas termasuk contoh kata majemuk karena strukturnya tetap, tidak dapat diubah-ubah letaknya. Kamar tidur (tidak logis)
Kemudian, gabungan kata tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, seperti yang, sedang, dll.
1. Kamar (yang) tidur (tidak logis)
2. Kamar (sedang) tidur  (tidak logis)
Selain itu, ciri lain dari kata majemuk adalah gabungan kata tersebut membentuk makna baru. Namun, makna baru tersebut masih dapat dirunut atau ditelusuri dari makna kata pembentuknya, atau makna baru tersebut masih dapat diketahui asal usulnya..
1. Tas  baru (a) 
2. Joni  sakit (b)
3. Rumah sakit (c) 
Secara gramatika (tata bahasa) makna yang terbentuk pada contoh (a) dan (b) sama dengan makna leksikal unsur pembentuknya. Gabungan kata di atas mempunyai makna “tas (yang) baru” (a) dan “Joni (sedang) sakit.”
Berbeda halnya dengan gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan kata pada contoh kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal unsur pembentuknya. Makna kata secara leksikal pada contoh kedua (c) adalah “rumah (yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati (rumah)  dapat merasakan sakit seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang terbentuk dalam contoh (c) adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah yang disebut dengan membentuk makna baru atau arti baru, tetapi makna baru tersebut masih dapat ditelusuri dari makna kata pembentuknya. Misal rumah dari bangunan  rumah dan sakit dari orang sakit, jadi rumah sakit adalah rumah untuk merawat orang sakit. 
H. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu proposisi sehingga  mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak dapat dijadikan suatu kesatuan (Hasan Alwi, dkk. 2003:40). Jadi kalimat majemuk selalu berwujut dua klausa atau lebih. Klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu (Hasan Alwi, dkk. 2003:39).  Berdasarkan pengertian tersebut kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1.      Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara terbentuk dari penggabungan beberapa pola kalimat yang setara atau sederajat.
Contoh: Ayah membaca di ruang tamu
            Ibu menjahit di ruang tamu
Jika digabungkan menjadi:
            Ayah membaca dan ibu menjahit di ruang tamu.
Jenis- jenis kaimat majemuk setara:
a.       Setara penggabungan (dan, lagi, serta)
Contoh: Ani dan Tini belajar di kelas.
b.      Setara kronologis / urutan waktu (setelah, kemudian, lalu, dll.)
Contoh: Saya berjalan-jalan kemudian istirahat di taman lalu pulang.
c.       Setara  mempertentangkan / pertentangan (namun, meskipun, walaupun)
Contoh: Walaupun jelek ia pandai.
d.      Setara memilih (atau)
Contoh: Kamu ikut pergi atau tinggal di rumah.
e.       Setara penguatan (lagi, lagi pula, bahkan, apalagi)
Contoh : Shamsul anak yang pandai lagi rajin.

2.      Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat, salah satu pola kalimat menduduki pola atasan (induk kalimat) dan pola kalimat yang lain merupakan perluasan unsur kalimat yang menjadi pola bawahan (anak kalimat).
Contoh: Dia pergi sebelum istrinya menangis.
            Saya bersedia meskipun dia menolak membicarakanya.
            Peserta yang nilainya rendah harus diuji lagi.
Jenis kalimat majemuk bertingkat:
a.       Anak kalimat keterangan subjek
Contoh: Gunung yang masih aktif itu akan meletus.
b.      Anak kalimat keterangan objek
Contoh: Ibu membeli sayuran yang dibawa orang dari desa.
c.       Anak kalimat keterangan
1)      Keterangan tempat (lokasi)
Contoh : Ayah menjemur padi di tempat anak-anak bermain bola.
2)      Keterangan waktu (temporatif)
Contoh: Saya sedang belajar ketika teman aya datang.
3)      Keterangan sebab ( kausatif)
Contoh: Diana naik ke kelas 3 karena rajin.
4)      Keterangan tujuan (final)
Contoh: Ia berteriak keras-keras agar suaranya di dengar oleh seluruh masyarakat.
5)      Keterangan selangan (inkoaktif)
Contoh: Adikku menangis terus selama ibu belanja di pasar.
6)      Keterangan syarat (koondisional)


 
Menggunakan konjungsi (kalo, asalkan, dan apabila)
Contoh: sesudah ibu pulang kami pergi ke sekolah.
3.      Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri dari kalimat majemuk bertingkat dan setara. Terdiri dari tiga klausa atau lebih.
Contoh: Ayah membaca buku yang dibeli ibu, dan kakak belajar.

0 comments:

Post a Comment

wibiya widget