SINOPSIS PSIKOLOGI
Pengertian Psikologi
Apa itu
psikologi? Psikologi berasal dari kata psyche “jiwa” dan logos “ilmu”. Secara
harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa, ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala
jiwa manusia. Keterbatasan kemampuan manusia serta pandangan para ahli tentang
psikologi menyebabkan persamaan dan perbedaan terhadap definisi psikologi. Secara
keseluruhan, psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan
mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku.
Hubungan
Psikologi dengan Ilmu – Ilmu Lain
Pada dasarnya, psikologi mempunyai
hubungan dengan ilmu – ilmu lain yang bersifat timbal balik. Dalam
penjelasannya, berawal adanya hubungan psikologi
dengan sosiologi. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia. Sedangkan sosiologi berkaitan dengan tingkah laku hubungan
antarindividu, individu dengan kelompok dan atau kelompok dengan kelompok. Jadi
psikologi ada hubungannya dengan sosiologi. Jika
psikologi dan sosiologi digambarkan sebagai dua buah lingkaran yang saling
berpotongan, psikologi sosial adalah luasan tempat tumpang tindih kedua
lingkaran tersebut. Psikologi sosial merupakan cabang dari sosiologi dan juga merupakan cabang dari
psikologi.
Selain hubungan psikologi
dengan sosiologi yang melahirkan psikologi sosial, psikologi dengan antropologi juga melahirkan sub-ilmu yaitu
etnopsikologi atau antropologi psikologikal, atau juga studi kebudayaan dan
kepribadian, disamping spesialisasi anthropologi in mental health. Pendekatan
psikologi dalam antropologi budaya adalah dengan menghubungkan variasi-variasi
dalam pola-pola budaya dengan masa pengasuhan anak, kepribadian, kebiasaan dan
kepercayaan yang mungkin menjadi konsekuensi dari faktor psikologis dan
prosesnya.
Dalam hubungannya dengan ilmu politik, kegunaan
psikologi, khususnya psikologi sosial dalam analisis politik, yaitu mengamati
kegiatan manusia dari segi ekstern (lingkungan sosial, fisik, peristiwa-peristiwa,
gerakan-gerakan masa) maupun dari segi intern (kesehatan fisik perseorangan,
semangat, emosi). Selain itu, psikologi sosial dapat pula menerapkan sikap dan
reaksi kelompok terhadap keadaan yang dianggap baru, asing ataupun berlawanan
dengan konsensus masyarakat mengenai gejala sosial tertentu.
Komunikasi adalah peristiwa
yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain. Hubungan psikologi dengan ilmu komunikasi ini,
salah satunya melahirkan ilmu psikologi komunikasi yang artinya ilmu yang
berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan
behavioral dalam komunikasi. Dalam kaitannya dengan Biologi, dilihat dari objek
materialnya, psikologi dan ilmu biologi
mempunyai bidang yang sama yaitu sama-sama mempelajari tentang kehidupan
manusia dan hewan. Namun, objek formalnya berbeda. Objek formal biologi adalah
kehidupan jasmaniah (fisik) sedangkan psikologi adalah kegiatan atau tingkah
laku manusia.
Tak mau ketinggalan, psikologi juga berhubungan dengan ilmu alam.
Psikologi dalam penelitiannya pada permulaan abad 19 banyak dipengaruhi oleh
ilmu alam. Psikologi disusun berdasarkan ilmu eksperimen. Namun, kemudian psikologi
menyadari bahwa objek penyelidikannya adalah manusia dan tingkah lakunya yang
hidup dan selalu berkembang sedangkan objek ilmu alam adalah benda mati. Terdapat
pula hubungan psikologi dengan filsafat.
Filsafat tentang kemanusiaan sangat pincang dan mungkin jauh dari kebenaran
jika tidak menghiraukan hasil psikologi. Peran psikologi terhadap filsafat
yaitu memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak,
dan pengetahuan.
Dalam dunia ilmu
pendidikan, hubungan psikologi dengan ilmu
pendidikan memiliki timbal balik yang tak bisa dipisahkan. Ilmu pendidikan
sebagai suatu disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir
sampai mati. Pendidikan perlu didasarkan pada psikologi perkembangan, demikian
pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Hubungan ini
melahirkan sub disiplin psikologi
pendidikan.
Psikologi dalam Lintas Sejarah
Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh para filsuf dan
para ahli ilmu faal (fisiologi), sehingga psikologi dianggap sebagai bagian
dari kedua ilmu tersebut. Selain pengaruh dari ilmu faal, psikologi juga
dipengaruhi oleh satu hal yang tidak sepenuhnya berhubungan dengan ilmu faal,
meskipun masih erat hubungannya dengan ilmu kedokteran yaitu hipnotisme.
Sejarah perkembangan Psikologi saat ilmu ini
masih bersatu dengan Filsafat, dimulai sejak zaman Yunani Kuno. Banyak filosof
yang telah mengemukakan pendapatnya mengenai jiwa dan manusia. Dimulai oleh Pythagoras
(572-497 SM) melalui pendapatnya yang menyatakan bahwa jiwa merupakan bahwa
jiwa merupakan sesuatu yang berdiri sendiri dan tidak dapat mati. Perkembangan
Psikologi selanjutnya oleh Socrates, Plato dan Aristoteles.
Socrates
(469-399 SM) memandang jiwa sebagai inti sari manusia. Socrates juga
menyinggung mengenai masalah ingatan, belajar, motivasi persepsi, mimpi serta
tingkah laku abnormal. Plato (427-347 SM), seorang murid
Socrates, berpandangan bahwa jiwa dan tubuh merupakan dua kenyataan yang harus
dibeda-bedakan dan dipisahkan. Pendapat ini dikenal dengan istilah dualisme
Plato yang bersifat etis-religius. Jiwa juga dipandang sebagai sesuatu yang
akrodati, bersifat kekal, serta tidak dapat mati. Mengenai kebenaran, kedua
tokoh ini percaya bahwa kebenaran dapat ditemukan dengan cara berpikir, bukan
berbuat.
Aristoteles (384-322 SM), seorang murid Plato, terkenal dengan Bapak Logika.
Logika yang tradisional atau formal. Karyanya antara lain De Anima dan Parra Naturalia. Aristoteles adalah
orang pertama yang menyatakan manusia adalah binatang yang berakal dan
kodratnya hidup dalam masyarakat. Secara menyeluruh, dia memandang dunia dan
manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang berlangsung terus-menerus. Pada
Aristoteles, pemikiran filsafat lebih maju, dasar-dasar sains telah diletakkan.
Abad berikutnya perkembangan Psikologi diwarnai
oleh aliran Rasionalisme, yang dipelopori oleh Rene Descartes
(1596-1650). Descartes banyak membahas mengenai gejala-gejala
jiwa, terlepas dari raganya. Ia telah menemukan dasar bagi filsafatnya, fondasi itu adalah aku yang berfikir. Tampak adanya sifat subyektif, individualistik,
humanis, yang akan mendorong perkembangan filsafat pada abad modern.
Leibniz menyatakan hubungan jiwa dan badan bersifat paralel dan keduanya
tunduk pada hukum-hukum yang serupa. Menurutnya, sesuatu harus mempunyai alasan dan substansi itu
banyak. Ia juga mengutarakan materi dan kuantitas sama saja.
Bertentangan dengan Rasionalisme yang
mengindahkan rasio sebagai sumber utama kebenaran, di akhir abad 15 muncul
aliran empirisme di Inggris. Aliran ini dipelopori oleh John Locke
(1632-1704), George Berkeley (1685-1753), dan
David Hume (1711-1776). Perkembangan selanjutnya
dipelopori oleh John Locke (1632-1704) yang menyatakan bahwa jiwa
pada saat lahir berada dalam keadaan tabula
rasa (keadaan kosong). Locke
mengatakan bahwa elemen terkecil dari jiwa manusia adalah simple idea, yang akan bergabung dengan
simple idea yang lain karena adanya asosiasi.
Selanjutnya dikenal dengan Bapak Idealisme Modern yaitu Geoge Berkeley yang dijuluki juga sebagai immaterialis dan idealis. Dalam filsafatnya, baik substansi maupun daya pikir tidak
dianggap sebagai sesuatu yang bersifat ilahi. Filsafatnya dianggap sebagai titik tolak bagi
tendensi idealistik pada abad-abad terakhir filsafat. Inti idealisme dalam
doktrin yang sangat terkenal “Esse est
Percipi” (yang ada adalah untuk dipersepsi).
Tema sentral filsafat David Hume pada intinya adalah
pengalaman terdiri atas kesan dan ide. Dalam sebuah bukunya, Hume mengukur
kebenaran dengan pengalaman sebagai alat ukur. Berbeda dengan banyak filsuf,
Hume menganggap keduanya berbahaya. Pada tahap perkembangan ini, psikologi
masih merupakan cabang dari filsafat dan di masa sekarang terdapat banyak
tafsiran mengenai psikologi semacam itu.
John Stuart
Mill (1806-1873) telah mengembangkan Bethamisme.
Dalam bethamisme dijelaskan bahwa setiap manusia menurut kodratnya berusaha
mengejar kesenangan dan menghindari rasa sakit. Mill mengacu tentang individualitas
dan gagasan tentang apa dan bagaimana manusia seharusnya. Teori pengetahuan
Mill adalah suatu bentuk fenomentalisme, yang tema sentralnya adalah materi
merupakan kemungkinan permanen dari sensasi dan objek-objek harus dipandang
sebagai eksistensi fenomenal.
Psikologi sebagai Ilmu Mandiri
Psikologi resmi lahir
sebagai ilmu yang berdiri sendiri dan terpisah dari filsafat. Lahirnya ilmu ini
dipelopori oleh Wilhelm Wundt (1832-1920)
yang mendirikan laboratorium Leipzig di Jerman, mempelajari tentang tingkah
laku manusia. Secara ringkas, perbedaan psikologi lama dengan psikologi baru
adalah psikologi lama diwakili oleh aliran-aliran psikologis fisiologis,
psikologi unsur, dan psikologi asosiasi, sedangkan psikologi modern, dengan
otonominya sebagai ilmu pengetahuan itu, antara lain diwakili oleh ilmu jiwa
dalam, psikologi fikir, psikologi individual, behaviorisme, psikologi Gestalt,
psikologi kepribadian dan lain-lain. Perkembangan Psikologi selanjutnya
ditandai dengan hadirnya ilmuwan-ilmuwan psikologi dengan berbagai aliran dan
teori-teori yang dihasilkannya, hingga pada akhirnya Psikologi mampu menjadi
suatu disiplin ilmu. Teori itu antara lain adalah Psikologi Nativistik
(Psikologi Perkembangan) dan Psikologi Asosiasi atau Psikologi empirik.
Aliran-Aliran Psikologi
· Strukturalisme
Menurut Jean Piaget, strukturalisme
mencakup bentuk-bentuk yang beragam, sehingga sulit menampilkan sifat umum dan
karena “struktur-struktur” yang dirujuk memperoleh arti yang cenderung berbeda-beda.
Sifat-sifat yang ada dalam sebuah struktur yaitu transformasi (pengubahan),
totalitas (menyeluruh), dan pengaturan diri.
Tokoh aliran ini adalah Wilhem Wundt,
merupakan aliran pertama dalam psikologi setelah Wundt melakukan eksperimen di
laboratoriumnya di Leipzig. Aliran ini berpendapat bahwa unsur mempelajari
gejala kejiwaan, kita harus mempelajari isi dan struktur kejiwaan. Cirinya
adalah penekanannya pada analisis atas proses kesadaran yang dipandang terdiri
atas elemen-elemen dasar, serta usahanya menemukan hukum-hukum yang membawahi
hubungan antar elemen kesadaran tersebut. Tokoh strukturalisme lain adalah
Edward Bradford Titchener.
·
Fungsionalisme
Fungsionalisme adalah suatu tendensi
dalam psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi
dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme merupakan paham
yang tumbuh dari Amerika Serikat dengan sifat-sifat bangsa Amerika yang serba
praktis dan pragmatis (berpegang teguh pada kenyataan).
Fungsionalisme
mempermasalahkan tentang “bagaimana” dan “mengapa” dan mencoba untuk menreapkan
Psikologi dalam kehidupan sehari-hari. Fungsionalisme dipelopori oleh William
James (1842-1910), Jonh Dewey
(1859-1952), James Angel (1869-1949). Yang menjadi
minat pada aliran fungsionalisme adalah tujuan atau akhir dari suatu aktivitas.
Sesuai dengan namanya, fungsionalisme tidak hanya mempelajari strukturnya,
tetapi juga mempelajari fungsi-fungsi dari tingkah laku dan proses mental.
·
Behaviorisme
Behaviorisme didirikan oleh John B.
Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh B F Skinner. Pendekatan objektif
dalam mempelajari manusia, berdasarkan pendekatan yang mekanistik dan
materialistik. Pendekatan ini menjadi ciri utama dari behaviorisme. Behaviorisme
menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan
diramalkan. Kaum behaviorisme lebih dikenal dengan “teori belajar”, karena
menurut mereka seluruh perilaku manusia, kecuali insting, adalah hasil belajar.
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak
membawa bakat apa-apa. Manusia berkembang berdasarkan stimulus yang diterima
dari lingkungan.
·
Psikoanalisis
Istilah Psikoanalisis pertama kali
digunakan oleh Freud. Istilah ini menggambarkan berbagai teori dan
teknik yang digunakan untuk mencari dan menyebutkan masalah mental manusia. Pokok ajaran dari Psikoanalisis antara lain tentang
kesadaran, pra-sadar, dan ketidaksadaran jiwa yang dianalogikan dengan
menggunakan fenomena gunung es. Selajutnya tentang Libido yaitu energi bawaan
sejak lahir yang kita miliki yang memotivasi dan membuat kita mampu bertahan
hidup. Salah satu bentuk libido adalah kegiatan seksual. Tentang id, ego,
superego dan tahap perkembangan psikoseksual, yaitu oral, anal, phalik, laten,
genital. Ajaran selanjutnya tentang mekanisme pertahanan diri yaitu cara untuk
melindungi diri dari hal-hal yang tidak menyenangkan secara tidak sadar.
·
Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt mengkaji masalah tingkah laku
dan pengalaman sebagai kesataun totalitas. Ajarannya menyatakan bahwa melihat gejala
kejiwaan harus dipelajari sebagi suatu keseluruhan atau totalitas. Menurut psikologi Gestalt, manusia tidak
memberikan respon pada stimuli secara otomatis.
Konstribusi terbesar dari aliran ini adalah di bidang persepsi dan belajar.
Pemikir utama aliran ini adalah Max Wertheimer
(1880-1943), Wolfgang Kohler (1887-1967), dan
Kurt Koffka (1886-1941).
Peristiwa Kejiwaan
·
Peristiwa/gejala Kognisi atau Mengenal
Kognisi adalah kepercayaan seseorang
tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau
sesuatu. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi
pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai,
menalar, membayangkan dan berbahasa.
Peristiwa-peristiwa
kognisi diawali dari persepsi, di
mana alat menangkap suatu bentuk kemudian otak mencernanya untuk membantu dalam
mengartikan bentuk-bentuk tersebut. Proses
persepsi terjadi melalui penglihatan, pendengaran, rabaan, penciuman, dan
pengecapan. Kemampuan memasukkan dan menimbulkan
persepsi yang telah disimpan dalam otak sebagai memori output disebut ingatan yang kemudian ingatan ini
dipengaruhi oleh interval. Ingatan juga dapat dikatakan saat manusia mempertahankan
dan menggambarkan pengalaman masa lalunya sebagai informasi saat ini. Proses dari mengingat adalah bagaimana
kita menyimpan suatu
informasi, mempertahankan dan memanggil kembali informasi tersebut.
Gambaran-gambaran yang
terjadi dalam persepsi ditimbulkan kembali dalam sebuah tanggapan. Tanggapan yaitu suatu
bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Tanggapan dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: tanggapan masa lampau (ingatan), masa datang (mengantisipasikan), dan masa kini (mengimajinasikan).
Tanggapan yang sulit
direalisasikan dalam dunia nyata disebut dengan fantasi. Fantasi itu dilukiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia
untuk berorientasi dalam alam imajinasi melampaui dunia riil. Fantasi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu fantasi
tidak sadar (tidak disengaja) dan fantasi disadari (disengaja).
Di antara stimulus
dengan respon terdapat peristiwa kognisi yang kemudian disebut dengan berpikir.
Berpikir merupakan pemecahan masalah
berdasarkan simbol-simbol dari informasi yang didapat. Ada beberapa macam
pemecahan masalah: dengan insting, dengan kebiasaan – kebiasaan, dan dengan
aktifitas berpikir.
·
Peristiwa/gejala Perasaan
Perasaan
adalah suatu peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang
dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif atau individual.
Gejala perasaan
kita tergantung pada keadaan jasmani, pembawaan, perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Menurut
Max Scheler, perasaan itu ada 4 macam, yaitu perasaan tingkat sensoris, kehidupan vital, kejiwaan (psikis), dan perasaan
kepribadian.
Menutur
Crow dan Crow, emosi adalah suatu
keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari
dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan
individu.
Perasaan memiliki arti
yang lebih sempit dibandingkan dengan emosi. Perasaan dipengaruhi oleh jiwa
seseorang sedangkan emosi selain timbul dari dalam jiwa juga dipengaruhi oleh
suasana lingkungan. Emosi timbul karena adanya perkembangan dari perasaan. Suasana hati pada umumnya terjadi pada
alam bawah sadar namun dapat pula disebabkan oleh faktor jasmaniah. Suasana
hati dapat berupa sesuatu yang merupakan kesenangan maupun tidak. Suasana hati
inilah yang mempengaruhi emosi seseorang.
·
Peristiwa/gejala Konasi atau Kehendak
Dalam istilah sehari-hari, konasi dapat
diartikan sebagai kehendak atau hasrat. Kehendak ialah suatu fungsi jiwa untuk
dapat mencapai sesuatu. Ada berbagai macam kehendak, yaitu: Instink adalah suatu dorongan dari
dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung dari luar kesadaran kita.
Dorongan ada dua macam yaitu dorongan nafsu dan dorongan rohaniah. Macam-macam
dorongan instink antara lain: dorongan mempertahankan, mempertahankan jenis,
dan mengembangkan diri.
Suatu keinginan tertentu yang dapat
diulang-ulang disebut hasrat. Hasrat
yang aktif yang menyuruh kita, agar lekas bertindak membawa pengertian pada kecenderungan. Nafsu adalah hasrat yang besar dan kuat yang dapat menguasai
seluruh fungsi jiwa dan bergerak serta berkuasa dalam kesadaran. Keinginan adalah nafsu yang mempunyai arah dan tujuan
tertentu.
Kemauan adalah kekuatan yang sadar dan hidup dan atau menciptakan sesuatu yang
berdasarkan perasaan dan pikiran. Gejala konasi selanjutnya yaitu otomatisme. Otomatisme adalah gejala-gejala yang
menimbulkan gerak yang terselenggara dengan sendirinya. Ada dua macam otomatisme yaitu otomatisme asli dan
otomatisme latihan. Suatu pola
yang sering dikerjakan oleh seseorang terhadap hal yang sama disebut kebiasaan. Selain itu, ada juga motif
dan motivasi. Motif adalah adanya
suatu alasan yang menyebabkan seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan motivasi adalah kondisi yang mendorong
dan menggerakan seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
0 comments:
Post a Comment