1.
Hakikat Disiplin
Dari segi etimologi kata “disiplin” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “disicplus” yang mengandung makna pengikut atau penganut.Berdasarkan
makna dari segi etimologi ini, disiplin diartikan sebagai suatu keadaan tertib
di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk dalam
peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.Istilah disiplin
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 237) berarti tata tertib atau
ketaatan pada peraturan. Asy Mas’udi
(2000: 88) menyatakan disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu
pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapa pun.
Kata ”discipline” berasal dari bahasa latin
menunjuk kepada belajar dan mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan
isitilah ”disciple” yang mengikuti
orang belajar dibawa pengawasan seorang pimpinan. Di dalam pembicaraan disiplin
dikenal istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi terbentuknya satu sama
lain merupakan urutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban
ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban.
Ketertiban dilihat dari pengertiannya terbentuk lebih
dulu baru kemudian disiplin.Ketertiban bersifat ekstrinsik sedangkan
kedisiplinan lebih bersifat intrinsik. Ketertiban merupakan kepatuhan seseorang
dalam mengikuti aturan karena didorong oleh sesuatu yang datangnya dari luar,
misalnya: karena ingin mendapatkan pujian. Sedangkan, disiplin menunjuk kepada
kepatuhan seseorang terhadap peraturan atau tata tertib karena didorong oleh
kesadaran yang ada dalam kata hatinya.Oleh karena itu, biasanya ketertiban itu
lebih dulu, kemudian baru berkembang menjadi sikap disiplin.Orang yang
mengikuti peraturan disebabkan karena rasa takut, didesak oleh berbagai
kepentingan, belum dapat dikatakan perbuatan disiplin. Misalnya: seorang
pengendara sepeda motor selalu membawa helm tetapi tidak dikenakan dan baru dikenakan
jika akan melewati daerah yang diperkirakan ada polisi. Perbuatan tersebut
bukanlah perwujudan dari sikap disiplin. Lain halnya jika seseorang menyadari
bahwa naik kendaraan bermotor penuh dengan resiko, bahaya dapat datang kapan
saja tanpa diperhitungkan, maka demi menjaga keselamatannya, ia mengenakan helm
walaupun ia menaiki di jalan pedesaan, maka ia termasuk orang yang memiliki
disiplin diri yang tinggi.
2.
Hakikat Disiplin Kelas
Menurut Suharsimi
Arikunto (dalam Chumdari dan Sutini 1996: 55) menyatakan bahwa disiplin kelas
adalah keadaan tertib dimana guru dan murid-murid yang tergabung dalam suatu
kelas tunduk kepada peraturan-peraturan (tata tertib) yang telah ditetapkan
dengan senang hati.
Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen
Dikdasmen (dalam Muliani Aziz, 2012) mengartikan bahwa disiplin kelas adalah
keadaan tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung guru dan siswa taat
kepada tata tertib yang telah ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa
disiplin kelas merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri
seseorang untuk bersikap patuh terhadap bentuk-bentuk aturan yang telah
ditetapkan dalam kelas agar tercapai tujuan yang diinginkan.
Pada hakikatnya
disiplin kelas merupakan hal esensial terhadap terciptanya perilaku tidak
menyimpang dari ketertiban kelas.Dalam kaitannya disiplin kelas, maka sikap dan
tingkah laku yang diharapkan adalah perilaku yang mencerminkan kepatuhan dari
berbagai nilai yang disepakati oleh semua, baik siswa, guru, dan karyawannya
yang tertuang dalam tata tertib sekolah/kelas.Di mana dalam hal ini guru serta
siswa yang ada dalam suatu kelas mengontrol suasana dalam kelas dan
memanipulasi kelas tersebut berdasarkan variasi respon para siswa.
B. Cara Mendisiplinkan Siswa
Menegakkan disiplin bukanlah untuk
mengurangi kebebasan peserta didik akan tetapi, ingin memberikan kebebasan
yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya. Namun,
perlu disadari bahwa jika kebebasan pada peserta didik terlampau
dikurangi dan dikekang dengan peraturan maka peserta didik tersebut dapat
memberontak, mengalami frustasi serta kecemasan secara berlebihan. Di
sekolah-sekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku
peserta didik yang dikehendaki agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal.
Oleh karena itu, diperlukan beberapa cara agar tercipta kondisi kelas yang
tertib dan disiplin.
- PartisipasiKomponenSekolah
Semua komponen sekolah harus
ikut berpartisipasi menegakkan disiplin sekolah, sehingga pada akhirnya akan
tercipta disiplin kelas. Komponen sekolah yang dimaksud adalah, sebagai berikut
a.
KepalaSekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab institusional.
Kedisiplinan kepala sekolah tidak dapat dipungkiri lagi, karena peranannya
sebagai tokoh sentral di sekolah harus mampu memberikan teladan yang dapat
digunakan sebagai panutan bagi komponen sekolah yang lain.
b.
Guru
Kesan guru “digugu dan ditiru” merupakan
pameo yang sampai sekarang masih dapat dianggap relevan.Guru adalah sosok yang
selalu dianggap benar oleh anak SD, sehingga Guru hendaknya selalu memberikan
teladan yang baik bagi anak-anak SD. Guru harus dapat mengembangkan sikap
keterbukaan, misalnya jika terlambat guru harus mau minta maaf kepada murid,
apabila belum sempat mengoreksi pekerjaan siswa, guru juga harus mampu berterus
terang menyampaikan masalah yang dihadapi. Sehingga siswa akan responsif pada
guru tersebut dan menganggap bahwa guru memang selayaknya untuk diteladani
segala sikap serta perilakunya.
c.
PetugasSekolah yang Lain
Siswa pada hakikatnya tidak membedakan
status seseorang, hanya orang dewasalah yang membuat status itu menjadi
berbeda. Kedisiplinan yang dilakukan oleh semua personil sekolah akan semakin
memperkuat persepsi anak bahwa kedisiplinan merupakan prasarat mutlak
terselenggaranya hidup disiplin dari seluruh komponen sekolah.
d.
Siswa
Siswa merupakan subjek yang melaksanakan
tugas belajar.Siswa memiliki potensi untuk berlaku disiplin yang dibawa sejak
lahir dan berkembang pada lingkungan keluarga maupun lingkungan di sekitarnya.Siswa
bukanlah individu yang sulit diatur, apabila guru mampu memahami sikap mereka.
Guru harus dapat mengenali siswanya secara individual sehingga dapat
menanganinya sesuai dengan karakteristik siswa tersebut.
2.
MenggunakanTeknikPenangananDisiplinKelas
Dalam melakukan disiplin kelas diperlukan pula teknik
penanganan disiplin kelas. Teknik-teknik tersebut meliputi:
a.
Persuasif
Guru hendaknya mampu melakukan bujukan
kepada murid, misalnya untuk mengerjakan tugas, mendorong hadir lebih awal,
serta tindakan disiplin lainnya, karena bujukan
atau rayuan yang diberikan kepada siswa cenderung akan memberikan pengaruh sikap patuh, dibandingkan dengan
menggunakan pemaksaan langsung yang dapat menimbulkan sikap memberontak.
b.
PemberianContoh
Guru sebagai fasilitator utama harus
dapat memberikan contoh atau teladan bagi siswanya. Contoh tersebut tidak hanya
diberikan sekali atau dua kali saja tetapi harus dilakukan secara berulang kali
tanpa bosan.Disiplin bagi guru memang
hendaknya sudah menjadi bagian dari sikap hidupnya, sehingga jika apa yang
dicontohkan belum ditiru oleh siswanya, maka guru tersebut tidak akan merasa
frustasi atau menyerah begitu saja.
c.
Penenggelaman(Immersion)
Apabila teknik pemberian contoh atau
teladan telah berbudaya pada lingkungan keluarga (orangtua), sekolah (kepala
sekolah, guru dan petugas sekolah lainnya), maka lama-lama anak akan menjadi
terbiasa dengan lingkungan manusia yang memiliki budaya disiplin dan
meninggalkan kebiasaannya yang tidak tertib, sehingga disiplin pada anak
akan mudah terbentuk. Cara yang dapat ditempuh dengan teknik ini
antara lain yaitu dengan membudayakan disiplin pada semua komponen sekolah,
menyadarkan murid apabila mereka melanggar tata tertib, dan mengajaknya untuk
memahami arti penting disiplin.
d.
CurahPendapat
Curah pendapat dapat dilakukan dengan
cara mensosialisasikan tata tertib/peraturan dengan mengadakan curah pendapat
dengan siswa, sehingga siswa menjadi lebih mengenal dan akrab dengan tata
tertib tersebut dan merasa bahwa tata tertib tersebut merupakan hasil
kesepakatan bersama. Pada akhirnya mereka akan merasa memiliki dan ikut
berperan serta.
e.
PenegakkanTataTertib
Tata tertib dan peraturan kelas merupakan
sesuatu yang digunakan untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada
siswa.Peraturan dan tata tertib menunjuk pada patokan atau standar yang
sifatnya umum yang harus ditaati siswa.Oleh karena itu, tata tertib dan
peraturan perlu ditegakkan untuk bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Tata
tertib yang berlaku secara umum meliputi tiga unsur:
1)
Perbuatan atau perilaku yang diharuskan dan yang
dilarang.
2)
Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku
atau pelanggar peraturan.
3)
Cara dan prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada
subjek yang dikenai aturan.
Tata tertib model ini disusun oleh guru
atau kepala sekolah dan mempunyai sifat menuntut, sehingga siswa adalah objek
pelaksana, melaksanakan tata tertib merupakan kewajiban, sehingga penghayatan
dan pembiasaan sikap hidup berdisiplin
terhadap peraturan lebih bersifat ketaatan artifisial. Pengembangan tata tertib
siswa pada dasarnya mencakup, tata tertib dalam kelas, di luar kelas, dan di
rumah. Berikut beberapa butir tata tertib
di kelas, antara lain:
a)
Tidak terlambat masuk kelas (pagi dan setelah
istirahat).
b)
Melaksanakan piket dengan baik.
c)
Menjaga kebersihan kelas.
d)
Membuang sampah di tempatnya.
e)
Menempatkan dan merawat peralatan kelas.
f)
Meminta ijin jika keluar kelas.
g)
Menghormati dan berlaku sopan kepada siapapun.
h)
Tidak mengganggu teman.
i)
Tidak bersikap sombong.
j)
Membersihkan kaki, tangan sebelum masuk kelas.
k)
Berbicara dengan baik dan sopan.
l)
Berperilaku terpuji.
m)
Berpakaian seragam dan tertib.
n)
Memelihara rambut.
o)
Memakai sepatu.
p)
Menggunakan waktu secara baik.
q)
Bersahabat dll.
3.
MelakukanUpaya-UpayaPengembanganDisiplinKelas
Dalam mendisiplinkan kelas, juga diperlukan adanya
upaya-upaya untuk pengembangan disiplin kelas. Upaya-upaya tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
Preventif
Upaya preventif merupakan upaya yang bersifat pencegahan.
Upaya ini dapat dilakukan dengan cara menyusun tata tertib dan peraturan,
menetapkan sanksi atau hukuman bagi yang melaggar peraturan, memberikan
kesadaran pada murid mengenai arti penting disiplin, dan memberikan hadiah (reward) atau penguatan bagi yang dapat
menaati tata tertib sebagai bentuk motivasi, misalnya dengan memberikan pujian,
mengacungkan jempol.
b.
Kuratif
Upaya kuratif merupakan upaya yang
dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran. Upaya ini dapat dilakukan dengan
cara melaksanakan bimbingan terhadap siswa, memberikan hukuman yang sesuai, dan
menuliskan skor pada buku pengamatan kedisiplinan agar anak termotivasi jangan
sampai mendapat skor pelanggaran hingga batas maksimal yang ditentukan.
C.
Pendekatan
Disiplin
Ada beberapa pendekatan yang
dapat dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam usaha menciptakan
disiplin kelas yang efektif, yaitu:
1.
PendekatanManajerial
Pendekatan manajerial
merupakan pendekatan yang berupaya untuk menyelenggarakan pembelajaran dengan
menitikberatkan pada upaya guru dalam mengatur dan mengorganisasi siswa sesuai
dengan persepsi guru terhadap siswa. Pendekatan manajerial meliputi:
a.
PendekatanKekuasaan atau Otoriter
Pendekatan kekuasaan atau otoriter adalah pendekatan yang
menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas
dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru otoriter bertindak untuk
kepentingan siswa dengan menerapkan disiplin yang tegas. Apabila, timbul
masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisiplinan kelas, maka
diperlukan adanya pendekatan antara lain yaitu melakukan pendekatan perintah
dan larangan, penekanan dan penguasaan, penghukuman dan pengancaman.
Contoh:
Di ruang kelas 4 saat pembelajaran terdapat salah satu siswa
bernama Dimas suka mengganggu temannya yang sedang memperhatikan penjelasan
materi dari gurunya.Dia dipanggil dinda.Dinda merasa terganggu oleh tingkah
Dimas. Situasi ini membuat proses pembelajaran menjadi terganggu sehingga guru
menggunakan pendekatan kekuasaan untuk menangani hal tersebut. Pendekatan
kekuasaan yang dilakukan oleh guru seperti: “Dimas, kalau kamu nakal nanti akan
ibu hokum lo?”
b.
PendekatanAncaman atau Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang disiplin
kelas sebagai proses pengendalian perilaku siswa. Bentuk-bentuk pendekatan
intimidasi tersebut misalnya menggunakan hukuman yang kasar, ejekan, serta
ancaman.Kelemahan menggunakan pendekatan ini adalah timbulnya sikap bermusuhan
atau tidak harmonisnya hubungan antara guru dengan siswa.
Contoh:
Di ruang kelas 3 terdapat siswa yang mengganggu gurunya sebut saja
namanya Adi.Tingkah Adi membuat gurunya menjadi tidak focus dalam
pembelajarannya sehingga gurunya menggunakan pendekatan ancaman berupa “Adi,
jangan mengganggu ibu dalam mengajar, nanti ibu hokum untuk mempelajari materi
tentang Tumbuhan lo?”
c.
Pendekatan Kebebasan
atau Permisif
Pendekatan ini diartikan sebagai suatu proses untuk membantu siswa
agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan dan dimana saja. Peranan guru
dalam mendisiplinkan kelas menggunakan pendekatan ini adalah guru hanya menjadi
pendorong dan fasilitator untuk mengembangkan potensi siswa secara penuh.
Contoh:
Dalam pembelajaran IPA guru membebaskan siswa dalam bereksplorasi
untuk mengungkapkan apa yang dia pikirkan. Tentunya dalam pembelajaran ini
siswa bebas untuk bertindak dalam bereksplorasi tetapi tetap ikut mengawasi
tindakan siswa dalam berekplorasi.
d.
Pendekatan Demokratis
Pendekatan ini dapat dikatakan perpaduan kebaikan antara pendekatan
otoriter dan permisif.Pembelajaran ini, membebasakan siswa untuk bertingkah
laku dan berkreasi, namun jika dipandang membahayakan atau menyimpang maka guru
dapat menegur dan meluruskannya.
Contoh:
Sebelum memulai pembelajaran Matematika guru membuat peraturan
terlebih dahulu dengan muridnya (aturan) untuk mengikuti pelajaran
matematika.Aturan ini dibuat bersama dengan peserta didik. Misalnya: apabila
terdapat siswa yang terlambat saat mengikuti pelajaran matematika maka siswa
tersebut diberi sanksi untuk menyanyikan lagu daerah. Penekanan dalam aturan
ini adalah siswa mau menerima aturan tersebut dan konsekuensi apabila
melanggarnya, karena aturan tersebut merupakan kesepakatan bersama.Oleh karena
itu, siswa juga tidak merasa tidak terbebani dengan hukuman ataupun aturannya.
e.
PendekatanResep atau BukuMasak
Peranan guru dalam pendekatan ini hanya mengikuti petunjuk seperti
yang tertulis pada resep. Guru lebih banyak memberikan anjuran, wejangan,
perintah serta mengabaikan kebutuhan siswa. Guru yang mendisiplinkan kelas
menggunakan pendekatan ini dipandang tidak kreatif karena hanya terpaku pada
penyelesaian materi.
Contoh:
Guru mempunyai daftar permasalahan yang terjadi saat proses
pembelajaran. Masalah tersebut tentunya memiliki solusi.Solusi setiap
permasalahan yang terjadi sudah terdapat pada resep guru tersebut. Misalnya:
masalah tentang siswa yang nakal. Penanganannya yaitu guru mengamati dan
meneliti tentang karakterisik siswa tersebut.Kemudian mencari alternative
pemecahan masalah tersebut, seperti memberikan arahan, teguran, dll.
f.
Pendekatan Intruksional
Pendekatan intruksional dalam disiplin kelas ini mengacu pada
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.Oleh karena itu, peranan guru di sini
hanya merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa.
Contoh:
Dalam
pelajaran kewarganegaraan sebelum memulainya guru memberikan indicator dari
materi yang akan diberikan. Apabila pemeblajaran telah selesai indicator yang
diharapkan yang biasanya berupa perubahan sikap diharapkan dalam setiap
pembelajaran kewarganegaraan.
g.
PendekatanTransaksional
Pendekatan ini dinilai lebih fleksibel karena pendekatan ini
dikelola bersama guru dan siswa dalam bentuk pembagian tugas-tugas yang harus
diselesaikan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dapat dikatakan
sebagai pengembangan konsep cara belajar siswa aktif.
Contoh:
2.
PendekatanPsikologikal
Pendekatan psikologikal lebih
menitikberatkan pada pertimbangan bagaimana siswa di kelas dapat dikelola
dengan suatu pendekatan tertentu. Menurut Suparno (dalam Y. Padmono, 2011)
menyatakan ada lima pendekatan dalam manajemen kelas, yaitu:
a.
PendekatanPerubahanTingkahLaku
Peranan guru dalam pendekatan ini adalah mengembangkan tingkah laku
yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.Oleh karena itu, menurut
pendekatan ini, yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan
pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Contoh:
Dalam pembelajaran IPS guru memberikan hadiah apabila terdapat
siswa yang mampu menjelaskan materi yang telah dibahas.Hadiah yang diberikan
dapat berupa nilai atau poin atau bahkan berupa alat tulis. Hal ini tentu akan
memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang pernah dipelajarinya.
b.
PendekatanIklimSosio-Emosional
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pengelolaan kelas yang
efektif memerlukan hubungan positif antara guru dan siswa serta siswa dengan
siswa. Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai maksimal apabila hubungan
antarpribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
Contoh:
Di kelas 4 terdapat siswa yang sangat nakal sehingga guru
menggunakan pendekatan ancaman.Pendekatan ancaman ini memberikan akibat
negative terhadap siswa sehingga siswa menjadi takut. Untuk mengatasi hal
tersebut digunkanlah pendekatan hubungan pribadi terhadap siswa tersebut agar
siswa tersebut tidak merasa takut akan sikap guru terhadapnya. Pendekatan ini
dilakukan di luar kelas tentunya.
c.
PendekatanKerjaKelompok
Pada pendekatan kerja kelompok, peranan guru di sini adalah
mendorong perkembangan dan kerja sama antar kelompok. Untuk menjaga kondisi kelas agar tetap baik, guru harus dapat
mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi
masalah-masalah pengelolaan.
Contoh:
Kelas 5 terdapat sekelompok siswa yang mengganggu pembelajaran.Hal
ini berakibat disiplin gelas terganggu. Oleh karena itu, guru memberikan
nasehat untuk sekelompok siswa tersebut agar tidak mengganggu kelompok lain.
Kalian pasti bisa melakukannya.
d.
PendekatanKeterlibatanAktif
Karena belajar merupakan hasil interaksi individu dengan individu,
lingkungan, materi, maka proses interaksi hendaknya dapat dikelola menjadi
interaksi yang produktif. Oleh karena itu, perlu adanya keterlibatan semua
komponen kelas secara aktif.
Contoh:
Di sekolah terdapat sebuah taman kelas terdapat sebuah anjuran atau
perintah untuk jagalah aku atau jangan membuang sampah sembarangan. Hal ini
memerlukan keterlibatan siswa untuk menjaga kebersihan baik di luar ruangan
ataupun di dalam ruangan. Apabila anjuran tersebut dilakukan oleh siswa tentu
akan berdampak positif dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan ruang kelas yang
bersih merupakan syarat efektif untuk melakuakan pembelajaran sehingga tidak
ada keluhan bau sampah.
e.
PendekatanElektis atau Pluralistik
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan
inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut
berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis disebut juga
pendekatan pluralistik yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan
berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk menciptakan dan
mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan
efektif dan efisien.
Contoh:
Di kelas 5 terdapat siswa yang nakal.Penanganan untuk kasus ini
guru menggunakan pendekatan kekuasaan dan pendekatan ancaman.Berupa hukuman
terhadap siswa tersebut. Misalnya: “Gin, kamu jangan nakal lagi ya? Nanti kalau
nakal ibu hokum lo?.Apabila siswa tersebut masih nakal maka guru tersebut
menggunakan hukuman berupa mengerjakan tugas atau menghafal materi yang telah
dipelajari pada hari itu.
Menurut Sudarwan Danim dan
Yunan Danim (2010: 169) menyebutkan ada beberapa pendekatan disiplin.Pendekatan
yang tidak begitu disetujui adalah pendekatan yang merekomendasikan bahwa siswa
harus sepenuhnya bertanggung jawab dalam memperbaiki sikap mereka. Pendekatan
berikutnya yaitu pendekatan yang mengharuskan guru memegang kontrol total karena
kepentingan siswa ada di dalamnya ketika guru melakukan hal tersebut.
Menurut Tauber (dalam
Sudarwan Danim dan Yunan Danim, 2010: 170) mengemukakan bahwa satu bentuk
pendekatan tidaklah cukup untuk menunjang pengajaran dari hari ke hari.Penting
bagi guru untuk menjadi terbiasa dengan tingkat pendekatan yang diperlukan
dalam manajemen kelas. Dengan kata lain, guru harus mampu menerapkan lebih dari
satu pendekatan yang disesuaikan dengan situasi permasalahannya.
D. Tipe-Tipe Sikap Siswa
Dalam proses belajar
mengajar, seringkali banyak dijumpai beberapa masalah siswa. Masalah-masalah
tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe sikap siswa.Beberapa tipe-tipe sikap siswa
sebagai berikut:
1.
Anak hiperaktif, anak seperti ini cenderung tidak bisa
duduk diam. Ia cenderung bergerak terus-menerus, kadang suka berlarian, suka
melompat-lompat, bahkan berteriak-teriak di kelas. Anak ini sulit untuk
dikontrol. Ia melakukan aktivitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia pun suka
mengganggu teman bahkan gurunya.
2.
Distractibility child adalah anak yang
cenderung cepat bosan. Ia seringkali mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek
lain di kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan
perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas.
3.
Poor self concept adalah anak yang
cenderung pendiam di kelas, pasif, atau sangat perasa sehingga mudah
tersinggung. Karakteristik anak seperti ini cenderung tidak berani bertanya
atau menjawab, serta merasa dirinya tidak mampu. Karena itu, ia cenderung
kurang berani bergaul, dan suka menyendiri.
4.
Anak impulsif adalah anak yang cepat bereaksi setiap
guru memberi pertanyaan di kelas. Namun, jawaban yang diberikan sering kali
tidak menunjukkan kemampuan berpikir yang logis. Anak seperti ini ingin
menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal cara anak itu menjawab
justru mencerminkan ketidakmampuannya.
5.
Destructive behavior adalah anak yang suka
merusak benda-benda yang ada di sekitarnya. Sikap agresif yang negatif dalam
bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa anak ini adalah anak yang
bermasalah (trouble maker). Anak
seperti ini cepat tersinggung. Ia bertempramen tinggi, yang mengarah kepada
perilaku agresif.
6.
Distruptive behavior adalah anak yang
sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan nada mengejek, anak
ini cenderung menentang guru. Sumpah serapah berupa kata-kata kasar yang tidak
sopan sering terlontar.
7.
Dependency child anak yang selalu
bergantung pada orang tuanya. Anak seperti ini sering merasa takut dan tidak
mampu untuk berani bisa melakukannya sendiri. Ia sangat bergantung pada orang
di sekitarnya. Sikap orang tua yang terlalu over
protective atau sangat melindungi membuat anak ini menjadi sangat
tergantung.
8.
Withdrawl yaitu anak yang
mempunyai sosial ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh dan
enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena
dirinya merasa tidak mampu.
9.
Learning disability adalah anak-anak yang
tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anak-anak yang sebaya. Anak
seperti ini sulit untuk menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan
mengaplikasikan apa yang dipelajari.
10.
Learning disorder adalah anak yang
mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun syaraf. Anak seperti ini
cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak yang sebaya. Anak
seperti ini membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga khusus, seperti anak yang menderita ASD (Autism Sectrum Disorder).
11.
Under achiever, yaitu anak yang
mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun prestasi akademiknya di
kelas sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat rendah. Anak seperti ini
sering menyepelekan tugas-tugas yang diberikan, dan PR sering dilupakan.
12.
Over achiever adalah anak yang
mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi, ia merespon dengan cara cepat.
Anak seperti ini tidak bisa menerima kegagalan. Ia tidak mudah menerima
kritikan dari siapapun termasuk gurunya.
13.
Slow learner adalah anak yang sulit
menangkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya.
14.
Social interseption
child
adalah anak yang kurang peka dan tidak perduli terhadap lingkungannya. Anak ini
kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman yang
ada di kelas.
Berdasarkan tipe-tipe sikap siswa tersebut,
ada beberapa cara yang mungkin dapat meningkatkan perilaku positif siswa yaitu
1.
Memberikan penjelasan dan harapan-harapan pada sikap
emosi dan perilaku siswa yang diinginkan, sejelas mungkin.
2.
Menunjukkan dan memberikan penjelasan pada siswa
terhadap hal-hal yang negatif dan tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa.
3.
Memberikan perhatian dan pengakuan kepada siswa atas
sifat-sifat dan prestasi yang positif untuk dinyatakan pada siswa setiap hari.
4.
Memberikan contoh sikap, kebiasaan kerja dan hubungan
interaksi dan komunikasi yang positif.
5.
Selalu memberikan motivasi-motivasi positif kepada
siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
6.
Guru harus mampu pandai membawa diri ke dunia mereka,
sehigga apa yang akan disampaikan nantinya dapat tepat sasaran.
7.
Mempersiapkan pola pengajaran yang telah terencana
dengan baik, dan cara penyampaian yang efektif, kreatif, yang dapat menjadikan
siswa aktif.
8.
Memberikan bimbingan belajar khusus pada siswa yang
memang memerlukan.
A. Kesimpulan
Disiplin
kelas merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang untuk
bersikap patuh terhadap bentuk-bentuk aturan yang telah ditetapkan dalam kelas
agar tercipta kondisi kelas yang tertib dan nyaman dalam proses pembelajaran.
Ada beberapa cara untuk dapat
menciptakan situasi kelas yang tertib dan disiplin yaitu adanya partisipasi
semua komponen sekolah yang terkait untuk menaati aturan dan mencerminkan
perilaku disiplin. Komponen sekolah yang dimaksud dimulai dari kepala sekolah,
guru, petugas sekolah lainnya yang kemudian diikuti oleh siswa.Selain itu, perlu
adanya penggunaan teknik-teknik penanganan disiplin kelas, dan upaya-upaya
dalam pengembangan disiplin kelas.
Menggunakan teknik dan upaya
dalam disiplin kelas tidaklah cukup, perlu ditunjang adanya pendekatan dalam
mendisiplinkan kelas.Pendekatan tersebut dibagi menjadi pendekatan manajerial
dan pendekatan psikologikal.Di mana guru harus mampu mengaplikasikan lebih dari
satu pendekatan.Pendekatan yang diterapkan harus disesuaikan dengan situasi
permasalahan yang sedang dihadapi.
Setelah menguasai
teknik, upaya, dan pendekatan dalam mendisiplinkan kelas, guru juga harus bisa
mengenal siswa lebih dekat dengan cara mengenal tipe-tipe sikap siswa. Agar,
guru mengetahui bagaimana cara mengambil tindakan, bagaimana cara bersikap
untuk menangani masalah siswa tersebut sehingga diperoleh penanganan yang
tepat.