A. Hakikat Belajar Tuntas
Ø
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengemukakan
bahwa belajar tuntas adalah pencapaian taraf penguasaan
minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga apa yang dipelajari siswa dapat tercapai
semua.
Ø
Menurut Suryosubroto, belajar tuntas adalah suatu filsafat yang
mengatakan bahwa dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar
dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di
sekolah.
Ø
Agus Supriyono (2009: 136) menyatakan bahwa
belajar tuntas adalah peserta didik diperkenankan mengerjakan pekerjaan
berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar,
dan hasil yang baik.
Ø
John B. Carrol dan Benyamin Bloom (dalam
Pembelajaran Remedial, 2004: 11) menyatakan bahwa belajar tuntas adalah
pendekatan pengorganisasian pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar lebih
menarik sehingga mencapai kepuasan kinerja tentang materi yang dipelajarinya.
Ø
Kesimpulan: belajar tuntas adalah siswa belajar
dan mampu melewati kompetensi yang diharapkan.
Belajar tuntas adalah siswa tidak
diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan
pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.“Jika siswa
dikelompokkan berdasarkan karakteristik mereka, maka sebagian
besar pelajaran, yang diajarkan sesuai dengan karakteristik mereka, maka
sebagian besar mereka akan mencapai ketuntasan.Prinsip belajar tuntas
untuk pencapaian kompetensi sangat efektif untuk meningkatkan kinerja akademik.
Berdasarkan pada uraian tersebut, maka siswa yang belajar lambat perlu waktu
yang lebih lama untuk materi yang sama, mereka dapat berhasil jika mereka
diajar dengan metode yang tepat dan materi yang berurutan sejak dari kompetensi
awal mereka. Guru harus mempertimbangkan antara waktu yang diperlukan
(berdasarkan karakteristik siswa) dan waktu yang tersedia dibawah kontrol guru.
Untuk mengetahui ketentuan didalam mereka mempelajari suatu pengetahuan dengan
mengadakan penilaian, yang mana nilai ketuntasan standar kompetensi ideal =
100. Guru dan sekolah menentukan nilai ketuntasan minimum secara bertahap dan
terencana agar memperoleh nilai ideal. Adapun nilai ketuntasan minimum per
matapelajaran ditetapkan berdasarkan tingkat kesulitan dan kedalaman kompetensi
dasar yang harus dicapai siswa (dan setiap mata pelajaran nilai ketuntasannya
dapat berbeda) tetapi idealnya penentuan ketuntasan diberikan pada setiap
indikator.Dan bagi siswa yang belum tuntas harus mengikuti program remedial.
B. Model Pembelajaran Remedial
1.
Model Pembelajaran
Remedial di Luar Jam Sekolah (Outside
School Hours)
Model ini membuat pembelajaran remedial untuk
membantu kesulitan belajar siswa terhadap satu atau beberapa materi subjek,
sebelum atau setelah jam pelajaran dilaksanakan.Keuntungan pembelajaran
remedial model ini adalah:
a.
Siswa menerima tambahan waktu untuk membahas kembali
dari hanya pembelajaran yang biasa diikuti di kelas.
b.
Siswa memperoleh bantuan mengidentifikasikan titian
untuk mengisi kesenjangan dengan cara mengadakan informasi tambahan agar lebih
mudah memahaminya.
c.
Kelompok siswa yang tingkat perkembangan inteletualnya
sejenis dalam pembelajaran remedial diberikan kesempatan untuk mengajukan
kesulitan-kesulitan dan bantuan pendekatan yang sesuai agar lebih memahaminya.
d.
Dalam kelompok kecil pada kelas remedial, akan sangat
membantu interaksi antara guru dan siswa belajar dengan bermakna.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
model pembelajaran remedial:
1)
Siswa yang tadinya mengalami kesulitan belajar akan
lebih siap mengikuti pembelajaran pada kelas regular.
2)
Perlunya pengaturan khusus dari orang tua siswa agar
membantu siswa dari dan ke sekolah di luar jam sekolah yang biasanya.
3)
Kerjasama antar guru remedial dengan guru kelas
regular.
Pedoman dalam menerapkan Model Pembelajaran Remedial Outside School Hours:
a.
Penekanan pada remediasi yang bertujuan membantu siswa
membangun dasar yang kokoh tentang belajar materi subjek yang dianggap sulit
dan kemampuan belajar mandiri dengan bimbingan guru.
b.
Guru hendaknya mengkaji intisari kurikulum yang
menekankan pada ketuntasan belajar siswa, dan merencanakan materi tambahan yang
sesuai agar betul-betul memantapkan pengetahuan dasar siswa. Pengetahuan dasar
ini diperlukan dalam mempelajari materi lanjutan.
c.
Guru pembelajaran remedial dapat memberikan ilustrasi
yang lebih banyak sebagai titian memahami materi subjek untuk membantu
mamapankan pengetahuan yang diperlukan dan membangun konsep yang lebih baik
(pembelajaran lebih efektif bagi siswa) daripada pembelajaran di kelas biasa.
Guru dapat juga memberikan bimbingan mengisi LKS (Lembar Kerja Siswa), mencatat
hal-hal penting, membahas soal ulangan, jika diperlukan.
d.
Hanya kelompok siswa yang peringkatnya sama yang
mengikuti pembelajaran remedial pada topik yang sama.
e.
Jumlah jam pembelajaran remedial tidak sama dengan
pembelajaran biasa, misalnya untuk Sains 5 kali pertemuan, Bahasa 5-6 kali
pertemuan, dan matematika 3-5 kali pertemuan, sesuai dengan kesulitan siswa.
f.
Lamanya jam pembelajaran remedial sebaiknya disesuaikan
(sama) dengan jam pelajaran yang biasa.
2.
Pengambilan secara
Tertentu (withdrawal)
Model pelaksanaan pembelajaran remedial ini, dengan
cara memisahkan siswa dari kelas biasa, kedalam kelas remedial. Pemisahan ini
bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang materi subjek yang
dibahas. Model ini tidak digunakan untuk semua mata pelajaran, biasanya hanya topik-topik
yang dianggap esensial sebagai fondasi pengetahuan yang lain dan atau lanjutan.
Beberapa keuntungan dalam melaksanakan model
pembelajaran remedial yaitu:
a.
Sebagai kelompok siswa yang relatif sangat sedikit
(kelas kecil), guru dapat memahami lebih baik kebutuhan siswa secara
individual, kinerja (performansi) siswa di dalam kelas dan kesulitan
masing-masing siswa dalam belajar.
b.
Memudahkan guru dalam memberikan bimbingan dan bantuan
agar siswa lebih memahami topik yang dianggap sulit oleh siswa.
c.
Membantu meningkatkan pembelajaran dalam hal interaksi guru
dengan siswa selama pembelajaran, yang memungkinkan siswa tersebut belajar
lebih intensif.
Beberapa pedoman dalam menerapkan Model Pembelajaran
Remedial Withdrawal yaitu:
a.
Sekolah harus menjadwalkan secara tersendiri mata
pelajaran dan topik serta daftar siswa yang akan dipisahkan bersesuaian dengan
kebutuhan siswa.
b.
Bila jumlah siswa yang akan mengikuti pembelajaran
remedial mencapai 15 orang, sekolah hendaknya mengalokasikan sesuai dengan
materi yang diperlukan, dan sebaiknya tidak lebih dari 15 orang dalam satu
rombongan belajar.
c.
Sekolah juga menentukan prioritas yang akan dibahas
sesuai dengan kebutuhan siswa, misalnya atas dasar konsep esensial, konsep
prasyarat bagi topik berikutnya dan tingkat kesulitan bagi siswa.
d.
Sesi remedial baiknya terhadap kelompok siswa yang
mempunyai peringkat perkembangan intelektual (pemahaman konsep) sama. Hal ini,
memudahkan dalam memberikan fondasi pengetahuan kunci bagi siswa.
3.
Penggunaan Tim Pengajar
(co-teaching)
Model pelaksanaan pembelajaran remedial ini
memerlukan tim pengajar, dapat terdiri atas dua atau lebih anggota, bekerja
bersama menyiapkan bahan-bahan, pembelajaran, dan penilaian hasil belajar yang
mengacu kepada pengingkatan keefektifan pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan
cara menyiapkan keberagaman kebutuhan siswa yang berada pada kelas yang sama.
Sekolah dapat memilih beberapa materi remedial untuk model ini dalam konteks
mengadopsi keseluruhan atau sebagian jumlah jam pelajaran regular yang ada.
Sekolah hendaknya menentukan jumlah jam pertemuan untuk masing-masing guru
sesuai dengan jumlah mengajar guru dan pengaturan administrasi. Beberapa kelebihan
menggunakan model pembelajaran remedial:
a.
Dapat membangun kebersamaan dalam kelompok yang
menciptakan suasana kondusif bagi lingkungan pendidikan secara keseluruhan di
sekolah.
b.
Dapat membantu dan saling meningkatkan kemampuan
professional di antara guru. Hal ini memungkinkan berbagi dan belajar dari
kelebihan yang lain, sehingga efektifitas pembelajaran dapat lebih ditingkatkan.
c.
Dapat memberikan keluwesan dalam pembelajaran dengan
memberikan guru mengatur pekerjaannya di antara mereka. Misalnya membuat
rencana pembelajaran, memilih dan membuat LKS, dll.
d.
Dapat mengurangi efek memberikan “predikat jelek”
kepada siswa kelompok khusus, dan memberikan dukungan tentang kebutuhan secara
individual kepada siswa.
e.
Dapat membantu meningkatkan interaksi antara guru dan
siswa sehingga siswa tidak sungkan menanyakan sesuatu kepada guru.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam
melaksanakan model pembelajaran remedial yaitu:
a.
Pemahaman guru tentang konsep pembelajaran remedial dan
motivasinya untuk mengimplementasikan model co-teaching
ini.
b.
Dukungan dan kerjasama dari administrasi sekolah dan
pengalokasian sumber daya yang ada untuk keberhasilan program ini.
c.
Adanya koordinasi dan tingkat pemahaman antara guru
sesuai dengan peran yang diberikan, pengalokasian tugas, pengaturan sumber daya
yang ada.
d.
Adanya komunikasi dan kesempatan guru sebelum dan
sesudah pembelajaran untuk mendiskusikan mulai dari rencana pembelajaran,
kemajuan pencapaian masing-masing siswa, dan hambatan-hambatan membimbing siswa
yang mengalami kesulitan belajar.
Beberapa pedoman dalam menerapkan Model Pembelajaran
Remedial Co-teaching, yaitu sebagai
berikut.
a.
Persiapan
1)
Guru bersama-sama siswa menyusun rencana pembelajaran,
menentukan tujuan pembelajaran dan kata kunci topik yang dipelajari, kegiatan,
dan aktivitas fisik dalam pembelajaran.
2)
Untuk memenuhi kebutuhan individu siswa, guru sebaiknya
mendiskusikan strategi pembelajaran dan adaptasi kurikulum yang diperlukan.
Juga merancang dan mengumpulkan bahan remediasi untuk mengayakan materi
pembelajaran yang ada di kurikulum.
3)
Peran dan tugas khusus guru, adalah merancang lembar
kerja atau menyiapkan media pembelajaran secara jelas setiap topik pembahasan
yang bertujuan membantu siswa memahami topik tersebut.
b.
Presentasi Pelajaran
Selama pembelajaran guru dapat mengadopsi
pembelajaran dengan cara yang sesuai dengan ciri topik serta tujuan dan materi
pembelajaran. Berikut beberapa latihan yang umum.
1)
Guru mempresentasikan materi subjek bersama-sama atau
secara berurutan. Mereka juga dapat memberikan elaborasi atau eksplanasi
tambahan tentang sesuatu yang memungkinkan lebih jelas.
2)
Guru dapat mengganti perannya secara bergantian, selama
dalam pembelajaran, sesuai dengan keadaan.
3)
Guru mendorong siswa yang lemah dengan membentuk
kelompok kecil atau bimbingan secara individual untuk melengkapi dan membantu
siswa dalam kerjanya.
4)
Mengembangkan keterampilan dan kebiasaan belajar
mandiri di antara siswa (cara memperoleh informasi), dan memberikan
contoh-contoh yang faktual dan masukan kepada siswa.
5)
Mengobservasi dan mencatat kinerja siswa. Sangat
penting bagi mereka menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang baik, untuk
membantu konsentrasi, meningkatkan pertanyaan dan mengambil catatan selama
pelajaran.
6)
Mempertahankan agar kelas tetap tertib, dan suasana
belajar dengan menciptakan suasana kelas saling membantu (berkolaborasi antar
siswa).
c.
Evaluasi dan review
1)
Mengevaluasi cara anggota tim dan perannya dalam
bekerjasama dalam kelompok.
2)
Mengubah materi pembelajaran dan memperbaiki strategi
pembelajaran dalam memebuhi kebutuhan siswa.
C.
Pembelajaran
Pengayaan
Secara umum, pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman
atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan
oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik dapat melakukannya.Dalam
pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, lazimnya
guru mengadakan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan peserta didik
terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari sebelum pembelajaran
dimulai. Kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai
strategi seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif,
inkuiri, diskoveri, dsb.Melengkapi strategi pembelajaran digunakan juga
berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai
format, mulai dari kaset audio, slide, video, komputer multimedia, dsb. Di
tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang
berlangsung, diadakan penilaian proses dengan menggunakan berbagai teknik dan
instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan
peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Penilaian
proses juga digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran bila dijumpai
hambatan-hambatan.
Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang
lebih formal berupa ulangan harian.Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan
tingkat pencapaian belajar, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil
mencapai tingkat penguasaan kompetensi tertentu.Penilaian akhir program ini
dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah peserta didik telah mencapai
kompetensi (tingkat penguasaan) minimal atau ketuntasan belajar seperti yang
telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.
Jika ada peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai
penguasaan kompetensi minimal yang ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan
perlakuan khusus berupa program pembelajaran pengayaan.Pembelajaran pengayaan
merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan
pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa
sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan
kecakapannya.Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan
berpikir, kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi,
inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dan sebagainya.Pembelajaran
pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan
lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai
kapasitas optimal dalam belajarnya.
1.
Jenis Pembelajaran Pengayaan
Ada tiga
jenis pembelajaran pengayaan, yaitu:
a.
Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang dirancang
untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa peristiwa sejarah,
buku, tokoh masyarakat, dsb, yang secara regular tidak tercakup dalam
kurikulum.
b.
Keterampilan
proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan
pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk
pembelajaran mandiri.
c.
Pemecahan
masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar
lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah. Pemecahan
masalah ditandai dengan: (a) identifikasi bidang permasalahan yang akan
dikerjakan; (b) penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan; (c)
penggunaan berbagai sumber; (d) pengumpulan data menggunakan teknik yang
relevan; (e) analisis data; dan (f) penyimpulan hasil investigasi.
Sekolah tertentu, khususnya yang memiliki peserta didik
lebih cepat belajar dibanding sekolah-sekolah pada umumnya, dapat menaikkan
tuntutan kompetensi melebihi standari isi.Misalnya sekolah-sekolah yang
menginginkan memiliki keunggulan khusus.
2.
Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
Pemberian pembelajaran pengayaan pada hakikatnya adalah
pemberian bantuan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan lebih, baik dalam
kecepatan maupun kualitas belajarnya.Agar pemberian pengayaan tepat sasaran
maka perlu ditempuh langkah-langkah sistematis, yaitu (1) mengidentifikasi
kelebihan kemampuan peserta didik, dan (2) memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran pengayaan.
a.
Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar
1)
Tujuan
Identifikasi
kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui jenis serta tingkat
kelebihan belajar peserta didik. Kelebihan kemampuan belajar itu antara lain
meliputi:
a)
Belajar
lebih cepat. Peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi ditandai
dengan cepatnya penguasaan kompetensi (SK/KD) mata pelajaran tertentu.
b)
Menyimpan
informasi lebih mudah. Peserta didik yang memiliki kemampuan menyimpan
informasi lebih mudah, akan memiliki banyak informasi yang tersimpan dalam
memori/ ingatannya dan mudah diakses untuk digunakan.
c)
Keingintahuan
yang tinggi. Banyak bertanya dan menyelidiki merupakan tanda bahwa seorang
peserta didik memiliki hasrat ingin tahu yang tinggi.
d)
Berpikir
mandiri. Peserta didik dengan kemampuan berpikir mandiri umumnya lebih menyukai
tugas mandiri serta mempunyai kapasitas sebagai pemimpin.
e)
Superior
dalam berpikir abstrak. Peserta didik yang superior dalam berpikir abstrak
umumnya menyukai kegiatan pemecahan masalah.
f)
Memiliki
banyak minat. Mudah termotivasi untuk meminati masalah baru dan berpartisipasi
dalam banyak kegiatan.
2)
Teknik
Teknik
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan berlebih peserta didik
dapat dilakukan antara lain melalui: tes IQ, tes inventori, wawancara,
pengamatan, dsb.
a)
Tes
IQ (Intelligence Quotient) adalah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kecerdasan peserta didik. Dari tes ini dapat diketahui tingkat kemampuan
spasial, interpersonal, musikal, intrapersonal, verbal, logik/matematik,
kinestetik, naturalistik, dsb.
b)
Tes
inventori. Tes inventori digunakan untuk menemukan dan mengumpulkan data
mengenai bakat, minat, hobi, kebiasaan belajar, dsb.
c)
Wawancara.
Wanwancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik
untuk menggali lebih dalam mengenai program pengayaan yang diminati peserta
didik.
d)
Pengamatan
(observasi). Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku
belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui
jenis maupun tingkat pengayaan yang perlu diprogramkan untuk peserta didik.
b.
Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
Perlu
diperhatikan bahwa penyelenggaraan pembelajaran pengayaan ini terutama terkait
dengan kegiatan tatap muka untuk jam-jam pelajaran sekolah biasa.Namun demikian
kegiatan pembelajaran pengayaan dapat pula dikaitkan dengan kegiatan tugas
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.Sekolah dapat juga
memfasilitasi peserta didik dengan kelebihan kecerdasan dalam bentuk kegiatan
pengembangan diri dengan spesifikasi pengayaan kompetensi tertentu, misalnya
untuk bidang sains.Pembelajaran seperti ini diselenggarakan untuk membantu
peserta didik mempersiapkan diri mengikuti kompetisi tingkat nasional maupun
internasional seperti olimpiade internasional fisika, kimia dan biologi.
Sebagai
bagian integral dari kegiatan pembelajaran, kegiatan pengayaan tidak lepas
kaitannya dengan penilaian. Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan, tentu
tidak sama dengan kegiatan pembelajaran biasa, tetapi cukup dalam bentuk
portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari peserta didik
yang normal.
1)
Pembelajaran Model Mentoring dan Tutoring
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar
pembelajaran melalui mentoring dan tutoring dapat berjalan dengan baik:
a)
Tutor perlu diberikan bekal latihan membimbing
pembelajaran.
b)
Tutor dan peserta hendaknya jelas perannya
masing-masing dan harapan yang dilakukan.
c)
Tutor dan peserta memerlukan supervise dan masukan
tentang kinerjanya, khususnya pada saat awal proses tutorial.
d)
Guru dengan tutor hendaknya menciptakan cara yang
efektif dan efisien dalam merekam dan melaporkan kemajuan yang dicapainya.
Disamping itu, tutor atau mentor sejawat
(siswa yang berkecakapan tinggi) dapat membangun kembali dan melengkapi konsep
yang telah dipelajari dalam pembelajaran biasa., di dalam struktur kognitifnya.
Membangun kembali pengetahuannya dengan pengayaan contoh-contoh (pengayaan
horizontal) dan juga mendalami lebih lanjut konsep berikutnya secara mandiri
(pengayaan vertical=pendalaman materi). Pengulangan kembali konsep dan
pengetahuan tersebut. Dalam proses tutoring atau mentoring oleh rekan sejawat,
dapat diartikan sebagai proses pengulangan dan mengekspresikannya kembali
sebagai proses pemaknaan ulang bagi siswa bersangkutan.
Kelemahan model ini bila dilakukan secara
berulang dalam kurun waktu yang lama, dapat menimbulkan rasa superioritas bagi
siswa yang mempunyai kecakapan lebih.
2)
Pembelajaran Model Proyek
Model pembelajaran pengayaan yang lain
bagi siswa yang mempunyai kemampuan belajar lebih cepat daripada siswa
rata-rata, yaitu dengan memberikan tugas khusus (proyek). Proyek yang
ditugaskan kepada siswa berkemampuan lebih ini sebagai tindak lanjut dari
pengetahuan yang dipelajarinya.Tugas yang dilakukan siswa berupa pengayaan
horizontal, yaitu mencari contoh-contoh lain dari yang telah dipelajarinya di
kelas dan penjelasan yang original dari contoh baru tersebut.
Alternative lain model proyek, adalah
tugas yang dilakukan siswa mencari penjelasan lebih lanjut (pendalaman secara
vertical) dari sekedar pengatahuan yang dipelajarinya dalam pembelajaran biasa.
Kedua model proyek ini yang dapat
dijadikan sebagai tugas bagi siswa tersebut, berupa penelitian sederhana,
berdasarkan sumber informasi yang digunakan siswa, yaitu penelitan literature
(dari berbagai buku teks), penelitian empiris (melakukan observasi langsung
kelapangan dengan eksperimen atau mengamati fenomena sebenarnya di alam), atau
mencari data dari berbagai narasumber yang berkompeten. Masalah atau kasus yang
dijadikan sebagai focus penelitian dapat diajukan oleh siswa, diberikan oleh
guru, masalah yang ditemui siswa lain, atau negosiasi antara guru dan siswa.
Alokasi waktu yang digunakan dalam
pembelajaran pengayaan model ini, dapat bervariasi.Dapat menggunakan
waktu-waktu kurikulum dengan kegiatan siswa yang dilakukan pada waktu di luar
pelajaran biasa, menggunakan waktu ekstrakurikuler.Produk kegiatan siswa ini adalah
laporan lengkap hasil penelitian sederhana (sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektual siswa). Laporan yang dihasilkan ini, sebaiknya dipresentasikan di
depan siswa yang lainnya.
3)
Belajar
Kelompok
Sekelompok peserta didik yang
memiliki minat tertentu diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran
sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti pembelajaran
remedial karena belum mencapai ketuntasan.
4)
Belajar mandiri
Secara mandiri peserta didik
belajar mengenai sesuatu yang diminati.
5)
Pembelajaran
berbasis tema
Memadukan kurikulum di bawah tema
besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai
disiplin ilmu.
6)
Pemadatan
kurikulum
Pemberian pembelajaran hanya
untuk kompetensi/materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan demikian
tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh kompetensi/materi baru, atau
bekerja dalam proyek secara mandiri sesuai dengan kapasitas maupun kapabilitas
masing-masing.
A. Kesimpulan
Belajar tuntas adalah
siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu
menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.Adapun
model pembelajaran yang digunakan dalam belajar tuntas ada 2 yaitu pembelajaran
remedial dan pembelajaran pengayaan.Pembelajaran remedial diberikan kepada
siswa yang belum tuntas (terlambat dalam menguasai kompetensi). Didalam
pembelajaran remedial terdapatmodelpembelajaran remedial di luar jam sekolah (Outside School Hours), pengambilan
secara tertentu (withdrawal) dan
Penggunaan Tim Pengajar (co-teaching).
Sedangkan, dalam pembelajaran pengayaan terdapat pembelajaran model mentoring
dan tutoring, pembelajaran model proyek, belajar kelompok, belajar mandiri, pembelajaran
berbasis tema, dan pemadatan kurikulum.
0 comments:
Post a Comment