Friday 25 January 2013

PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME


Pembelajaran Konstruktivisme
1.      PengertianPembelajaranKonstruktivisme
Berdasarkan paham konstruktivis, pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak dapat hanya ditransfer dari seorang(guru) kepada orang lain(siswa) dan selanjutnya yang menerima akan paham akan pengetahuan yang disampaikan. Akan tetapi, setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya sehingga dapat paham tentang pengetahuan yang disampiakan oleh penyampai. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif yang terjadi sebagai proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Dengan demikian, pembelajar berarti membentuk pengertian dan pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperolehnya.
Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Selanjutnya, teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan orang lain.
Selanjutnya, berdasarkan penjelasan Udin Syaefudin Sa’ud (2008:168), konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Jean Piaget dalam (dalam Udin Syaefudin Sa’ud, 2008:168) menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang diamatinya. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan berasal dari luar, tetapi dikonstruksi dalam diri seseorang. Karena itu, pengetahuan terbentuk oleh objek yang menjadi bahan pengamatandan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut. Lebih jauh Piaget dalam Udin Saefudin Sa’ud (2008:169) menyatakan hakikat pengetahuan adalah:
a.       Pengetahuan bukanlah gambaran dunia nyata, tetapi merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.
b.      Subjek membentuk kecerdasan kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.
c.       Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang, struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.
Pendekatan konstruktvisme merupakan salah satu pandangan bahwa dalam proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalamproses memperoleh pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik, kognitif, yang hanya dapat diatasi, melalui pengetahuan diri. Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak didik melalui pengalamannya dari hasil interaktif dengan lingkuangnnya (Bell dalam Udin Dyaefudin Sa’ud,2008:169). Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimilki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru.
2.      Ciri-CiriPembelajaranKonstruktivisme
a.       Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
b.      Menggalakkan ide murid dan dapat digunakan sebagai panduan merancang pengajaran.
c.       Menyokong pembelajaran secara koperatif
d.      Menggalakkan dan menerima daya usaha murid.
e.       Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan guru.
f.       Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
g.      Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.
3.      Prinsip-PrinsipPembelajaranKonstruktivisme
a.       Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b.      Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c.       Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
d.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
e.       Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
Selain itu yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Pembelajaran konstruktivisme dalam pelaksanaannya, diibaratkan guru memberikan tangga kepada siswa yang dimaksudkan untuk membantu(menfasilitasi)  mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.
4.      KelebihandanKekuranganKonstruktivisme
a.       Kelebihan
1)      Murid berpikir untuk menyelesaikan masalah, membentuk ide dan membuat keputusan.
2)      Murid menjadi paham karena terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru. Selian itu, karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
3)      Kemahiran sosial diperoleh melalui interaksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
4)      Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
5)      Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
6)      Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap;
7)      Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri; Lebih menekankan pada proses belajar yaitu tentang tata cara belajar.
b.      Kelemahan
Jika kontrol dari guru kurang jelas, akan terjadi perbedaan persepsi antar siswa. Selain itu, jika siswa motivasi belajarnya rendah, akan terhambat dalam pelaksanaan pembelajaran.
B.     Belajar Aktif
Pembelajaran aktif atau active learning adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Saat ini pembelajaran aktif telah diyakini sebagai sebuah konsep pembelajaran yang memberikan harapan bagi tercapainya mutu pembelajaran atas aktifnya mental dan fisik siswa dalam kegiatan belajarnya.
Dalam pembelajaran aktif, baik guru dan siswa sama-sama menjadi mengambil peran yang penting.Guru berperan sebagai, (1) perencana dan pendesain tahap skenario pembelajaran; (2) pembuat strategi pembelajaran; (3) penganalisis interaksi antara guru dan siswa serta karakteristiknya;(5) penilai yang terbuka dan adil meliputi penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor melalui berbagai penilaian, seperti tes terulis, portofolio, wawancara, dll.
Adapun siswa menjadi pihak yang;
1.       menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir
2.       melakukan riset sederhana
3.       mempelajari ide-ide serta konsep-konsep baru dan menantang.
4.       memecahkan masalah (problem solving),
5.       belajar mengatur waktu dengan baik,
6.       melakukan kegiatan pembelajaran secara sendiri atau berkelompok (belajar menerima pendapat orang lain, siswa belajar menjadi team player)
7.       mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan atau action.
8.       Melakukan interaksi sosial (melakukan wawancara, survey, terjun ke lapangan, mendengarkan guest speaker)
9.       Banyak kegiatan yang dilakukan dengan berkelompok.
Berikut ini disajikan sejumlah ciri-ciri atau indikator terjadinya pembelajaran aktif pada setting kelas:
1.      Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu mata pelajaran atau mata pelajaran lain.
2.      Kegiatan belajar menarik minat peserta didik.
3.      Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik.
4.      Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.
5.      Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif.
6.      Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman.
7.      Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya.
8.      Mendorong peserta didik melakukan eksplorasi (penjelajahan).
9.      Mendorong peserta didik mengekspresi gagasan dan perasaan secara lisan, tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak, tarian, dan / atau permainan.
10.  Mendorong peserta didik agar tidak takut berbuat kesalahan.
11.  Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.
12.  Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual (mandiri), pasangan, kelompok, dan / atau seluruh kelas.
13.  Mendorong peserta didik bekerja sama guna mengembangkan keterampilan sosial.
14.  Kegiatan belajar banyak melibatkan berbagai indera.
15.  Menggunakan alat, bahan, atau sarana bila dituntut oleh kegiatan belajar.
16.  Melibatkan kegiatan melakukan, seperti melakukan observasi, percobaan, penyelidikan, permainan peran, permainan (game).
17.  Mendorong peserta didik melalui penghargaan, pujian, pemberian semangat.
18.  Hasil kerja (karya) peserta didik dipajangkan.
19.  Menerapkan teknik bertanya guna mendorong peserta didik berpikir dan melakukan kegiatan.
20.  Mendorong peserta didik mencari informasi, data, dan mencari jawaban atas pertanyaan.
21.  Mendorong peserta didik menemukan sendiri.
22.  Peserta didik pada umumnya berani bertanya secara kritis.
C.    Model Pembelajaran Kooperatif dan  Kolaboratif
1.      ModelPembelajaranKooperatif
a.    PengertianmodelpembelajaranKooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran .
b.   PrinsipdanKarakteristikModelPembelajaranKooperatif
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1)      setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2)      setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3)      setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4)      setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5)      setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6)      setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
7)      Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:
8)      siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
9)      Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
10)  Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.
Pembelajaran kooperatif mengembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat 6 (enam) langkah model pembelajaran kooperatif:
1)      Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2)      Menyajikan informasi
3)      Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
4)      Membimbing kelompok belajar
5)      Evaluasi dan pemberian umpan balik
6)      Memberikan penghargaan
Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1)      Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.
2)      Membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain.
3)      Memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip.
4)      Membantu siswa mengenali adanya suatu masalah dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah.
5)      Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya.
6)      Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
2.      ModelPembelajaranKolaboratif
a.       PengertianPembelajaranKolaboratif
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1994), kolaboratif dan kooperatif diartikan sama dengan bersifat kerjasama.  Tetapi karena kata kolaboratif dan kooperatif diambil dari bahasa Inggris, maka maknanya harus dilihat di kamus istilah bahasa Inggris.  Dari sisi bahasa, tampak bahwa keduanya mempunyai kemiripan dari sisi berkelompok, perbedaannya adalah kolaborasi lebih menekankan pada inisiatif sebagai bentukan sendiri bukan suatu hasil rekayasa orang lain untuk bekerjasama.
Pembelajaran kolaboratif melebihi aktivitas bekerjasama (kooperatif) kerana ia melibatkan kerjasama hasil penemuan dan hasil yang didapatkan daripada sekedar pembelajaran baru. Seperti halnya pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif juga dapat membantu siswa membina pengetahuan yang lebih bermakna jika dibandingkan dengan pembelajaran secara individu. Selain itu, dengan menjalankan aktivitas dan projek pembelajaran secara kolaboratif secara tidak langsung  kemahiran-kemahiran seperti bagaimana berkomunikasi akan dipelajari oleh pelajar.
Kolaboratif dapat dilakukan di dalam kumpulan yang besar maupun kumpulan yang terdiri dari empat atau lima orang pelajar. Sedangkan pembelajaran koperatif hanya kelompok kecil pelajar yang bekerja dan memahami secara bersama.  Jadi pembelajaran koperatif adalah satu  bentuk kolaboratif, yaitu kelompok besar belajar bersama untuk mencapai hasil  yang disepakati bersama (Johnson & Johnson, 1989).
Hasil penelitian menunjukkan keunggulan pembelajaran kolaboratif, diantaranya dapat meninggikan hasil belajar kelompok dan individu yang lebih mengarah pada metakognatif, munculnya idea–idea baru  dan pendekatan penyelesaian masalah yang sebenar di ketengahkan. Selain itu kelas yang dikelola secara kolaboratif lebih termotivasi, mempunyai sifat ingin tahu, ada perasaan membantu orang lain, berkompetisi secara sehat dan bekerja secara individu lebih terarah.
b.      LandasanFilosofiPembelajaranKolaboratif
Seperti halnya pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif pun didasarkan pada landasan kontruktivisme sosial.  Selain itu kondisi kooperatif dan kolaborasi diperlukan pada kondisi dunia saat ini. Pada saat ini siswa dihadapkan pada ledakan pengetahuan, perubahan yang cepat, dan ketidakpastian.  Untuk menghadapi dunia yang seperti itu diperlukan kehidupan berkelompok.  Hidup berkelompok akan menumbuhkan rasa aman, sehingga memungkin menghadapi berbagai perubahan bersama-sama. Untuk itulah perlu pembelajaran berkelompok.
c.       SifatKelasKolaboratif
Ada empat sifat-sifat umum yaitu dua perkara berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan siswa,  yang ketiga berkaitan dengan pendekatan baru penyampaian guru dan yang keempat menyatakan isi kelas kolaboratif.
1)      Berbagi informasi antara siswa dan guru
Dalam kelas tradisional, guru adalah sebagai pemberi informasi yang mutlak di mana aliran informasi bergerak satu arah saja yaitu dari guru ke siswa dan sedikit sekali dari  siswa kepada siswa yang lain. Guru dianggap mempunyai pengetahuan tentang isi mata pelajaran, keahlian, dan pengajaran. Siswa hanya menunggu arahan yang akan diberi oleh guru. Siswa yang memberi reaksi yang berbeda dianggap sebagai pengganggu di dalam kelas, begitu juga untuk siswa  yang tidak memahami atau membantah arahan.
Akan tetapi berlainan dengan guru kolaboratif, siswa  menilai  dan sentiasa membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, pembinaan bahasa komunikasi, strategi dan konsep pengajaran pembelajaran sesuai teori, menggabung keadaan sosiobudaya dengan situasi pembelajaran.
Sebagai contohnya, bila guru mengajar topik sains pesawat sederhana. Siswa yang mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan konsep tersebut diberikan peluang menyatakan sesuatu pada sesi pengajaran dan berbagi idea serta memberi garis-garis besar  arus komunikasi siswa. Tambahan lagi apabila siswa tahu dan melihat, maka pengalaman dan pengetahuannya dihargai dan dapat dibagikan dalam jalinan pembelajaran mereka serta pembelajaran guru, mereka akan bermotivasi untuk melihat dan mendengar. Mereka juga dapat membuat satu kaitan antara belajar dengan dunia sebenarnya dengan belajar dalam kelas.
2)      PembagianKuasa
Dalam kelas kolaboratif, guru berbagi kuasa autoritas dengan siswa, dalam beberapa keadan tertentu. Kebanyakan dalam kelas tradisional guru bertanggungjawab menetapkan arah, memberi dan mengatur kerja, melihat perjalanan tugas serta menilai apa yang diajarkan. Pembelajaran kolaboratif pula memberi peluang siswa memahami apa yang telah diajar dalam ruang lingkup yang ditetapkan oleh guru. Guru menyediakan tugas yang sesuai arahan dan kegemaran siswa dan menggalakkan siswa untuk menilai apa yang diajar. Menggalakkan siswa menimba pengalaman mereka sendiri,  memastikan pelajar berbagi strategi dan informasi, menghormati pelajar lain, menyokong menggalakkan idea–idea yang bernas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalak pelajar mengambil bagian secara terbuka dan bermakna.
Contoh dalam mata pelajaran sains, tajuk yang diajar adalah energi alternatif.  Guru yang memiliki faham tradisional akan mengarahkan siswa menyiapkan esei berkenaan dengan tajuk tersebut. Sebaliknya guru yang  memegang prinsip kolaboratif akan memastikan dahulu produk apakah pelajar hendak hasilkan. Antara aktivitas yang akan dihasilkan ialah model kompor hemat energi, kemudian melakukan sedikit penyelidikan dari sumber original yang lain yang menyokong buku teks  rujukan dan mungkin membuat proyek dengan siswa.
3)      GuruSebagaiPerantara (mediator)
Peranan guru di kelas sebagai perantara, ia menolong menghubung informasi  baru dengan pengalaman yang ada serta membantu siswa bila siswa buntu dan bersedia menunjukkan cara bagaimana hendak belajar.
4)       Kelompok siswa yang heterogen
Perkembangan pengalaman siswa adalah penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada kelas kolaboratif siswa menunjukkan kebolehan mereka, dibebaskan menyumbang informasi dan mendengar atau membahas sumbangan informasi siswa lain.
Satu sifat kelas kolaboratif ialah siswa tidak diasingkan dari usaha, tingkat pencapaian, kegemaran dan penilaian.  Berbeda dengan kelas non-kolaboratif, perlombaan yang bersifat individual akan melemahkan semangat bekerjasama dan menyekat peluang siswa belajar  melalui berinteraksi secara bermakna dan berkesan. Siswa yang lemah tidak ada peluang untuk belajar daripada siswa yang pintar atau sebaliknya. Guru yang mengajar di kelas yang dikelola secara kolaboratif dapat melihat perkembangan siswa  yang lemah dengan jelas dan terarah.
3.      PerbedaanPembelajaranKooperatifdanPembelajaranKolaboratif
“Kolaboratif” adalah suatu folosofi interaksi dan gaya hidup personal di mana individual bertanggungjawab terhadap tindakan mereka, meliputi belajar dan respek kemampuan dan kontribusi rekan-rakan mereka. 
“Kooperatif” adalah suatu struktur interaksi yang didesain untuk memfasilitasi pencapaian/prestasi dari suatu produk akhir khusus atau tujuan melalui orang yang bekerja bersama-sama dalam kelompok.
Sebelum kita beralih kepada pendukung teoretis dari masing-masing metode dapat berguna untuk menggambarkan perbedaan antara dua paradigma dalam pengertian suatu kelas aktual.
Dalam model kooperatif, guru memelihara kontrol lengkap dari kelas, meskipun siswa bekerja dalam kelompok untuk menyempurnakan suatu tujuan dari suatu mata pelajaran. Guru kooperatif menanyakan suatu pertanyaan khusus, seperti, “Apakah lima kasus dari permulaan Perang Dunia II?”  Guru menentukan artikel tambahan bagi siswa dengan membaca dan menganalisis, melebihi teks itu, dan kemudian menanyakan siswa untuk bekerja dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan itu. Kelompok itu kemudian menyajikan hasil mereka kepada seluruh kelas dan mendiskusikan penalaran mereka. Suatu pertanyaan dapat diikuti kelompok untuk menganalisis Bangsa Amerika untuk menentukan jika ini adalah suatu organisasi efektif untuk mencegah perang dunia dan untuk membuat rekomendasi pada perubahan yang mungkin dibutuhkan untuk membuat United Nation (UN) lebih efektif. Guru dapat menggunakan struktur khusus, seperti model Jig Saw, untuk membantu memfasilitasi kelompok interaksi kelompok. Ia dapat memperoleh suatu produk khusus seperti suatu istilah makalah atau laporan, presentasi kelas, dan suatu ujian pada akhir dari topik itu. Siswa berbuat perlu bekerja dengan mempraktikkan material yang diliput tetapi guru memelihara kontrol proses pada masing-masing tahap.
Dalam model kolaboratif, pendapat kelompok masih diasumsikan tanggungjawab total untuk menjawab pertanyaan itu. Siswa menentukan jika mereka cukup informasi untuk menjawab pertanyaan itu. Jika tidak, mereka identifikasi sumber lain, seperti, jurnal, buku, video, internet, dengan menamai beberapa. Pekerjaan yang memperoleh sumber tambahan material dapat didistribusikan di antara anggota kelompok dengan anggota kelompok itu. Kelompok dapat memutuskan berapa banyak alasan yang mereka dapat identifikasi. Guru kolaboratif  tidak dapat menentukan sejumlah, tetapi dapat ases kemajuan masing-masing kelompok dan data yang dihasilkan itu. Ini juga dapat terjadi bagi siswa untuk mendaftarkann alasan-alasan dalam urutan prioritas. Guru dapat bersedia untuk konsultasi  dan dapat memfasilitasi proses dengan bertanya untuk seringkali melaporkan kemajuan dari kelompok-kelompok itu, memfasilitasi diskusi kelompok tentang dinamika kelompok; bantuan terhadap resolusi konflik, dsb. Hasil akhir ditentukan oleh masing-masing kelompok, setelah konsultasi dengan guru. Makna asesmen  dari kinerja kelompok juga dapat dinegosiasi oleh masing-masing kelompok dengan guru. Beberapa kelompok dapat memutuskan untuk menganalisis UN, seperti kelompok kooperatif yang di arahkan untuk dilakukan, atau mereka dapat mncoba memajukan suatu organisasi baru secara lengkap.  Mereka dapat kembali mengalami sejarah  dengan menentukan bagaimana periode perdamaian lain dikembangkan. Proses sangat open ended sedangkan pemeliharaannya focus pada keseluruhan tujuan. Siswa mengembangkan suatu kepemilikkan yang sangat kuat untuk proses dan menjawab sangat secara positif terhadap fakta yang mereka masih berikan tanggungjawab lengkap dengan mengalami masalah yang dimiliki bagi mereka dan mereka memiliki masukan (input) signifikan ke dalam asesmen mereka.
Premis utama untuk belajar kooperatif dan kolaboratif didasarkan dalam teori  konstruktivis. Pengetahuan  ditemukan siswa dan ditransformasikan ke dalam konsep siswa dapat berkaitan. Ini kemudian direkonstruk dan dikembangkan melalui pengalaman belajar baru. Belajar memuat partisipasi aktif oleh siswa lawan penerimaan informasi pasif yang disajikan oleh seorang dosen pakar atau guru pakar. Belajar  melalui transaksi dan dialog di  antara siswa dan antara staf pengajar dan siswa, dalam suatu setting sosial.  Siswa belajar  untuk mengerti dan perspektif berbeda apresiasi melalui suatu dialog dengan rekan-rekan mereka. Suatu dialog dengan guru membantu siswa belajar kata-kata sukar dan  struktur sosial yang mengatur kelompok siswa yang ingin ikut serta, seperti, ahli sejarah, matematisi, penulis, aktor, dsb.
Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang berasaskan kooperatif. Sehingga untuk mewujudkan pembelajaran kolaboratif diawali dengan membiasakan siswa dengan pembelajaran kooperatif.  Pembelajaran kooperatif yang dididesain oleh guru, akan menjadi awal perubahan di kelas.  Jika siswa terbiasa bekerjasama, saling tergantung satu dengan yang lain untuk memperoleh pengetahuan, maka siswa akan berkembang menjadi siswa-siswa kolaboratif.
Aspek
Kooperatif
Kolaboratif
Siswa
Siswa menerima latihan dalam kemampuan bekerjasama dan sosial.
Siswa sudah memiliki kemampuan bekerjasama dan sosial. Siswa  membangun kemampuannya itu untuk mencapai tujuan pembelajaran
Aktivitas
Aktivitas distrukturkan, setiap pelajar memainkan peranan spesifik.
Siswa berunding dan mengorganisasikan sendiri.

Guru
Guru memantau, mendengar dan campur tangan dalam kegiatan kelompok jika perlu.   
Aktivitas kelompok tidak dipantau oleh guru.  Jika timbul persoalan, siswa memecahkan sendiri dalam kelompoknya. Guru hanya membimbing siswa ke arah penyelesaian persoalan.
           
Output
Ada hasil kerja kelompok yang akan dinilai guru.
Draf kerja untuk disimpan siswa untuk  kerja lanjutan.

Penilaian
Siswa menilai prestasi individu dan kelompok dengan dibimbing oleh guru.   
Siswa menilai prestasi individu dan kelompok tanpa dibimbing oleh guru.
Tabel 2.1. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Kolaboratif
Belajar kolaboratif merupakan cara untuk membantu siswa menjawab terhadap literatur dengan mengambil peranan yang lebih aktif dalam belajar mereka-sendiri. Tradisi belajar kooperatif cenderung untuk menggunakan metode kuantitatif yang melihat pada prestasi; misalnya, produk belajar. Tradisi belajar kolaboratif mengambil suatu pendekatan yang lebih kualitatif,menganalisis pembicaraan (talk) siswa dalam respons terhadap suatu literatur atau suatu sumber primer (utama) dalam sejarah. Myers menjelaskan suatu perbedaan antara dua konsep: “Pendukung belajar kooperatif cenderung lebih berpusat-guru (teacher-centered), misalnya, apabila membentuk kelompok heterogen, pengstrukturan inter-dependensi positif, dan mengajar keterampilan kooperatif. Belajar kolaboratif  menganjurkan struktur ketidakpercayaan dan membolehkan siswa berbicara lebih jika membentuk kelompok persahabatan dan interes. Percakapan siswa ditekankan sebagai suatu makna untuk bekerja berhasil. Pendekatan penemuan dan kontekstual digunakan untuk mengajar keterampilan interpersonal. Sehingga perbedaan dapat berperan kepada pertentangan, perselisihan/persoalan bukan terhadap penelitian tetapi lebih kepada moralitas dari apa yang terjadi di sekolah. Keyakinan  terhadap apa yang dapat terjadi di sekolah dapat ditelaah sebagai suatu kontinum  “orientasi terhadap kurikulum dari transmisi ke transaksi ke transaksi.”  Pada salah satu terakhir adalah posisi transmisi. Sehingga nama itu mendorong, tujuan orientasi ini adalah untuk mengirim pengetahuan kepada siswa dalam bentuk fakta-fakta, keterampilan dan nilai. Posisi transformasi pada transmisi akhir lain menekankan perubahan personal dan sosial kontinum di mana orang itu dikatakan interrelasi dengan lingkungan dari pada memiliki kontrol terhadapnya. Tujuan dari orientasi adalah aktualisasi-diri, perubahan personal atau organisasional. 
Adapu, persamaan antara belajar kooperatif dan kolaboratif yaitu: penggunaan kelompok, penentuan tugas-tugas khusus, dan kepemilikan kelompok berbagi (sharing), dan membandingkan prosedur dan konklusinya dalam sesi kelas pleno/paripurna. Perbedaan utama terletak dalam fakta bahwa kooperatif diberlakukan secara ekslusif terhadap pengetahuan tradisional (kanonis), sedangkan kolaboratif terikat ke dalam gerakkan konstruktivis sosial, menyatakan bahwa pengetahuan kedua-duanya dan otoritas pengetahuan berubah secara dramatis dalam abad terakhir ini.
Sangat penting, dalam kooperatif, otoritas tetap dengan instruktor, tetap menguasai kepemilikan tugas, yang meliputi suatu masalah tertutup atau suatu masalah dapat tertutup (yang mengatakan fundasional) instruktor mengetahui atau dapat memprediksi jawaban). Dalam kolaboratif, instruktor sekali tugas disusuntransfer  semua otoritas kepada kelompok. Secara ideal, tugas kelompok selalu open-ended. Lihat dari perspektifnya, kooperatif tidak memberikan wewenang kepada siswa. Kooperatif  menggunakan siswa dengan bantuan akhir instruktor dan menghasilkan suatu jawaban benar atau yang dapat diterima. Kolaboratifmemberikan wewenang kepada siswa dan berani/menantang semua resiko kewenangan (misalnya, memiliki kelompok atau kelas sepakat dengan suatudengan mempersulit simplistik atau posisi yang tidak meyakinkan atau menghasilkan suatu solusi dalam konflik dengan instruktor)
D.    Model Pembelajaran Problem Based Learning
1.      PengertianModelPembelajaran(Problem Based Learning)
Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
PBL merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Problem Based Learning yaitu proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman baru.
Problem Based Learning (Pembelajaran berbasis masalah) yang dinyatakan oleh kunandar bahwa tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
2.      KarakteristikProblemBasedLearning (PBL)
Para pengembang pembelajaran berbasis masalah telah mendeskripsikan karaketeristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.
a.    PengajuanPertanyaanatauMasalah.
Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b.   BerfokuspadaKeterkaitanantarDisiplin.
Meskipun PBL mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
c.    PenyelidikanAutentik.
Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki siswa untuk melakukan pennyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalsis dan  mendefinisikan masalah mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalsis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi,  dan merumuskan kesimpulan.
d.   MenghasilkanProduk/KaryadanMemamerkannya.
PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
e.    Kerjasama.
Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
3.      Tahap-TahapPBL
Pengajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahap, seperti dijelaskan tabel berikut ini,
Tahapan
Kegiatan guru
Tahap 1 :
Orientasi siswa terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perangkat yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 :
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3 :
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta pemecahan masalahnya.
Tahap 4 :
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5 :
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi teerhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Tabel 2.2. Tahap-Tahap Pembelajaran Berbasis Masalah
4.      PerbedaanMetodeKonvensionaldenganPBL
Metode konvensional berupa ceramah yang memusatkan perhatian siswa sepenuhnya kepada guru sehingga yang aktif di sini hanyalah guru. Sedangkan siswa hanya tunduk mendengarkan penjelasan yang dipaparkan oleh guru. Partisipasi siswa rendah karena siswa hanya diberi kebebasan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan oleh guru sehingga metode konvensional masih kurang menggugah daya pemikiran mahasiswa.
Pada Metode PBL adalah metode yang berbasis kepada partisipasi para siswa. Pada jam pertama, metode yang diterapkan adalah diskusi. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang ditunjuk secara acak. Pertanyaan yang diajukan bersifat menggali pendapat dan mengembangkan kemampuan analisis siswa. Kemudian, pada satu jam terakhir, guru memberikan rangkuman dan inti dari diskusi pada hari itu disertai dengan inti dari konteks materi dihubungkan dengan implementasi di lapangan.
Pembelajaran konvensional yang sifatnya searah yaitu dari dosen ke siswa dan siswa hanya pasif menerima materi dari guru. Pada Model PBL, siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan mahasiswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Metode Konvensional
Metode PBL
Berfokus pada guru
Berfokus di siswa
Guru menerangkan dan mahasiswa mendengarkan (one way learning).
Siswa menjelaskan (two way learning).
Siswa bertanya.
Guru bertanya.
Guru  menjelaskan seluruh materi.
Guru merangkum materi berdasarkan hasil diskusi/pemikiran mahasiswa.
Key process is teaching.
Key process is learning.
Guru hanya menyiapkan materi.

Guru tidak hanya menyiapkan materi, tetapi juga harus menguasai metode penyampaian materi yang efektif.
Siswa membaca menjelang ujian, terutama catatan (reading habit rendah).
Siswa membaca sesuai materi sebelum pembelajaran dimulai (reading habit tinggi).
Siswa pasif (partisipatif rendah).
Siswa aktif (partisipatif tinggi).
Siswa hanya menghafal materi) dan kemudian lupa.
Siswa dapat dengan mudah menangkap esensi dari perkuliahan.
Tabel 2.3.Perbedaan Metode Konvensional dengan Metode PBL
E.     Consept Mapping dalam Pembelajaran
Consept mapping merupakan carauntuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya. Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah memotongan kartu yang bertuliskan konsep-konsep utama.
Selanjutnya guru membagikan potongan-potongan kartu yang telah bertuliskan konsep utama kepada para peserta didik. Setelah itu, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba beberapa kali membuat suatu peta yang menggambarkan hubungan antar kosep. Memastikan peserta didik membuat garis penghubung antar konsep-konsep tersebut. Di setiap garis penghubung diharapkan peserta didik menulis kata atau kalimat yang menjelaskan hubungan antar konsep. Kalimat-kalimat itu menunjukkan asumsi yang dibangun peserta didik dalam menjelaskan hubungan antar konsep.
Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik. Sebagai bahan perbandingan tampilkan satu peta konsep yang Anda buat. Hasil pekerjaan peserta didik yang telah dikumpulkan bahaslah satu persatu. Ajaklah seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi terhadap peta – peta konsep yang dipresentasikan. Di akhir pembelajaran ajaklah seluruh kelas merumuskan beberapa kesimpulan terhadap materi yang dipelajari melalui peta konsep tersebut.
F.     Teknik Bertanya dalam Eksplorasi dan Kontrukstivisme
Murid bertanya karena ingin tahu, menguji, mengkonfirmasi, mengapersepsi, mengarahkan/menggiring, mengaktifkan skema, meyakinkan, mengklarifikasi, memfokuskan, dan menghindari kesalahpahaman terhadap pengetahuan yang telah terkonstruk di dalam dirinya.. Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh murid untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan.
Pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan kepada murid dapat digunakan untuk merangsang siswa berpikir, berdiskusi, dan berspekulasi. Guru dapat menggunakan teknik bertanya dengan cara memodelkan keingintahuan siswa dan mendorong siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang gejala-gejala yang ada, belajar tentang cara merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar saling bertanya tentang bukti, interpretasi, dan penjelasan-penjelasan yang ada.
Pertanyaan dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, berbagai macam bentuk, dan berbagai macam jawaban yang ditimbulkannya. Dalam kelas, guru mengajukan pertanyaan untuk bercakap-cakap, merangsang siswa berpikir, mengevaluasi belajar, memulai pengajaran, memperjelas gagasan, dan meyakinkan apa yang diketahui siswa.
G.    Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Ada beberapa cara meningkatkan motivasi belajar anak dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu :
1.      Memberiangka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.
2.      Hadiah
Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.
3.      Kompetisi
Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.
4.      Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi belajar.
5.      MemberiUlangan
Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka.


6.      MengetahuiHasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.
7.      Pujian
Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi  belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8.      Hukuman
Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi belajar anak. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.
9.      Tujuan
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
10.  Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
11.  Pujian
Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.
12.  Membangkitkandorongankepadapesertadidikuntukbelajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. Selain itu, guru juga dapat membuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah dimengerti siswa.
13.  Membentukkebiasaanbelajaryangbaik
Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal belajar. Melalui jadwal belajar, akan membentuk kebiasaan siswa untuk belajar secara teratur. Selanjutnya, diharapkan terbentuk manusia pembelajar seumur hidup.
14.  Membantukesulitanbelajarpeserta didik
Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberapa unsure, salah satu di antaranya yaitu penggunaan metode untuk menyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk  mencatat dan  mempelajari materi yang telah disampaikan.
15.  MenggunakanMetodedanMediayangBervariasi
Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa.
A.    Kesimpulan
1.      Pembelajaran konstruktivisme merupakanproses membangun atau menyusun pengetahuan dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman atau pengetahuan lama dengan cara mengasimilasikan dan mengakomodasikannya.
2.      Pembelajaran aktif atau active learning adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran mental dan fisik siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
3.      Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
4.      Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
5.      Consept mapping merupakan carauntuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya. Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah memotongan kartu yang bertuliskan konsep-konsep utama.
6.      Bertanya merupakan salah satu strategi dalam mngklarifikasi kebenaran pengetahuan murid berdasarkan konstruksi pengetahuan yang ada dalam dirinya.
7.      Cara meningkatkan motivasi siswa dalam belajarnya yaitu dengan berbagai cara yang itu drasakan membuat siswa senang, bermakna, dan bertujuan dalam belajarnya.

0 comments:

Post a Comment

wibiya widget