Monday 28 January 2013

DISIPLIN KELAS


A.    Hakikat Disiplin dan Disiplin Kelas
1.      Hakikat Disiplin
Dari segi etimologi kata “disiplin” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “disicplus” yang mengandung makna pengikut atau penganut.Berdasarkan makna dari segi etimologi ini, disiplin diartikan sebagai suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk dalam peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.Istilah disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 237) berarti tata tertib atau ketaatan pada peraturan. Asy Mas’udi (2000: 88) menyatakan disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapa pun.
Kata ”discipline” berasal dari bahasa latin menunjuk kepada belajar dan mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan isitilah ”disciple” yang mengikuti orang belajar dibawa pengawasan seorang pimpinan. Di dalam pembicaraan disiplin dikenal istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan urutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban.
Ketertiban dilihat dari pengertiannya terbentuk lebih dulu baru kemudian disiplin.Ketertiban bersifat ekstrinsik sedangkan kedisiplinan lebih bersifat intrinsik. Ketertiban merupakan kepatuhan seseorang dalam mengikuti aturan karena didorong oleh sesuatu yang datangnya dari luar, misalnya: karena ingin mendapatkan pujian. Sedangkan, disiplin menunjuk kepada kepatuhan seseorang terhadap peraturan atau tata tertib karena didorong oleh kesadaran yang ada dalam kata hatinya.Oleh karena itu, biasanya ketertiban itu lebih dulu, kemudian baru berkembang menjadi sikap disiplin.Orang yang mengikuti peraturan disebabkan karena rasa takut, didesak oleh berbagai kepentingan, belum dapat dikatakan perbuatan disiplin. Misalnya: seorang pengendara sepeda motor selalu membawa helm tetapi tidak dikenakan dan baru dikenakan jika akan melewati daerah yang diperkirakan ada polisi. Perbuatan tersebut bukanlah perwujudan dari sikap disiplin. Lain halnya jika seseorang menyadari bahwa naik kendaraan bermotor penuh dengan resiko, bahaya dapat datang kapan saja tanpa diperhitungkan, maka demi menjaga keselamatannya, ia mengenakan helm walaupun ia menaiki di jalan pedesaan, maka ia termasuk orang yang memiliki disiplin diri yang tinggi.
2.      Hakikat Disiplin Kelas
Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Chumdari dan Sutini 1996: 55) menyatakan bahwa disiplin kelas adalah keadaan tertib dimana guru dan murid-murid yang tergabung dalam suatu kelas tunduk kepada peraturan-peraturan (tata tertib) yang telah ditetapkan dengan senang hati.
Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (dalam Muliani Aziz, 2012) mengartikan bahwa disiplin kelas adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa disiplin kelas merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang untuk bersikap patuh terhadap bentuk-bentuk aturan yang telah ditetapkan dalam kelas agar tercapai tujuan yang diinginkan.
Pada hakikatnya disiplin kelas merupakan hal esensial terhadap terciptanya perilaku tidak menyimpang dari ketertiban kelas.Dalam kaitannya disiplin kelas, maka sikap dan tingkah laku yang diharapkan adalah perilaku yang mencerminkan kepatuhan dari berbagai nilai yang disepakati oleh semua, baik siswa, guru, dan karyawannya yang tertuang dalam tata tertib sekolah/kelas.Di mana dalam hal ini guru serta siswa yang ada dalam suatu kelas mengontrol suasana dalam kelas dan memanipulasi kelas tersebut berdasarkan variasi respon para siswa.
B.     Cara Mendisiplinkan Siswa
Menegakkan disiplin bukanlah untuk mengurangi kebebasan peserta didik akan tetapi, ingin memberikan kebebasan yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya. Namun, perlu disadari bahwa jika kebebasan pada peserta didik  terlampau dikurangi dan dikekang dengan peraturan maka peserta didik tersebut dapat memberontak, mengalami frustasi serta kecemasan secara berlebihan. Di sekolah-sekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang dikehendaki agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. Oleh karena itu, diperlukan beberapa cara agar tercipta kondisi kelas yang tertib dan disiplin.
  1. PartisipasiKomponenSekolah
Semua komponen sekolah harus ikut berpartisipasi menegakkan disiplin sekolah, sehingga pada akhirnya akan tercipta disiplin kelas. Komponen sekolah yang dimaksud adalah, sebagai berikut
a.              KepalaSekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab institusional. Kedisiplinan kepala sekolah tidak dapat dipungkiri lagi, karena peranannya sebagai tokoh sentral di sekolah harus mampu memberikan teladan yang dapat digunakan sebagai panutan bagi komponen sekolah yang lain.
b.             Guru
Kesan guru “digugu dan ditiru” merupakan pameo yang sampai sekarang masih dapat dianggap relevan.Guru adalah sosok yang selalu dianggap benar oleh anak SD, sehingga Guru hendaknya selalu memberikan teladan yang baik bagi anak-anak SD. Guru harus dapat mengembangkan sikap keterbukaan, misalnya jika terlambat guru harus mau minta maaf kepada murid, apabila belum sempat mengoreksi pekerjaan siswa, guru juga harus mampu berterus terang menyampaikan masalah yang dihadapi. Sehingga siswa akan responsif pada guru tersebut dan menganggap bahwa guru memang selayaknya untuk diteladani segala sikap serta perilakunya.
c.              PetugasSekolah yang Lain
Siswa pada hakikatnya tidak membedakan status seseorang, hanya orang dewasalah yang membuat status itu menjadi berbeda. Kedisiplinan yang dilakukan oleh semua personil sekolah akan semakin memperkuat persepsi anak bahwa kedisiplinan merupakan prasarat mutlak terselenggaranya hidup disiplin dari seluruh komponen sekolah.
d.             Siswa
Siswa merupakan subjek yang melaksanakan tugas belajar.Siswa memiliki potensi untuk berlaku disiplin yang dibawa sejak lahir dan berkembang pada lingkungan keluarga maupun lingkungan di sekitarnya.Siswa bukanlah individu yang sulit diatur, apabila guru mampu memahami sikap mereka. Guru harus dapat mengenali siswanya secara individual sehingga dapat menanganinya sesuai dengan karakteristik siswa tersebut.
2.                  MenggunakanTeknikPenangananDisiplinKelas
Dalam melakukan disiplin kelas diperlukan pula teknik penanganan disiplin kelas. Teknik-teknik tersebut meliputi:
a.              Persuasif
Guru hendaknya mampu melakukan bujukan kepada murid, misalnya untuk mengerjakan tugas, mendorong hadir lebih awal, serta tindakan disiplin lainnya, karena bujukan atau rayuan yang diberikan kepada siswa cenderung akan memberikan pengaruh sikap patuh, dibandingkan dengan menggunakan pemaksaan langsung yang dapat menimbulkan sikap memberontak.
b.             PemberianContoh
Guru sebagai fasilitator utama harus dapat memberikan contoh atau teladan bagi siswanya. Contoh tersebut tidak hanya diberikan sekali atau dua kali saja tetapi harus dilakukan secara berulang kali tanpa bosan.Disiplin bagi guru memang hendaknya sudah menjadi bagian dari sikap hidupnya, sehingga jika apa yang dicontohkan belum ditiru oleh siswanya, maka guru tersebut tidak akan merasa frustasi atau menyerah begitu saja.
c.              Penenggelaman(Immersion)
Apabila teknik pemberian contoh atau teladan telah berbudaya pada lingkungan keluarga (orangtua), sekolah (kepala sekolah, guru dan petugas sekolah lainnya), maka lama-lama anak akan menjadi terbiasa dengan lingkungan manusia yang memiliki budaya disiplin dan meninggalkan kebiasaannya yang tidak tertib, sehingga disiplin pada anak akan  mudah terbentuk. Cara yang dapat ditempuh dengan teknik ini antara lain yaitu dengan membudayakan disiplin pada semua komponen sekolah, menyadarkan murid apabila mereka melanggar tata tertib, dan mengajaknya untuk memahami arti penting disiplin.
d.             CurahPendapat
Curah pendapat dapat dilakukan dengan cara mensosialisasikan tata tertib/peraturan dengan mengadakan curah pendapat dengan siswa, sehingga siswa menjadi lebih mengenal dan akrab dengan tata tertib tersebut dan merasa bahwa tata tertib tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama. Pada akhirnya mereka akan merasa memiliki dan ikut berperan serta.
e.              PenegakkanTataTertib
Tata tertib dan peraturan kelas merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada siswa.Peraturan dan tata tertib menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus ditaati siswa.Oleh karena itu, tata tertib dan peraturan perlu ditegakkan untuk bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Tata tertib yang berlaku secara umum meliputi tiga unsur:
1)                  Perbuatan atau perilaku yang diharuskan dan yang dilarang.
2)                  Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau pelanggar peraturan.
3)                  Cara dan prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai aturan.
Tata tertib model ini disusun oleh guru atau kepala sekolah dan mempunyai sifat menuntut, sehingga siswa adalah objek pelaksana, melaksanakan tata tertib merupakan kewajiban, sehingga penghayatan dan pembiasaan  sikap hidup berdisiplin terhadap peraturan lebih bersifat ketaatan artifisial. Pengembangan tata tertib siswa pada dasarnya mencakup, tata tertib dalam kelas, di luar kelas, dan di rumah. Berikut beberapa butir tata tertib  di kelas, antara lain:
a)             Tidak terlambat masuk kelas (pagi dan setelah istirahat).
b)             Melaksanakan piket dengan baik.
c)             Menjaga kebersihan kelas.
d)            Membuang sampah di tempatnya.
e)             Menempatkan dan merawat peralatan kelas.
f)              Meminta ijin jika keluar kelas.
g)             Menghormati dan berlaku sopan kepada siapapun.
h)             Tidak mengganggu teman.
i)               Tidak bersikap sombong.
j)               Membersihkan kaki, tangan sebelum masuk kelas.
k)             Berbicara dengan baik dan sopan.
l)               Berperilaku terpuji.
m)           Berpakaian seragam dan tertib.
n)             Memelihara rambut.
o)             Memakai sepatu.
p)             Menggunakan waktu secara baik.
q)             Bersahabat dll.

3.        MelakukanUpaya-UpayaPengembanganDisiplinKelas
Dalam mendisiplinkan kelas, juga diperlukan adanya upaya-upaya untuk pengembangan disiplin kelas. Upaya-upaya tersebut adalah sebagai berikut:
a.              Preventif
Upaya preventif  merupakan upaya yang bersifat pencegahan. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara menyusun tata tertib dan peraturan, menetapkan sanksi atau hukuman bagi yang melaggar peraturan, memberikan kesadaran pada murid mengenai arti penting disiplin, dan memberikan hadiah (reward) atau penguatan bagi yang dapat menaati tata tertib sebagai bentuk motivasi, misalnya dengan memberikan pujian, mengacungkan jempol.
b.             Kuratif
Upaya kuratif merupakan upaya yang dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara melaksanakan bimbingan terhadap siswa, memberikan hukuman yang sesuai, dan menuliskan skor pada buku pengamatan kedisiplinan agar anak termotivasi jangan sampai mendapat skor pelanggaran hingga batas maksimal yang ditentukan.

C.                Pendekatan Disiplin
Ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam usaha menciptakan disiplin kelas yang efektif, yaitu:
1.                  PendekatanManajerial
Pendekatan manajerial merupakan pendekatan yang berupaya untuk menyelenggarakan pembelajaran dengan menitikberatkan pada upaya guru dalam mengatur dan mengorganisasi siswa sesuai dengan persepsi guru terhadap siswa. Pendekatan manajerial meliputi:
 a.            PendekatanKekuasaan atau Otoriter
Pendekatan kekuasaan atau otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan menerapkan disiplin yang tegas. Apabila, timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisiplinan kelas, maka diperlukan adanya pendekatan antara lain yaitu melakukan pendekatan perintah dan larangan, penekanan dan penguasaan, penghukuman dan pengancaman.
Contoh:
Di ruang kelas 4 saat pembelajaran terdapat salah satu siswa bernama Dimas suka mengganggu temannya yang sedang memperhatikan penjelasan materi dari gurunya.Dia dipanggil dinda.Dinda merasa terganggu oleh tingkah Dimas. Situasi ini membuat proses pembelajaran menjadi terganggu sehingga guru menggunakan pendekatan kekuasaan untuk menangani hal tersebut. Pendekatan kekuasaan yang dilakukan oleh guru seperti: “Dimas, kalau kamu nakal nanti akan ibu hokum lo?”
b.            PendekatanAncaman atau Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang disiplin kelas sebagai proses pengendalian perilaku siswa. Bentuk-bentuk pendekatan intimidasi tersebut misalnya menggunakan hukuman yang kasar, ejekan, serta ancaman.Kelemahan menggunakan pendekatan ini adalah timbulnya sikap bermusuhan atau tidak harmonisnya hubungan antara guru dengan siswa.
Contoh:
Di ruang kelas 3 terdapat siswa yang mengganggu gurunya sebut saja namanya Adi.Tingkah Adi membuat gurunya menjadi tidak focus dalam pembelajarannya sehingga gurunya menggunakan pendekatan ancaman berupa “Adi, jangan mengganggu ibu dalam mengajar, nanti ibu hokum untuk mempelajari materi tentang Tumbuhan lo?”
 c.            Pendekatan Kebebasan atau Permisif
Pendekatan ini diartikan sebagai suatu proses untuk membantu siswa agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan dan dimana saja. Peranan guru dalam mendisiplinkan kelas menggunakan pendekatan ini adalah guru hanya menjadi pendorong dan fasilitator untuk mengembangkan potensi siswa secara penuh.
Contoh:
Dalam pembelajaran IPA guru membebaskan siswa dalam bereksplorasi untuk mengungkapkan apa yang dia pikirkan. Tentunya dalam pembelajaran ini siswa bebas untuk bertindak dalam bereksplorasi tetapi tetap ikut mengawasi tindakan siswa dalam berekplorasi.
d.            Pendekatan Demokratis
Pendekatan ini dapat dikatakan perpaduan kebaikan antara pendekatan otoriter dan permisif.Pembelajaran ini, membebasakan siswa untuk bertingkah laku dan berkreasi, namun jika dipandang membahayakan atau menyimpang maka guru dapat menegur dan meluruskannya.
Contoh:
Sebelum memulai pembelajaran Matematika guru membuat peraturan terlebih dahulu dengan muridnya (aturan) untuk mengikuti pelajaran matematika.Aturan ini dibuat bersama dengan peserta didik. Misalnya: apabila terdapat siswa yang terlambat saat mengikuti pelajaran matematika maka siswa tersebut diberi sanksi untuk menyanyikan lagu daerah. Penekanan dalam aturan ini adalah siswa mau menerima aturan tersebut dan konsekuensi apabila melanggarnya, karena aturan tersebut merupakan kesepakatan bersama.Oleh karena itu, siswa juga tidak merasa tidak terbebani dengan hukuman ataupun aturannya.
 e.            PendekatanResep atau BukuMasak
Peranan guru dalam pendekatan ini hanya mengikuti petunjuk seperti yang tertulis pada resep. Guru lebih banyak memberikan anjuran, wejangan, perintah serta mengabaikan kebutuhan siswa. Guru yang mendisiplinkan kelas menggunakan pendekatan ini dipandang tidak kreatif karena hanya terpaku pada penyelesaian materi.
Contoh:
Guru mempunyai daftar permasalahan yang terjadi saat proses pembelajaran. Masalah tersebut tentunya memiliki solusi.Solusi setiap permasalahan yang terjadi sudah terdapat pada resep guru tersebut. Misalnya: masalah tentang siswa yang nakal. Penanganannya yaitu guru mengamati dan meneliti tentang karakterisik siswa tersebut.Kemudian mencari alternative pemecahan masalah tersebut, seperti memberikan arahan, teguran, dll.

 f.            Pendekatan Intruksional
Pendekatan intruksional dalam disiplin kelas ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.Oleh karena itu, peranan guru di sini hanya merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa.
Contoh:
                        Dalam pelajaran kewarganegaraan sebelum memulainya guru memberikan indicator dari materi yang akan diberikan. Apabila pemeblajaran telah selesai indicator yang diharapkan yang biasanya berupa perubahan sikap diharapkan dalam setiap pembelajaran kewarganegaraan.
g.            PendekatanTransaksional
Pendekatan ini dinilai lebih fleksibel karena pendekatan ini dikelola bersama guru dan siswa dalam bentuk pembagian tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dapat dikatakan sebagai pengembangan konsep cara belajar siswa aktif.
Contoh:
2.        PendekatanPsikologikal
Pendekatan psikologikal lebih menitikberatkan pada pertimbangan bagaimana siswa di kelas dapat dikelola dengan suatu pendekatan tertentu. Menurut Suparno (dalam Y. Padmono, 2011) menyatakan ada lima pendekatan dalam manajemen kelas, yaitu:
 a.             PendekatanPerubahanTingkahLaku
Peranan guru dalam pendekatan ini adalah mengembangkan tingkah laku yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.Oleh karena itu, menurut pendekatan ini, yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Contoh:
Dalam pembelajaran IPS guru memberikan hadiah apabila terdapat siswa yang mampu menjelaskan materi yang telah dibahas.Hadiah yang diberikan dapat berupa nilai atau poin atau bahkan berupa alat tulis. Hal ini tentu akan memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang pernah dipelajarinya. 
b.             PendekatanIklimSosio-Emosional
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pengelolaan kelas yang efektif memerlukan hubungan positif antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa. Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai maksimal apabila hubungan antarpribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
Contoh:
Di kelas 4 terdapat siswa yang sangat nakal sehingga guru menggunakan pendekatan ancaman.Pendekatan ancaman ini memberikan akibat negative terhadap siswa sehingga siswa menjadi takut. Untuk mengatasi hal tersebut digunkanlah pendekatan hubungan pribadi terhadap siswa tersebut agar siswa tersebut tidak merasa takut akan sikap guru terhadapnya. Pendekatan ini dilakukan di luar kelas tentunya.
 c.             PendekatanKerjaKelompok
Pada pendekatan kerja kelompok, peranan guru di sini adalah mendorong perkembangan dan kerja sama antar kelompok.  Untuk menjaga kondisi kelas  agar tetap baik, guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
Contoh:
Kelas 5 terdapat sekelompok siswa yang mengganggu pembelajaran.Hal ini berakibat disiplin gelas terganggu. Oleh karena itu, guru memberikan nasehat untuk sekelompok siswa tersebut agar tidak mengganggu kelompok lain. Kalian pasti bisa melakukannya.
d.             PendekatanKeterlibatanAktif
Karena belajar merupakan hasil interaksi individu dengan individu, lingkungan, materi, maka proses interaksi hendaknya dapat dikelola menjadi interaksi yang produktif. Oleh karena itu, perlu adanya keterlibatan semua komponen kelas secara aktif.
Contoh:
Di sekolah terdapat sebuah taman kelas terdapat sebuah anjuran atau perintah untuk jagalah aku atau jangan membuang sampah sembarangan. Hal ini memerlukan keterlibatan siswa untuk menjaga kebersihan baik di luar ruangan ataupun di dalam ruangan. Apabila anjuran tersebut dilakukan oleh siswa tentu akan berdampak positif dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan ruang kelas yang bersih merupakan syarat efektif untuk melakuakan pembelajaran sehingga tidak ada keluhan bau sampah.
 e.             PendekatanElektis atau Pluralistik
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.
Contoh:
Di kelas 5 terdapat siswa yang nakal.Penanganan untuk kasus ini guru menggunakan pendekatan kekuasaan dan pendekatan ancaman.Berupa hukuman terhadap siswa tersebut. Misalnya: “Gin, kamu jangan nakal lagi ya? Nanti kalau nakal ibu hokum lo?.Apabila siswa tersebut masih nakal maka guru tersebut menggunakan hukuman berupa mengerjakan tugas atau menghafal materi yang telah dipelajari pada hari itu.
Menurut Sudarwan Danim dan Yunan Danim (2010: 169) menyebutkan ada beberapa pendekatan disiplin.Pendekatan yang tidak begitu disetujui adalah pendekatan yang merekomendasikan bahwa siswa harus sepenuhnya bertanggung jawab dalam memperbaiki sikap mereka. Pendekatan berikutnya yaitu pendekatan yang mengharuskan guru memegang kontrol total karena kepentingan siswa ada di dalamnya ketika guru melakukan hal tersebut. 
Menurut Tauber (dalam Sudarwan Danim dan Yunan Danim, 2010: 170) mengemukakan bahwa satu bentuk pendekatan tidaklah cukup untuk menunjang pengajaran dari hari ke hari.Penting bagi guru untuk menjadi terbiasa dengan tingkat pendekatan yang diperlukan dalam manajemen kelas. Dengan kata lain, guru harus mampu menerapkan lebih dari satu pendekatan yang disesuaikan dengan situasi permasalahannya.
D.    Tipe-Tipe Sikap Siswa
Dalam proses belajar mengajar, seringkali banyak dijumpai beberapa masalah siswa. Masalah-masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe sikap siswa.Beberapa tipe-tipe sikap siswa sebagai berikut:
1.             Anak hiperaktif, anak seperti ini cenderung tidak bisa duduk diam. Ia cenderung bergerak terus-menerus, kadang suka berlarian, suka melompat-lompat, bahkan berteriak-teriak di kelas. Anak ini sulit untuk dikontrol. Ia melakukan aktivitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia pun suka mengganggu teman bahkan gurunya.
2.             Distractibility child adalah anak yang cenderung cepat bosan. Ia seringkali mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek lain di kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas.
3.             Poor self concept adalah anak yang cenderung pendiam di kelas, pasif, atau sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Karakteristik anak seperti ini cenderung tidak berani bertanya atau menjawab, serta merasa dirinya tidak mampu. Karena itu, ia cenderung kurang berani bergaul, dan suka menyendiri.
4.             Anak impulsif adalah anak yang cepat bereaksi setiap guru memberi pertanyaan di kelas. Namun, jawaban yang diberikan sering kali tidak menunjukkan kemampuan berpikir yang logis. Anak seperti ini ingin menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal cara anak itu menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya.
5.             Destructive behavior adalah anak yang suka merusak benda-benda yang ada di sekitarnya. Sikap agresif yang negatif dalam bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa anak ini adalah anak yang bermasalah (trouble maker). Anak seperti ini cepat tersinggung. Ia bertempramen tinggi, yang mengarah kepada perilaku agresif.
6.             Distruptive behavior adalah anak yang sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan nada mengejek, anak ini cenderung menentang guru. Sumpah serapah berupa kata-kata kasar yang tidak sopan sering terlontar.
7.             Dependency child anak yang selalu bergantung pada orang tuanya. Anak seperti ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk berani bisa melakukannya sendiri. Ia sangat bergantung pada orang di sekitarnya. Sikap orang tua yang terlalu over protective atau sangat melindungi membuat anak ini menjadi sangat tergantung.
8.             Withdrawl yaitu anak yang mempunyai sosial ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena dirinya merasa tidak mampu.
9.             Learning disability adalah anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini sulit untuk menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari.
10.         Learning disorder adalah anak yang mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun syaraf. Anak seperti ini cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus, seperti anak yang menderita ASD (Autism Sectrum Disorder).
11.         Under achiever, yaitu anak yang mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun prestasi akademiknya di kelas sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat rendah. Anak seperti ini sering menyepelekan tugas-tugas yang diberikan, dan PR sering dilupakan.
12.         Over achiever adalah anak yang mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi, ia merespon dengan cara cepat. Anak seperti ini tidak bisa menerima kegagalan. Ia tidak mudah menerima kritikan dari siapapun termasuk gurunya.
13.         Slow learner adalah anak yang sulit menangkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya.
14.         Social interseption child adalah anak yang kurang peka dan tidak perduli terhadap lingkungannya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman yang ada di kelas.
Berdasarkan tipe-tipe sikap siswa tersebut, ada beberapa cara yang mungkin dapat meningkatkan perilaku positif siswa yaitu
1.             Memberikan penjelasan dan harapan-harapan pada sikap emosi dan perilaku siswa yang diinginkan, sejelas mungkin.
2.             Menunjukkan dan memberikan penjelasan pada siswa terhadap hal-hal yang negatif dan tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa.
3.             Memberikan perhatian dan pengakuan kepada siswa atas sifat-sifat dan prestasi yang positif untuk dinyatakan pada siswa setiap hari.
4.             Memberikan contoh sikap, kebiasaan kerja dan hubungan interaksi dan komunikasi yang positif.
5.             Selalu memberikan motivasi-motivasi positif kepada siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
6.             Guru harus mampu pandai membawa diri ke dunia mereka, sehigga apa yang akan disampaikan nantinya dapat tepat sasaran.
7.             Mempersiapkan pola pengajaran yang telah terencana dengan baik, dan cara penyampaian yang efektif, kreatif, yang dapat menjadikan siswa aktif.
8.             Memberikan bimbingan belajar khusus pada siswa yang memang memerlukan.
A. Kesimpulan
   Disiplin kelas merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang untuk bersikap patuh terhadap bentuk-bentuk aturan yang telah ditetapkan dalam kelas agar tercipta kondisi kelas yang tertib dan nyaman dalam proses pembelajaran.
Ada beberapa cara untuk dapat menciptakan situasi kelas yang tertib dan disiplin yaitu adanya partisipasi semua komponen sekolah yang terkait untuk menaati aturan dan mencerminkan perilaku disiplin. Komponen sekolah yang dimaksud dimulai dari kepala sekolah, guru, petugas sekolah lainnya yang kemudian diikuti oleh siswa.Selain itu, perlu adanya penggunaan teknik-teknik penanganan disiplin kelas, dan upaya-upaya dalam pengembangan disiplin kelas.
Menggunakan teknik dan upaya dalam disiplin kelas tidaklah cukup, perlu ditunjang adanya pendekatan dalam mendisiplinkan kelas.Pendekatan tersebut dibagi menjadi pendekatan manajerial dan pendekatan psikologikal.Di mana guru harus mampu mengaplikasikan lebih dari satu pendekatan.Pendekatan yang diterapkan harus disesuaikan dengan situasi permasalahan yang sedang dihadapi.
Setelah menguasai teknik, upaya, dan pendekatan dalam mendisiplinkan kelas, guru juga harus bisa mengenal siswa lebih dekat dengan cara mengenal tipe-tipe sikap siswa. Agar, guru mengetahui bagaimana cara mengambil tindakan, bagaimana cara bersikap untuk menangani masalah siswa tersebut sehingga diperoleh penanganan yang tepat.

0 comments:

Post a Comment

wibiya widget