Monday 3 September 2012

-ALONE-

Author      : TriLu (Saya sendiri)
FB               : Tarii Triluvu
Twitter        : @trilalalili
Genre        : Romance
Rating       : PG 13
Type         : Oneshoot
Cast          :
  • Cho Hyomi
  • Kim Jong Woon aka Yesung
  • Lee Hyuneul
Backsound: Yiruma-Kiss the Rain
Declaimer: Ini adalah hasil karyaku, hasil pikiranku, hasil ketikanku selama berhari-hari.. Dengan berbagai sumber yang telah menginspirasiku. Sebagian kisah nyata yang dicekoki banyak fiktif dan imajinasiku. Dan ini juga sebagai hadiah untuk seseorang. Jika ada kesamaan tokoh dan alur, itu murni ketidaksengajaan. Don’t copas!



-Author POV-
“89.1 KBS Cool FM! Malam ini Kiss The Radio kembali hadir menemani kesendirian anda bersama dengan… Yesung…! Anda pernah merasakan jatuh cinta?  Atau lebih tepatnya cinta yang tak terbalas? Ah, this is very sad…  okey, to make you feel better, kita akan bersama anda dua jam kedepan masih dengan Y styleku, eciaa…hahaha!”

Cho Hyomi, gadis penghuni kamar itu tengah memejamkan matanya menikmati suara-suara yang menggema disetiap sudut kamarnya. Siaran Kiss The Radio pukul 10 malam, telah menjadi siaran favoritnya. Suara yang selalu menemaninya setiap malam. Bibirnya tertarik membentuk lengkungan tipis. Suara itu, suara yang telah 2 bulan ini mengisi relung hatinya semenjak suara itu hadir disetiap malamnya. Getaran hatinya menyembur tanpa mampu dihentikan. Suara tanpa sosok. Hyomi, dia telah jatuh hati pada pemilik suara itu. Sosok yang belum pernah ia lihat. Cinta yang timbul dari suara. Cinta yang timbul dari kesendirian.

“Yeaah! The first song untuk kalian! Special for dolphiniku haha… Baiklah langsung saja kita dengarkan, ini dia Only U, Super Junior!”

Senyum Hyomi perlahan menghilang. Dolphini? Who is he? Pertanyaan yang selalu terngiang oleh Hyomi. Ada rasa pilu dihatinya kala nama itu keluar dari orang yang dicintainya. Cinta? Sejujurnya Hyomi tak ingin dikatakan konyol seperti ini. Adakah seseorang yang mencintai orang lain hanya dari suara tanpa mengetahui wujud pemilik suara itu? Mungkin hanyalah Hyomi. Hyomi selalu menganggap Yesung telah memiliki kekasih. Mungkin saja dolphininya karna nama itu yang ia sebut setiap malam. Nama atau julukan? Hyomi tidak tahu. Segera ditepisnya pikiran itu. Ia tetap berharap Yesung belum memilikinya. Ada sebongkah rasa kecewa, iri, cemburu menusuk hatinya. Rasa tidak rela saat nama itu tersebut.

“Kapan aku bisa melihatmu Yesung-ssi?” Pertanyaan retoris yang setiap malam terucap Hyomi.

*o*o*

Siang ini Yesung telah bersiap dengan atributnya. Y style dan kamera terkalung dileher. Y stylememang telah menjadi milik si empunya. Kamera? Tiada hari tanpa foto, mungkin begitu hidupnya. Memotret seorang gadis yang selama ini dicintainya, seolah telah menjadi rutinitas sehari-hari. Tak ayal, ratusan foto tertempel didinding-dinding kamarnya.

High school ternama di Seoul menjadi kunjungannya siang ini. Matanya menangkap malaikat kecilnya. Ia segera menyiapkan kamera dan memfokuskan tepat dimana yeoja itu berada. Setelah sekian lama, yeoja itu menyadari kedatangan Yesung dan mulai menghampirinya.

“Oppa! Berhentilah menjadi fotografer gadungan,” ucapnya setengah kesal.
“Haha, aku merindukanmu dolphini,” timpal Yesung menggoda.
“Yak! Apa-apaan baru beberapa jam sudah bilang seperti itu.”
“Rindu itu tidak harus berhubungan dengan waktu.. Ayo pulang,” ajak Yesung menggandeng tangan yeoja itu.
“Tunggu oppa! Eumm, apa gunanya memiliki namjachingu kalau pulang dengan oppa.”
Tenggorakan Yesung seakan tercekat saat mendengar kata itu terlontar dari yeoja didepannya.
“Nam… Namjachingu Hyun? Nugu?”
“Ne oppa! Sehari yang lalu, aku resmi memiliki namjachingu. Donghae, oppa pasti mengenalnya. Ah! Aku senang sekali oppa..!” ucapnya seraya memutar-mutar tubuhnya. Yesung hanya terdiam melihatnya.
“Ah sudahlah oppa, Donghae sudah menungguku. Annyeong..,” ucapnya riang dan pergi meninggalkan Yesung. Yesung memandang punggung Hyuneul yang kini menjauh.

*o*o*

Senja sore kian merangkak. Matanya melayang menatap danau didepannya. Rasa perih ini masih sangat membekas. Sangat perih saat melihat gadis yang dicintainya terang-terangan melakukan itu didepan matanya. Pikirannya masih melayang mengingat kejadian siang tadi.

Flashback
Yesung masih terdiam sesaat setelah Hyuneul pergi. Ia berniat menyusulnya dan berlari kearah jalanan. Namun kakinya terhenti saat Ia melihat sosok yang dicintainya tengah bercanda dengan Donghae, salah satu teman Yesung di Cool FM. Sangat mesra bahkan Yesung tak mampu lagi merasakan gejolak panas dihatinya. Ia mendekat kearah Hyun.

“Oppa? Ada apa?” tanya Hyun kaget saat melihat Yesung.
“Ikut aku!” perintah Yesung mencekram tangan Hyun.
“Oppa sakit! Lepaskan! Kan sudah kubilang aku pulang dengan Donghae,” tolak Hyun berusaha melepas cengkraman Yesung dipergelangan tangannya.
“Ikut oppa!!” teriak Yesung dan menarik tangan Hyuneul menjauh.
Hyuneul menatap Donghae, “Tunggu aku oppa!” Donghae hanya menatap bingung dan kemudian mengangguk. Yesung terus melangkah cepat mengenggam erat tangan Hyun.
“Berhenti!” Hyuneul menghentikan langkahnya dan menghempaskan cengkraman Yesung dari tangannya.
“Tinggalkan lelaki itu,” ucap Yesung singkat dan menatap tajam pada manik mata Hyuneul.
“Maksud oppa?”
“Tinggalkan Donghae!!” teriak Yesung yang membuat Hyuneul terbelalak mendengarnya.
“Oppa! Oppa kenapa? Aku tidak akan mau meninggalkan Donghae. Aku mencintainya oppa!”
“AKU MENCINTAIMU HYUN-AH! AKU MENCINTAIMU!” Yesung tidak tahan lagi untuk mengatakan kata-kata itu. Bertahun-tahun ia memendamnya.
Hyuneul terkejut dengan apa yang baru saja tertangkap telinganya, “Oppa..,”
“Ya Hyun-ah, aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Tinggalkan lelaki itu.” ucap Yesung.
“Aku tidak bisa oppa. Dia sangat berarti untukku. Aku sangat mencintainya. Aku pun mencintai oppa. Tapi cinta ini berada di belahan hati yang berbeda. Aku telah menganggapmu sebagai oppaku. Aku tidak mungkin bisa meninggalkannya oppa. Aku..”
“Kau bisa meninggalkannya! ”
“Sampai kapanpun aku tidak akan pernah melakukan itu oppa!” Hyuneul berlari meninggalkan Yesung. Ia marah, tentu ia sangat marah. Ia berlari menghampiri Donghae. Pemandangan yang tidak seharusnya dilihat Yesung. Hyuneul mencium Donghae tepat didepan matanya. Yesung menghampiri mereka dan secara membabi buta ia memukul Donghae. Hyuneul berusaha menghentikannya dan menampar Yesung. Detik berikutnya, Yesung terdiam dan memandang tajam Hyun, kemudian berlalu pergi.
Flashback end

“Aaargh...!” Yesung bangkit dan meninju batang pohon disampingnya. Yesung perlu pelampiasan. Hatinya sangat sakit dan dia tidak bisa berbuat apapun untuk mendapatkan hati yeoja itu. Terus menerus ia pukul batang itu dengan penuh amarah. Dikejauhan, seorang yeoja tengah memandangnya lekat-lekat. Sejurus kemudian ia berlari menghampiri Yesung dan menarik tangan Yesung yang telah penuh darah.
“Apa yang kau lakukan! Lihat, tanganmu berdarah. Pasti sakit sekali,” ucap gadis itu.
“Hatiku lebih sakit,” ucap Yesung sembari menghempaskan tangannya dari tangan gadis itu. Yesung melangkah dan duduk pada sebuah bangku. Gadis itu memandangnya dan kemudian melangkah duduk disamping Yesung.
“Apa kau sedang ada masalah?” tanya gadis itu.
“Bukan urusanmu,” jawab Yesung singkat.
“Eum, ya memang bukan urusanku. Tapi tanganmu terluka seperti itu, mungkin saja kau bisa menceritakannya padaku.” Gadis itu memandang Yesung. Yesung hanya menatap lurus kedanau. Keduanya terdiam cukup lama.
“Untuk apa aku harus menceritakannya padamu!?”
“Tentu saja untuk berbagi. Mungkin saja bisa meringankanmu, ” sahut gadis itu. Ia merogoh tas selempangnya.
“Aku bahkan tidak mengenalmu. Konyol! ” ucap Yesung sinis. Gadis itu meraih tangan Yesung yang terluka dan membalutnya dengan selembar kain yang ia keluarkan dari tas selempangnya.
Yesung terdiam dan memandang kearah gadis itu.
“Sudah selesai. Ah iya, aku Hyomi.” Hyomi berdiri, dan menolehkan kepalanya menatap Yesung.
“Ubahlah sikap dinginmu itu,” ucap Hyomi kemudian pergi.

-Hyomi POV-
Dia benar-benar manusia terdingin lebih dingin dari udara senja ini. Aku hanya bermaksud baik padanya, kenapa dia seperti itu. Aku bersembungi dibalik pohon besar tak jauh darinya. Aku tak mungkin meninggalkannya sendiri. Entahlah rasanya tidak tega atau ada perasaan lain hinggap dihatiku. Suara itu, ya aku seperti sangat mengenal suara itu. Suaranya tidak asing ditelingaku. Mirip seperti... seperti…

“Yesung!” jeritku.
Baiklah, sekarang aku melakukan kebodohan. Kenapa aku harus menjerit. Aku meliriknya, dia memandang kearah pohon ini. Segera kurapatkan badanku dibalik batang pohon besar ini. Aku tidak boleh ketahuan, dan syukurlah saat aku meliriknya lagi, dia kembali memandang danau dengan tatapan kosong. Yesung? Apa itu benar kau? Aku belum yakin itu kau. Suara Yesung yang kukenal tidak sedingin itu. Ini sudah jam 8 malam, kenapa dia tidak pergi juga. Udara malam ini sangat dingin. Apa aku harus kembali kesana dan membujuknya pulang? Sepertinya dia akan marah jika itu kulakukan. Tapi dia bisa jatuh sakit dan tangannya juga perlu diobati. Hati dan otak memang terkadang tidak sejalan. Aku bingung harus melakukan apa, tidak mungkin aku terdiam terus seperti ini. Atau aku dan dia akan mati kedinginan.
Setelah menimbang begitu lama, kuputuskan untuk membalik tubuhku dan menghampirinya. Namun, kuurungkan niatku saat ia tiba-tiba berdiri dan memegang handphonenya.

“Hyun-ah ada apa? Kau menangis?” Samar-samar aku bisa mendengarnya.
“Tunggu oppa. Oppa akan segera kesana.”
Dia terlihat begitu panik dan berlari pergi. Sekarang apa yang harus kulakukan? Sepertinya otakku lambat sekali seperti kura-kura. Aish, aku segera mengejarnya. Dia berlari begitu cepat, sepertinya sebentar lagi aku kehilangan nafasku. Aku segera menghentikan lariku dan bersembunyi ketika ia berhenti didepan seorang yeoja yang tengah menangis.

“Hyuneul-ah..,” panggilnya lembut. Ternyata yeoja itu bernama Hyuneul.
“Oppa..,” yeoja itu mendongakan kepalanya menatap namja yang beberapa jam lalu telah kuprediksi adalah Yesung.
“Uljima, kau kenapa?”

Tangannya melingkar dibahu Hyun. Seperti ada sesuatu yang terpental dari hariku. Perasaan tidak rela. Yeoja itu tampak berantakan dengan baju SMAnya. Apa dia adiknya? Ah entahlah, aku hanya perlu mendengarkan mereka.

-Yesung POV-
Aku melihatnya begitu berantakan. Dia menangis. Melihatnya seperti ini, hatiku sangat sakit. Aku memeluknya dan dia semakin menangis dipelukanku. Sekian lama sampai akhirnya tangisannya reda.

"Oppa.. aku ingin mati saja.” Sejenak aku terpaku mendengarnya. Aku tidak mengerti mengapa ia mengatakan seperti itu, yang aku mengerti hatiku tergores mendengarnya.
“Kau tidak boleh berkata seperti itu,” ucapku membelai lembut rambutnya.
“Aku sudah tidak pantas hidup oppa, aku telah ternoda dan aku ingin mati saja!” Aku terdiam memandang tepat dimanik matanya. Aku belum mengerti apa yang ia katakan.
“Mak.. maksudmu?” tanyaku padanya. Aku berharap itu bukanlah hal buruk.
“Donghae, dia merebut segalanya dariku.”
Sekarang aku telah mengerti. Donghae brengsek!
“Tenanglah Hyun-ya.. Kau tidak boleh berkata seperti itu lagi. Aku mencintaimu dan aku akan menikahimu..,” ucapku tulus padanya. Aku tidak ingin seorangpun menyakitinya. Aku akan menikahinya dan tentu saja akan kubalas Donghae karna telah menyakiti yeoja yang sangat kucintai.

“Yesung-ssi...!!! ”

-Hyomi POV-
"Yesung-ssi...!!!”
Aku mendengar seseorang memanggil keras namanya. Yesung? jadi benar lelaki itu Yesung?
“Yesung, aku tidak menyangka, aku telah bertemu denganmu,” gumamku lirih. Hatiku benar-benar senang akhirnya aku bertemu dengannya. Tapi kenapa dengan situasi seperti ini? Situasi yang bukan kuharapkan. Aku masih bersembunyi dan mengetahui semua yang telah terjadi. Mungkin Hyuneul adalah dolphininya selama ini.

“Donghae? Kebetulan sekali kau menghampiriku. Apa yang telah kau lakukan padanya!” ucap Yesung.
“Hahaha, itu balas dendamku kepada kalian!” jawab lelaki itu yang kukira pasti bernama Donghae karna tadi Yesung menyebutnya.
“Balas dendam? ” tanya Yesung.
“Ingatkah dulu kakakku sangat mencintaimu. Tapi, kau asyik dengan dolphinimu ini. Cih! kakakku bunuh diri karna kalian! Dan sekarang giliranku menghabisimu!”
BUGH

Kulihat Donghae memukul keras perut Yesung hingga Yesung terdorong kebelakang. Beberapa lelaki bertubuh besar keluar dari sarangnya dan menghampiri Yesung. Ini benar-benar mengerikan. Aku tidak mungkin kesana. Segera kucari handphoneku yang kukira bisa membantuku. Keadaan tidak berpihak padaku, handphoneku mati. Kualihkan pandanganku menatap Yesung. Dia menonjok wajah Donghae membuat Donghae terhuyung. Bodyguard itu tidak tinggal diam. Mereka bertubi-tubi melancarkan serangannya. Gerakan Yesung begitu gesit melawan 4 orang didepannya. Aku tidak menyangka Yesung bisa melakukannya. Dua orang telah terkapar, hanya tersisa Donghae dan salah satu bodyguardnya. Namun tiba-tiba Yesung berhenti dan memegang tangannya seperti menahan perih. Aku tahu, tangan yang terluka saat ia meninju pohon itu. Kumohon Yesung, kau pasti bisa. Kudengar yeoja itu berteriak histeris tak jauh dari tempatku. Aku tak butuh waktu lama, segera kutarik dia.
“Siapa kau? ” tanyanya.
“Handphone… handphone. Cepat berikan padaku! Aku akan lapor polisi. ” Itulah yang ada dipikiranku. Yeoja itu mengerti dan menyerahkan handphonenya padaku.

Aku kembali melihat Yesung. Bodyguard itu melipat kedua tangan Yesung kebelakang. Donghae tertawa puas lalu menonjok wajah dan perut Yesung terus menerus. Kondisi Yesung mulai melemah, pasti sangat sakit. Wajahnya telah ternoda dengan darah di berbagai sudut. Aku harus menolongnya.
Kulihat yeoja disampingku tengah menangis. Aku merasakan mataku memanas. Aku meyakinkan diriku bahwa sekarang bukan waktunya untuk menangis. Kuraih sebuah balok kayu tak jauh dari tempatku. Aku berlari dan memukul bahu bodyguard itu. Aku tidak tahu, keberanianku tiba-tiba muncul begitu saja. Bodyguard itu pingsan. Aku terdiam mengatur nafasku sampai kusadari Donghae menatap tajam padaku. Kulayangkan balok kayu ini kearahnya. Dia menangkapnya dan menamparku. Kurasakan cairan hangat keluar disudut bibirku. Sekuat tenaga aku mencoba membalasnya, namun dia menghempas tubuhku hingga kurasakan sakit saat tubuhku menyentuh jalanan. Donghae kembali meraih Yesung dan memukulinya. Aku melihat suatu benda disaku belakang celana Donghae. Apa itu pisau? Segera kuberlari mencabut pisau itu. Dengan cepat, kutancapkan pisau itu ke punggung Donghae.

“Aaargh!” Donghae membalikkan badannya kearahku. Tanganku terlepas perlahan. Tubuhku bergetar hebat.  Aku sangat takut melihat mata itu. Donghae berjalan tertatih kearahku dengan mengepal erat tangannya. Perlahan kumundurkan langkahku. Kakiku rasanya sangat lemas. Aku berhenti dan kutangkupkan tanganku menutup wajahku. Aku sangat takut.
BUGH

Kubuka mataku dan melihat seseorang tergeletak disamping kakiku. Donghae? Apa dia telah mati? Kubiarkan dia dan segera berlari menuju Yesung yang tergeletak menahan sakit. Kuraih wajahnya, mataku semakin terasa panas. Sekuat tenaga aku tetap bertahan untuk tidak menangis melihatnya terluka seperti ini.
“Yesung-ssi, bertahanlah. Aku mohon..” Dia membuka matanya dan menatapku lama.
“Kau.. ”
Sepertinya dia mengingatku.
“Aaarg” dia merintih saat aku memegang salah satu lukanya.
“Ma.. ”
“Hyomi awas!” Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Belum sempat kuselesaikan kalimatku, Yesung telah mencekram kedua bahuku dan membalikan posisi kami. Dia berada diatasku, lalu…
BUGH

Mataku terbelalak memandang seseorang memukul keras bagian belakang kepala Yesung. Apa yang dilakukan bodyguard itu?! Yesung ambruk diatasku. Ini sangat berat, aku berusaha duduk dan memangku tubuh Yesung.
“Yesung-ssi! Yesung-ssi!” Aku benar-benar panik. Kurasakan air mataku mulai melesat jatuh setelah sekian lama kutahan. Kupeluk kepalanya. Aku tidak bisa melihat seorang yang kucintai dalam kondisi seperti ini. Terluka karna aku.

“Oppa!” Yeoja itu berlari kearahku dan mengambil alih tubuh Yesung. Kudengar sirine mobil polisi mendekat. Apa yang dilakukan polisi itu sedari tadi! Kejadiannya memang begitu singkat, hampir aku tidak bisa mempercayai ini. Segera polisi-polisi itu mengangkat tubuh Donghae dan Yesung. Aku mengikutinya, bagaimanapun juga aku harus tahu kondisi Yesung.

“Kau! Jangan mengikuti kami! Kau telah mencelakai oppaku!!” teriak yeoja itu padaku.
Aku terdiam merasakan cairan hangat semakin deras keluar dari mataku. Aku melihatnya telah berlalu pergi. Semakin menjauh dengan mobil polisi itu. Aku terdiam dan terus memandang hingga mobil itu hilang dari pandanganku. Kutundukan wajahku. Kemana saja yeoja itu saat Yesung dalam keadaan senyaris itu? Apa hanya dengan menangis Yesung bisa selamat? Hatiku begitu sakit melihatnya, apa aku telah mencelakai sendiri orang yang sangat kucintai? Aku tidak bisa melindunginya. Aku tak kuat lagi membiarkan kakiku berdiri. Kubiarkan kaki ini merosot merasakan dinginnya malam. Kutengadahkan kedua tanganku. Darah Yesung masih tercetak jelas saat beberapa detik lalu aku memegang kepalanya. Air mataku semakin mengalir dengan kebisuan. Seharusnya ini darahku, bukan darahnya.

Aku menanti hujan itu datang mengguyurku. Menyembunyikan diriku dari apa yang telah terjadi. Menyembunyikan airmataku yang tak henti-hentinya mengalir. Air mata yang membuatku sesak. Saat hujan datang, saat itulah aku bisa bersembunyi dari semua yang menyesakan hatiku. Rasa pilu ini serasa rontok bersama guyuran air yang jatuh. Namun, tidak selamanya aku bisa bersembunyi dalam hujan. Karna memang tak selamanya hujan itu hadir menemaniku. Menemani kesendirianku, menghapus luka hatiku, menghapus darah dalam tanganku…

-Author POV-
Satu jam lebih Hyomi terdiam. Memandang jalanan sepi dengan tatapan kosong. Ia lelah, lelah dengan air mata yang tak kunjung merembes. Lelah dengan hatinya yang kian terasa menyakitkan dadanya. Sendiri dalam kesunyian malam.
Sayup-sayup sirine polisi kembali terdengar mendekat. Membelah jalanan, memecah keheningan malam. Terhenti tidak jauh dari Hyomi.
“Maaf, saudari harus ikut kami ke kantor polisi.” Hyomi tak bergeming sedikitpun saat suara itu hadir didekatnya.
“Mari ikut kami.” Hyomi memutar bola matanya tanpa menggerakan wajahnya. Salah satu polisi memegang kedua bahu Hyomi dan menegakkan tubuh itu. Menuntunnya memasuki mobil polisi dan kini telah melesat membawa Hyomi dalam diam.

*o*o*

Hyomi menenggelamkan kepalanya dalam dekapan erat kedua kakinya yang tertekuk. Mengendapkan suara isak tangis yang kembali keluar dari pita suaranya. Menghangatkan tubuhnya dari dinginnya jeruji besi yang membelenggu dirinya.
“Kyu oppa, Kyo oppa, eomma, appa…” gumamnya lirih bercampur tangisnya yang melemah. Merasakan sakit yang kini menghujani tubuhnya. Memanggil orang-orang terdekatnya. Sendiri, tanpa mereka. Sendiri ditempat sesempit itu.
Semua keluarganya mengurus bisnis di Jepang. Setahun ini, Hyomi hanya tinggal sendiri di apartementnya dan lebih memilih kuliah di Seoul.
“Eomma…”
“Yesung-ssi…”

Panggilan lirih memilukan menyapa setiap sudut ruang sempit itu. Menahan sakit disudut bibirnya. Ia berada dalam jeratan jeruji besi atas tuntutan orangtua Donghae. Ingatan Hyomi kembali melayang pada kejadian beberapa jam lalu. Hyomi benar-benar merasa sendiri. Tak ada lagi suara yang menemaninya setiap malam. Tak ada lagi suara yang membuatnya tersenyum. Tidak tahu bagaimana kondisi Yesung, lelaki yang dicintainya. Mengapa ada pertemuan jika perpisahan tercipta? Kenapa dia harus melindungiku? Kenapa dia harus meninggalkanku? batin Hyomi. 
“Hyomi-ya…” Hyomi mengangkat wajahnya dan memandang seseorang yang memanggilnya.
“Rin eonni…”

*o*o* 

-Hyomi POV-
Semua orang mempunyai cara tersendiri untuk melindungi orang yang disayanginya. Memeluk hidupnya dari segala yang membuatnya terluka. Suatu saat aku melihatmu datang dan aku melihatmu pergi tanpa bisa kucegah. Hari-hariku terasa sendiri untuk kujalani. Hati yang tidak memiliki kawan. Karna aku sendiri dan hanya aku sendiri. Tak akan ada yang bisa membalikkan waktu. Kau pergi dengan kondisimu, menyisakan duka dan kesendirian.

Kuhempaskan badanku pada kasur empukku yang telah lama kutinggalkan. Punggungku terasa pegal duduk dalam pesawat. Berlama-lama di Jepang, akhirnya aku kembali… Gemericik hujan diluar membuatku tersenyum. Terasa begitu damai dan segar untukku.

Aku merindukannya, sangat merindukannya. Bagaimana kondisinya? Pertanyaan yang selalu kulontarkan sejak kejadian itu, 2 tahun yang lalu. Aku terus memikirkannya. Saat aku berada dalam jeruji besi itu, syukurlah Rin eonni membantuku. Dia adalah yeojachingu Kyo oppa dan dia yang terkadang menemaniku. Semua keluarga ke Seoul untuk melihat keadaanku yang kurasa begitu berantakan. Tuntutan atas diriku segera dicabut setelah orangtua Donghae mengetahui bahwa appaku ternyata rekan bisnisnya. Bukan hanya itu, berkat kamera CCTV di jalan yang mengungkap bahwa aku hanya berusaha menolong Yesung. Tapi bagaimanapun juga, rasa bersalah ini sangat besar. Membuat Yesung dan Donghae terluka. Yesung selalu hidup dan tumbuh dalam hatiku.

Kupencet sebuah tombol yang langsung mengeluarkan suara siaran Kiss the Radio malam ini. Walaupun mereka membawaku ke Jepang, tetap saja bayangnya tak mampu kuhapus. Kulirik jam yang tergeletak dinakas, 10 malam. Aku tidak lagi mendengar suaranya. Rasanya hatiku begitu sepi dan telingaku seakan-akan berhenti mendengar.

“Selamat malam pendengar Kiss the Radio! Malam ini adalah malam special. Kita akan mendengar sebuah pesan fenomenal dari seseorang yang sangat kita nanti-nantikan selama ini. Sudah tidak sabar? Langsung saja kita dengarkan!”

Kupejamkan mataku. Menciptakan bayangannya yang menari-nari dalam pikiranku.

“Ekhem! Apa kalian merindukanku?”

Suara ini…? “Yesung!” segera kutegakkan tubuhku dan membesarkan volumenya. Jantungku serasa berdebar begitu cepat.

“Seorang yang selalu memakai Y stylenya dan selalu menemani malam kalian semua... Yesung telah kembali! Aku sangat merindukan kaliaaan...! Ada seseorang yang membuatku kembali disini. Pertemuan yang singkat antara aku dan dia. Seseorang yang sangat kurindukan. Seseorang yang sangat ingin kutemui. Seseorang yang membalut tanganku dengan sapu tangannya. Seseorang yang menolongku malam itu. Seseorang yang satu-satunya kuingat saat aku sadar dari komaku. Seseorang yang selama ini selalu kucari, dan telah kutemukan dia sore tadi. Hyomi-ya… Kau mendengarku? Kau ingat denganku? Seseorang yang mengacuhkanmu saat didanau, seseorang yang kau lindungi, seseorang yang dingin kepadamu… dan seseorang itu telah mencintaimu… Ya, aku.. Aku mencintaimu Hyomi-ya… Kumohon datanglah kesini dan aku akan menunggumu…”

Kuhapus airmataku yang telah mengalir membasahi pipiku. Yesung-ssi, kau kembali… Segera kurapatkan cardiganku dan berlari keluar kamar. Aku harus kesana, menemuinya.

“Hyomi-ya…” Kuhentikan langkahku dan menoleh kearah Rin eonni yang tengah menggendong Mao. Aku mengambil alih Mao, dan segera bersiap untuk pergi.
“Eonni, aku pinjam Mao sebentar ya!” teriakku.
“Hei! Mao bukan barang Hyomi-ya..! Kembalikan Mao!” sepertinya itu adalah suara bapaknya Mao, Kyo oppa.
“Kucingmu tidak akan kenapa-napa oppa! Paling hanya mati kedinginan. Aku pergi!” teriakku dan segera berlari keluar rumah.
“Yak! Dasar anak kurang ajar!” sungutnya.
“Hyomi-ya, mau kemana? Ini sudah malam, diluar hujan!” teriak Kyuhyun oppa. Tumben sekali, biasanya dia hanya peduli dengan PSnya.
“Mengejar cinta…!!!” sahutku dan berlari menerobos derasnya hujan. Merekalah yang sekarang menjagaku di Seoul.

-Yesung POV-
Apa dia mendengarku? Aku sangat berharap sekarang dia datang. Entah kenapa, aku hanya mampu mengingatnya. Setelah selama setahun aku koma karna pendarahan dikepalaku. Syukurlah aku masih diberikan hidup. Menurut dokter, karna Hyomi yang terakhir kulihat. Aku sendiri juga bingung, aku tidak mengenalnya lebih dalam. Tapi saat itu, aku bisa melihat ketulusan Hyomi. Hyuneul, dia telah menikah saat aku koma. Tak ada satupun yang tersisa tentangnya diotakku. Yang aku dengar dari orang-orang disampingku, aku mencintainya dulu. Tapi hatiku kosong saat didekatnya. Yang selalu kupikirkan hanyalah Hyomi…

“Yesung-ssi…!!” Kualihkan pandanganku kearah suara itu berasal. Hyomi? Dia mengatur nafasnya yang tersengal-senggal dan badan yang basah kuyup. Apa dia berlari ditengah hujan seperti ini? Aku berdiri dari dudukku dan mendekatinya. Mencermati setiap inci dari wajahnya. Jantungku seperti meloncat-loncat saat kuyakin gadis yang didepanku benar-benar Hyomi.
“Hyomi-ya!” Kutarik dirinya kedalam pelukanku. Aku merindukannya, sangat merindukannya. Kupeluk erat tubuhnya begitu lama. Aku tak ingin melepaskannya. Namun, tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menggelitik perutku.

“Meooow..” Kucing? Kulepaskan pelukanku dan memandang kucing yang tengah digendong Hyomi. Kualihkan pandanganku dan melihat wajah Hyomi. Dia tersenyum, sangat manis.
“Yesung-ssi..,” panggilnya. Kulihat matanya begitu indah. Aku membalas senyumannya.
“Hyomi-ya… Saranghae… Aku benar-benar merindukanmu.” Aku tidak ragu lagi untuk mengatakan itu. Karna aku tidak mau kehilangannya.
“Nado saranghae Yesung-ssi..” Aku benar-benar bahagia mendengarnya mengatakan itu.
“Panggil aku oppa, ne? Sepertinya aku lebih tua darimu, haha.. Nah sebentar, aku ada sesuatu untukmu,” ucapku dan mengambil sebuah bungkusan tipis memanjang yang telah kusiapkan untuknya.
“Bukalah…”
Dia mengerjapkan matanya saat bungkusan itu telah dibuka. Dia memandangku. Sepertinya dia meminta penjelasan.
“Aku tidak sengaja melihatmu dibandara tadi dan aku yakin itu kau. Aku tak mau mensia-siakan kesempatan dan aku segera memotretmu berulang kali, hehe…” Dia tersenyum dan kembali melihat foto-fotonya yang terbingkai. Aku sengaja memberikan itu padanya.
“Kau tidak mau memelukku lagi? Apa kau tidak kedinginan Hyomi-ya.” Aku sengaja menggodanya. Pipinya langsung bersemu merah, dan aku suka. Dia terdiam lama dan tiba-tiba memelukku.
“Aku.. Aku sangat merindukanmu..” Aku sangat senang mendengarnya. Kulepaskan pelukannya dan mulai mendekatkan wajahku ke wajahnya. Semakin dekat, kupenjamkan mataku, dan…
“Meoow..” Aku tersentak dan menjauhkan wajahku. Aku dan Hyomi saling berpandangan dan sejurus kemudian kami memandang kucing yang berada dibawah kaki Hyomi.
“Hahaha…” Kami tertawa lepas dan aku kembali memeluknya...

Hyomi- Dan pada akhirnya hatiku memiliki kawan, dia tak lagi sendiri, dia tak lagi kosong dan dia tak lagi kesepian…

-END-

~~~~Tinggalkan jejak, RCL yoo~~~~

0 comments:

Post a Comment

wibiya widget