Monday 28 January 2013

DISIPLIN KELAS


A.    Hakikat Disiplin dan Disiplin Kelas
1.      Hakikat Disiplin
Dari segi etimologi kata “disiplin” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “disicplus” yang mengandung makna pengikut atau penganut.Berdasarkan makna dari segi etimologi ini, disiplin diartikan sebagai suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk dalam peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.Istilah disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 237) berarti tata tertib atau ketaatan pada peraturan. Asy Mas’udi (2000: 88) menyatakan disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapa pun.
Kata ”discipline” berasal dari bahasa latin menunjuk kepada belajar dan mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan isitilah ”disciple” yang mengikuti orang belajar dibawa pengawasan seorang pimpinan. Di dalam pembicaraan disiplin dikenal istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan urutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban.
Ketertiban dilihat dari pengertiannya terbentuk lebih dulu baru kemudian disiplin.Ketertiban bersifat ekstrinsik sedangkan kedisiplinan lebih bersifat intrinsik. Ketertiban merupakan kepatuhan seseorang dalam mengikuti aturan karena didorong oleh sesuatu yang datangnya dari luar, misalnya: karena ingin mendapatkan pujian. Sedangkan, disiplin menunjuk kepada kepatuhan seseorang terhadap peraturan atau tata tertib karena didorong oleh kesadaran yang ada dalam kata hatinya.Oleh karena itu, biasanya ketertiban itu lebih dulu, kemudian baru berkembang menjadi sikap disiplin.Orang yang mengikuti peraturan disebabkan karena rasa takut, didesak oleh berbagai kepentingan, belum dapat dikatakan perbuatan disiplin. Misalnya: seorang pengendara sepeda motor selalu membawa helm tetapi tidak dikenakan dan baru dikenakan jika akan melewati daerah yang diperkirakan ada polisi. Perbuatan tersebut bukanlah perwujudan dari sikap disiplin. Lain halnya jika seseorang menyadari bahwa naik kendaraan bermotor penuh dengan resiko, bahaya dapat datang kapan saja tanpa diperhitungkan, maka demi menjaga keselamatannya, ia mengenakan helm walaupun ia menaiki di jalan pedesaan, maka ia termasuk orang yang memiliki disiplin diri yang tinggi.
2.      Hakikat Disiplin Kelas
Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Chumdari dan Sutini 1996: 55) menyatakan bahwa disiplin kelas adalah keadaan tertib dimana guru dan murid-murid yang tergabung dalam suatu kelas tunduk kepada peraturan-peraturan (tata tertib) yang telah ditetapkan dengan senang hati.
Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (dalam Muliani Aziz, 2012) mengartikan bahwa disiplin kelas adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa disiplin kelas merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang untuk bersikap patuh terhadap bentuk-bentuk aturan yang telah ditetapkan dalam kelas agar tercapai tujuan yang diinginkan.
Pada hakikatnya disiplin kelas merupakan hal esensial terhadap terciptanya perilaku tidak menyimpang dari ketertiban kelas.Dalam kaitannya disiplin kelas, maka sikap dan tingkah laku yang diharapkan adalah perilaku yang mencerminkan kepatuhan dari berbagai nilai yang disepakati oleh semua, baik siswa, guru, dan karyawannya yang tertuang dalam tata tertib sekolah/kelas.Di mana dalam hal ini guru serta siswa yang ada dalam suatu kelas mengontrol suasana dalam kelas dan memanipulasi kelas tersebut berdasarkan variasi respon para siswa.
B.     Cara Mendisiplinkan Siswa
Menegakkan disiplin bukanlah untuk mengurangi kebebasan peserta didik akan tetapi, ingin memberikan kebebasan yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya. Namun, perlu disadari bahwa jika kebebasan pada peserta didik  terlampau dikurangi dan dikekang dengan peraturan maka peserta didik tersebut dapat memberontak, mengalami frustasi serta kecemasan secara berlebihan. Di sekolah-sekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang dikehendaki agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. Oleh karena itu, diperlukan beberapa cara agar tercipta kondisi kelas yang tertib dan disiplin.
  1. PartisipasiKomponenSekolah
Semua komponen sekolah harus ikut berpartisipasi menegakkan disiplin sekolah, sehingga pada akhirnya akan tercipta disiplin kelas. Komponen sekolah yang dimaksud adalah, sebagai berikut
a.              KepalaSekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab institusional. Kedisiplinan kepala sekolah tidak dapat dipungkiri lagi, karena peranannya sebagai tokoh sentral di sekolah harus mampu memberikan teladan yang dapat digunakan sebagai panutan bagi komponen sekolah yang lain.
b.             Guru
Kesan guru “digugu dan ditiru” merupakan pameo yang sampai sekarang masih dapat dianggap relevan.Guru adalah sosok yang selalu dianggap benar oleh anak SD, sehingga Guru hendaknya selalu memberikan teladan yang baik bagi anak-anak SD. Guru harus dapat mengembangkan sikap keterbukaan, misalnya jika terlambat guru harus mau minta maaf kepada murid, apabila belum sempat mengoreksi pekerjaan siswa, guru juga harus mampu berterus terang menyampaikan masalah yang dihadapi. Sehingga siswa akan responsif pada guru tersebut dan menganggap bahwa guru memang selayaknya untuk diteladani segala sikap serta perilakunya.
c.              PetugasSekolah yang Lain
Siswa pada hakikatnya tidak membedakan status seseorang, hanya orang dewasalah yang membuat status itu menjadi berbeda. Kedisiplinan yang dilakukan oleh semua personil sekolah akan semakin memperkuat persepsi anak bahwa kedisiplinan merupakan prasarat mutlak terselenggaranya hidup disiplin dari seluruh komponen sekolah.
d.             Siswa
Siswa merupakan subjek yang melaksanakan tugas belajar.Siswa memiliki potensi untuk berlaku disiplin yang dibawa sejak lahir dan berkembang pada lingkungan keluarga maupun lingkungan di sekitarnya.Siswa bukanlah individu yang sulit diatur, apabila guru mampu memahami sikap mereka. Guru harus dapat mengenali siswanya secara individual sehingga dapat menanganinya sesuai dengan karakteristik siswa tersebut.
2.                  MenggunakanTeknikPenangananDisiplinKelas
Dalam melakukan disiplin kelas diperlukan pula teknik penanganan disiplin kelas. Teknik-teknik tersebut meliputi:
a.              Persuasif
Guru hendaknya mampu melakukan bujukan kepada murid, misalnya untuk mengerjakan tugas, mendorong hadir lebih awal, serta tindakan disiplin lainnya, karena bujukan atau rayuan yang diberikan kepada siswa cenderung akan memberikan pengaruh sikap patuh, dibandingkan dengan menggunakan pemaksaan langsung yang dapat menimbulkan sikap memberontak.
b.             PemberianContoh
Guru sebagai fasilitator utama harus dapat memberikan contoh atau teladan bagi siswanya. Contoh tersebut tidak hanya diberikan sekali atau dua kali saja tetapi harus dilakukan secara berulang kali tanpa bosan.Disiplin bagi guru memang hendaknya sudah menjadi bagian dari sikap hidupnya, sehingga jika apa yang dicontohkan belum ditiru oleh siswanya, maka guru tersebut tidak akan merasa frustasi atau menyerah begitu saja.
c.              Penenggelaman(Immersion)
Apabila teknik pemberian contoh atau teladan telah berbudaya pada lingkungan keluarga (orangtua), sekolah (kepala sekolah, guru dan petugas sekolah lainnya), maka lama-lama anak akan menjadi terbiasa dengan lingkungan manusia yang memiliki budaya disiplin dan meninggalkan kebiasaannya yang tidak tertib, sehingga disiplin pada anak akan  mudah terbentuk. Cara yang dapat ditempuh dengan teknik ini antara lain yaitu dengan membudayakan disiplin pada semua komponen sekolah, menyadarkan murid apabila mereka melanggar tata tertib, dan mengajaknya untuk memahami arti penting disiplin.
d.             CurahPendapat
Curah pendapat dapat dilakukan dengan cara mensosialisasikan tata tertib/peraturan dengan mengadakan curah pendapat dengan siswa, sehingga siswa menjadi lebih mengenal dan akrab dengan tata tertib tersebut dan merasa bahwa tata tertib tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama. Pada akhirnya mereka akan merasa memiliki dan ikut berperan serta.
e.              PenegakkanTataTertib
Tata tertib dan peraturan kelas merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada siswa.Peraturan dan tata tertib menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus ditaati siswa.Oleh karena itu, tata tertib dan peraturan perlu ditegakkan untuk bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Tata tertib yang berlaku secara umum meliputi tiga unsur:
1)                  Perbuatan atau perilaku yang diharuskan dan yang dilarang.
2)                  Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau pelanggar peraturan.
3)                  Cara dan prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai aturan.
Tata tertib model ini disusun oleh guru atau kepala sekolah dan mempunyai sifat menuntut, sehingga siswa adalah objek pelaksana, melaksanakan tata tertib merupakan kewajiban, sehingga penghayatan dan pembiasaan  sikap hidup berdisiplin terhadap peraturan lebih bersifat ketaatan artifisial. Pengembangan tata tertib siswa pada dasarnya mencakup, tata tertib dalam kelas, di luar kelas, dan di rumah. Berikut beberapa butir tata tertib  di kelas, antara lain:
a)             Tidak terlambat masuk kelas (pagi dan setelah istirahat).
b)             Melaksanakan piket dengan baik.
c)             Menjaga kebersihan kelas.
d)            Membuang sampah di tempatnya.
e)             Menempatkan dan merawat peralatan kelas.
f)              Meminta ijin jika keluar kelas.
g)             Menghormati dan berlaku sopan kepada siapapun.
h)             Tidak mengganggu teman.
i)               Tidak bersikap sombong.
j)               Membersihkan kaki, tangan sebelum masuk kelas.
k)             Berbicara dengan baik dan sopan.
l)               Berperilaku terpuji.
m)           Berpakaian seragam dan tertib.
n)             Memelihara rambut.
o)             Memakai sepatu.
p)             Menggunakan waktu secara baik.
q)             Bersahabat dll.

3.        MelakukanUpaya-UpayaPengembanganDisiplinKelas
Dalam mendisiplinkan kelas, juga diperlukan adanya upaya-upaya untuk pengembangan disiplin kelas. Upaya-upaya tersebut adalah sebagai berikut:
a.              Preventif
Upaya preventif  merupakan upaya yang bersifat pencegahan. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara menyusun tata tertib dan peraturan, menetapkan sanksi atau hukuman bagi yang melaggar peraturan, memberikan kesadaran pada murid mengenai arti penting disiplin, dan memberikan hadiah (reward) atau penguatan bagi yang dapat menaati tata tertib sebagai bentuk motivasi, misalnya dengan memberikan pujian, mengacungkan jempol.
b.             Kuratif
Upaya kuratif merupakan upaya yang dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara melaksanakan bimbingan terhadap siswa, memberikan hukuman yang sesuai, dan menuliskan skor pada buku pengamatan kedisiplinan agar anak termotivasi jangan sampai mendapat skor pelanggaran hingga batas maksimal yang ditentukan.

C.                Pendekatan Disiplin
Ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam usaha menciptakan disiplin kelas yang efektif, yaitu:
1.                  PendekatanManajerial
Pendekatan manajerial merupakan pendekatan yang berupaya untuk menyelenggarakan pembelajaran dengan menitikberatkan pada upaya guru dalam mengatur dan mengorganisasi siswa sesuai dengan persepsi guru terhadap siswa. Pendekatan manajerial meliputi:
 a.            PendekatanKekuasaan atau Otoriter
Pendekatan kekuasaan atau otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan menerapkan disiplin yang tegas. Apabila, timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisiplinan kelas, maka diperlukan adanya pendekatan antara lain yaitu melakukan pendekatan perintah dan larangan, penekanan dan penguasaan, penghukuman dan pengancaman.
Contoh:
Di ruang kelas 4 saat pembelajaran terdapat salah satu siswa bernama Dimas suka mengganggu temannya yang sedang memperhatikan penjelasan materi dari gurunya.Dia dipanggil dinda.Dinda merasa terganggu oleh tingkah Dimas. Situasi ini membuat proses pembelajaran menjadi terganggu sehingga guru menggunakan pendekatan kekuasaan untuk menangani hal tersebut. Pendekatan kekuasaan yang dilakukan oleh guru seperti: “Dimas, kalau kamu nakal nanti akan ibu hokum lo?”
b.            PendekatanAncaman atau Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang disiplin kelas sebagai proses pengendalian perilaku siswa. Bentuk-bentuk pendekatan intimidasi tersebut misalnya menggunakan hukuman yang kasar, ejekan, serta ancaman.Kelemahan menggunakan pendekatan ini adalah timbulnya sikap bermusuhan atau tidak harmonisnya hubungan antara guru dengan siswa.
Contoh:
Di ruang kelas 3 terdapat siswa yang mengganggu gurunya sebut saja namanya Adi.Tingkah Adi membuat gurunya menjadi tidak focus dalam pembelajarannya sehingga gurunya menggunakan pendekatan ancaman berupa “Adi, jangan mengganggu ibu dalam mengajar, nanti ibu hokum untuk mempelajari materi tentang Tumbuhan lo?”
 c.            Pendekatan Kebebasan atau Permisif
Pendekatan ini diartikan sebagai suatu proses untuk membantu siswa agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan dan dimana saja. Peranan guru dalam mendisiplinkan kelas menggunakan pendekatan ini adalah guru hanya menjadi pendorong dan fasilitator untuk mengembangkan potensi siswa secara penuh.
Contoh:
Dalam pembelajaran IPA guru membebaskan siswa dalam bereksplorasi untuk mengungkapkan apa yang dia pikirkan. Tentunya dalam pembelajaran ini siswa bebas untuk bertindak dalam bereksplorasi tetapi tetap ikut mengawasi tindakan siswa dalam berekplorasi.
d.            Pendekatan Demokratis
Pendekatan ini dapat dikatakan perpaduan kebaikan antara pendekatan otoriter dan permisif.Pembelajaran ini, membebasakan siswa untuk bertingkah laku dan berkreasi, namun jika dipandang membahayakan atau menyimpang maka guru dapat menegur dan meluruskannya.
Contoh:
Sebelum memulai pembelajaran Matematika guru membuat peraturan terlebih dahulu dengan muridnya (aturan) untuk mengikuti pelajaran matematika.Aturan ini dibuat bersama dengan peserta didik. Misalnya: apabila terdapat siswa yang terlambat saat mengikuti pelajaran matematika maka siswa tersebut diberi sanksi untuk menyanyikan lagu daerah. Penekanan dalam aturan ini adalah siswa mau menerima aturan tersebut dan konsekuensi apabila melanggarnya, karena aturan tersebut merupakan kesepakatan bersama.Oleh karena itu, siswa juga tidak merasa tidak terbebani dengan hukuman ataupun aturannya.
 e.            PendekatanResep atau BukuMasak
Peranan guru dalam pendekatan ini hanya mengikuti petunjuk seperti yang tertulis pada resep. Guru lebih banyak memberikan anjuran, wejangan, perintah serta mengabaikan kebutuhan siswa. Guru yang mendisiplinkan kelas menggunakan pendekatan ini dipandang tidak kreatif karena hanya terpaku pada penyelesaian materi.
Contoh:
Guru mempunyai daftar permasalahan yang terjadi saat proses pembelajaran. Masalah tersebut tentunya memiliki solusi.Solusi setiap permasalahan yang terjadi sudah terdapat pada resep guru tersebut. Misalnya: masalah tentang siswa yang nakal. Penanganannya yaitu guru mengamati dan meneliti tentang karakterisik siswa tersebut.Kemudian mencari alternative pemecahan masalah tersebut, seperti memberikan arahan, teguran, dll.

 f.            Pendekatan Intruksional
Pendekatan intruksional dalam disiplin kelas ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.Oleh karena itu, peranan guru di sini hanya merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa.
Contoh:
                        Dalam pelajaran kewarganegaraan sebelum memulainya guru memberikan indicator dari materi yang akan diberikan. Apabila pemeblajaran telah selesai indicator yang diharapkan yang biasanya berupa perubahan sikap diharapkan dalam setiap pembelajaran kewarganegaraan.
g.            PendekatanTransaksional
Pendekatan ini dinilai lebih fleksibel karena pendekatan ini dikelola bersama guru dan siswa dalam bentuk pembagian tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dapat dikatakan sebagai pengembangan konsep cara belajar siswa aktif.
Contoh:
2.        PendekatanPsikologikal
Pendekatan psikologikal lebih menitikberatkan pada pertimbangan bagaimana siswa di kelas dapat dikelola dengan suatu pendekatan tertentu. Menurut Suparno (dalam Y. Padmono, 2011) menyatakan ada lima pendekatan dalam manajemen kelas, yaitu:
 a.             PendekatanPerubahanTingkahLaku
Peranan guru dalam pendekatan ini adalah mengembangkan tingkah laku yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.Oleh karena itu, menurut pendekatan ini, yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Contoh:
Dalam pembelajaran IPS guru memberikan hadiah apabila terdapat siswa yang mampu menjelaskan materi yang telah dibahas.Hadiah yang diberikan dapat berupa nilai atau poin atau bahkan berupa alat tulis. Hal ini tentu akan memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang pernah dipelajarinya. 
b.             PendekatanIklimSosio-Emosional
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pengelolaan kelas yang efektif memerlukan hubungan positif antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa. Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai maksimal apabila hubungan antarpribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
Contoh:
Di kelas 4 terdapat siswa yang sangat nakal sehingga guru menggunakan pendekatan ancaman.Pendekatan ancaman ini memberikan akibat negative terhadap siswa sehingga siswa menjadi takut. Untuk mengatasi hal tersebut digunkanlah pendekatan hubungan pribadi terhadap siswa tersebut agar siswa tersebut tidak merasa takut akan sikap guru terhadapnya. Pendekatan ini dilakukan di luar kelas tentunya.
 c.             PendekatanKerjaKelompok
Pada pendekatan kerja kelompok, peranan guru di sini adalah mendorong perkembangan dan kerja sama antar kelompok.  Untuk menjaga kondisi kelas  agar tetap baik, guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
Contoh:
Kelas 5 terdapat sekelompok siswa yang mengganggu pembelajaran.Hal ini berakibat disiplin gelas terganggu. Oleh karena itu, guru memberikan nasehat untuk sekelompok siswa tersebut agar tidak mengganggu kelompok lain. Kalian pasti bisa melakukannya.
d.             PendekatanKeterlibatanAktif
Karena belajar merupakan hasil interaksi individu dengan individu, lingkungan, materi, maka proses interaksi hendaknya dapat dikelola menjadi interaksi yang produktif. Oleh karena itu, perlu adanya keterlibatan semua komponen kelas secara aktif.
Contoh:
Di sekolah terdapat sebuah taman kelas terdapat sebuah anjuran atau perintah untuk jagalah aku atau jangan membuang sampah sembarangan. Hal ini memerlukan keterlibatan siswa untuk menjaga kebersihan baik di luar ruangan ataupun di dalam ruangan. Apabila anjuran tersebut dilakukan oleh siswa tentu akan berdampak positif dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan ruang kelas yang bersih merupakan syarat efektif untuk melakuakan pembelajaran sehingga tidak ada keluhan bau sampah.
 e.             PendekatanElektis atau Pluralistik
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.
Contoh:
Di kelas 5 terdapat siswa yang nakal.Penanganan untuk kasus ini guru menggunakan pendekatan kekuasaan dan pendekatan ancaman.Berupa hukuman terhadap siswa tersebut. Misalnya: “Gin, kamu jangan nakal lagi ya? Nanti kalau nakal ibu hokum lo?.Apabila siswa tersebut masih nakal maka guru tersebut menggunakan hukuman berupa mengerjakan tugas atau menghafal materi yang telah dipelajari pada hari itu.
Menurut Sudarwan Danim dan Yunan Danim (2010: 169) menyebutkan ada beberapa pendekatan disiplin.Pendekatan yang tidak begitu disetujui adalah pendekatan yang merekomendasikan bahwa siswa harus sepenuhnya bertanggung jawab dalam memperbaiki sikap mereka. Pendekatan berikutnya yaitu pendekatan yang mengharuskan guru memegang kontrol total karena kepentingan siswa ada di dalamnya ketika guru melakukan hal tersebut. 
Menurut Tauber (dalam Sudarwan Danim dan Yunan Danim, 2010: 170) mengemukakan bahwa satu bentuk pendekatan tidaklah cukup untuk menunjang pengajaran dari hari ke hari.Penting bagi guru untuk menjadi terbiasa dengan tingkat pendekatan yang diperlukan dalam manajemen kelas. Dengan kata lain, guru harus mampu menerapkan lebih dari satu pendekatan yang disesuaikan dengan situasi permasalahannya.
D.    Tipe-Tipe Sikap Siswa
Dalam proses belajar mengajar, seringkali banyak dijumpai beberapa masalah siswa. Masalah-masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe sikap siswa.Beberapa tipe-tipe sikap siswa sebagai berikut:
1.             Anak hiperaktif, anak seperti ini cenderung tidak bisa duduk diam. Ia cenderung bergerak terus-menerus, kadang suka berlarian, suka melompat-lompat, bahkan berteriak-teriak di kelas. Anak ini sulit untuk dikontrol. Ia melakukan aktivitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia pun suka mengganggu teman bahkan gurunya.
2.             Distractibility child adalah anak yang cenderung cepat bosan. Ia seringkali mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek lain di kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas.
3.             Poor self concept adalah anak yang cenderung pendiam di kelas, pasif, atau sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Karakteristik anak seperti ini cenderung tidak berani bertanya atau menjawab, serta merasa dirinya tidak mampu. Karena itu, ia cenderung kurang berani bergaul, dan suka menyendiri.
4.             Anak impulsif adalah anak yang cepat bereaksi setiap guru memberi pertanyaan di kelas. Namun, jawaban yang diberikan sering kali tidak menunjukkan kemampuan berpikir yang logis. Anak seperti ini ingin menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal cara anak itu menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya.
5.             Destructive behavior adalah anak yang suka merusak benda-benda yang ada di sekitarnya. Sikap agresif yang negatif dalam bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa anak ini adalah anak yang bermasalah (trouble maker). Anak seperti ini cepat tersinggung. Ia bertempramen tinggi, yang mengarah kepada perilaku agresif.
6.             Distruptive behavior adalah anak yang sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan nada mengejek, anak ini cenderung menentang guru. Sumpah serapah berupa kata-kata kasar yang tidak sopan sering terlontar.
7.             Dependency child anak yang selalu bergantung pada orang tuanya. Anak seperti ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk berani bisa melakukannya sendiri. Ia sangat bergantung pada orang di sekitarnya. Sikap orang tua yang terlalu over protective atau sangat melindungi membuat anak ini menjadi sangat tergantung.
8.             Withdrawl yaitu anak yang mempunyai sosial ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena dirinya merasa tidak mampu.
9.             Learning disability adalah anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini sulit untuk menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari.
10.         Learning disorder adalah anak yang mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun syaraf. Anak seperti ini cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus, seperti anak yang menderita ASD (Autism Sectrum Disorder).
11.         Under achiever, yaitu anak yang mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun prestasi akademiknya di kelas sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat rendah. Anak seperti ini sering menyepelekan tugas-tugas yang diberikan, dan PR sering dilupakan.
12.         Over achiever adalah anak yang mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi, ia merespon dengan cara cepat. Anak seperti ini tidak bisa menerima kegagalan. Ia tidak mudah menerima kritikan dari siapapun termasuk gurunya.
13.         Slow learner adalah anak yang sulit menangkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya.
14.         Social interseption child adalah anak yang kurang peka dan tidak perduli terhadap lingkungannya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman yang ada di kelas.
Berdasarkan tipe-tipe sikap siswa tersebut, ada beberapa cara yang mungkin dapat meningkatkan perilaku positif siswa yaitu
1.             Memberikan penjelasan dan harapan-harapan pada sikap emosi dan perilaku siswa yang diinginkan, sejelas mungkin.
2.             Menunjukkan dan memberikan penjelasan pada siswa terhadap hal-hal yang negatif dan tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa.
3.             Memberikan perhatian dan pengakuan kepada siswa atas sifat-sifat dan prestasi yang positif untuk dinyatakan pada siswa setiap hari.
4.             Memberikan contoh sikap, kebiasaan kerja dan hubungan interaksi dan komunikasi yang positif.
5.             Selalu memberikan motivasi-motivasi positif kepada siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
6.             Guru harus mampu pandai membawa diri ke dunia mereka, sehigga apa yang akan disampaikan nantinya dapat tepat sasaran.
7.             Mempersiapkan pola pengajaran yang telah terencana dengan baik, dan cara penyampaian yang efektif, kreatif, yang dapat menjadikan siswa aktif.
8.             Memberikan bimbingan belajar khusus pada siswa yang memang memerlukan.
A. Kesimpulan
   Disiplin kelas merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang untuk bersikap patuh terhadap bentuk-bentuk aturan yang telah ditetapkan dalam kelas agar tercipta kondisi kelas yang tertib dan nyaman dalam proses pembelajaran.
Ada beberapa cara untuk dapat menciptakan situasi kelas yang tertib dan disiplin yaitu adanya partisipasi semua komponen sekolah yang terkait untuk menaati aturan dan mencerminkan perilaku disiplin. Komponen sekolah yang dimaksud dimulai dari kepala sekolah, guru, petugas sekolah lainnya yang kemudian diikuti oleh siswa.Selain itu, perlu adanya penggunaan teknik-teknik penanganan disiplin kelas, dan upaya-upaya dalam pengembangan disiplin kelas.
Menggunakan teknik dan upaya dalam disiplin kelas tidaklah cukup, perlu ditunjang adanya pendekatan dalam mendisiplinkan kelas.Pendekatan tersebut dibagi menjadi pendekatan manajerial dan pendekatan psikologikal.Di mana guru harus mampu mengaplikasikan lebih dari satu pendekatan.Pendekatan yang diterapkan harus disesuaikan dengan situasi permasalahan yang sedang dihadapi.
Setelah menguasai teknik, upaya, dan pendekatan dalam mendisiplinkan kelas, guru juga harus bisa mengenal siswa lebih dekat dengan cara mengenal tipe-tipe sikap siswa. Agar, guru mengetahui bagaimana cara mengambil tindakan, bagaimana cara bersikap untuk menangani masalah siswa tersebut sehingga diperoleh penanganan yang tepat.

BELAJAR TUNTAS



A.    Hakikat Belajar Tuntas
Ø  Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengemukakan bahwa belajar tuntas adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok sehingga apa yang dipelajari siswa dapat tercapai semua.
Ø  Menurut Suryosubroto, belajar tuntas adalah suatu filsafat yang mengatakan bahwa dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Ø  Agus Supriyono (2009: 136) menyatakan bahwa belajar tuntas adalah peserta didik diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik.
Ø  John B. Carrol dan Benyamin Bloom (dalam Pembelajaran Remedial, 2004: 11) menyatakan bahwa belajar tuntas adalah pendekatan pengorganisasian pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar lebih menarik sehingga mencapai kepuasan kinerja tentang materi yang dipelajarinya.
Ø  Kesimpulan: belajar tuntas adalah siswa belajar dan mampu melewati kompetensi yang diharapkan.
Belajar tuntas adalah siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.“Jika siswa dikelompokkan berdasarkan karakteristik mereka, maka sebagian besar pelajaran, yang diajarkan sesuai dengan karakteristik mereka, maka sebagian besar mereka akan mencapai ketuntasan.Prinsip belajar tuntas untuk pencapaian kompetensi sangat efektif untuk meningkatkan kinerja akademik. Berdasarkan pada uraian tersebut, maka siswa yang belajar lambat perlu waktu yang lebih lama untuk materi yang sama, mereka dapat berhasil jika mereka diajar dengan metode yang tepat dan materi yang berurutan sejak dari kompetensi awal mereka. Guru harus mempertimbangkan antara waktu yang diperlukan (berdasarkan karakteristik siswa) dan waktu yang tersedia dibawah kontrol guru. Untuk mengetahui ketentuan didalam mereka mempelajari suatu pengetahuan dengan mengadakan penilaian, yang mana nilai ketuntasan standar kompetensi ideal = 100. Guru dan sekolah menentukan nilai ketuntasan minimum secara bertahap dan terencana agar memperoleh nilai ideal. Adapun nilai ketuntasan minimum per matapelajaran ditetapkan berdasarkan tingkat kesulitan dan kedalaman kompetensi dasar yang harus dicapai siswa (dan setiap mata pelajaran nilai ketuntasannya dapat berbeda) tetapi idealnya penentuan ketuntasan diberikan pada setiap indikator.Dan bagi siswa yang belum tuntas harus mengikuti program remedial.

B.     Model Pembelajaran Remedial
1.                  Model Pembelajaran Remedial di Luar Jam Sekolah (Outside School Hours)
Model ini membuat pembelajaran remedial untuk membantu kesulitan belajar siswa terhadap satu atau beberapa materi subjek, sebelum atau setelah jam pelajaran dilaksanakan.Keuntungan pembelajaran remedial model ini adalah:
 a.            Siswa menerima tambahan waktu untuk membahas kembali dari hanya pembelajaran yang biasa diikuti di kelas.
b.            Siswa memperoleh bantuan mengidentifikasikan titian untuk mengisi kesenjangan dengan cara mengadakan informasi tambahan agar lebih mudah memahaminya.
 c.            Kelompok siswa yang tingkat perkembangan inteletualnya sejenis dalam pembelajaran remedial diberikan kesempatan untuk mengajukan kesulitan-kesulitan dan bantuan pendekatan yang sesuai agar lebih memahaminya.
d.            Dalam kelompok kecil pada kelas remedial, akan sangat membantu interaksi antara guru dan siswa belajar dengan bermakna.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan model pembelajaran remedial:
1)             Siswa yang tadinya mengalami kesulitan belajar akan lebih siap mengikuti pembelajaran pada kelas regular.
2)             Perlunya pengaturan khusus dari orang tua siswa agar membantu siswa dari dan ke sekolah di luar jam sekolah yang biasanya.
3)             Kerjasama antar guru remedial dengan guru kelas regular.
Pedoman dalam menerapkan Model Pembelajaran Remedial Outside School Hours:
a.              Penekanan pada remediasi yang bertujuan membantu siswa membangun dasar yang kokoh tentang belajar materi subjek yang dianggap sulit dan kemampuan belajar mandiri dengan bimbingan guru.
b.             Guru hendaknya mengkaji intisari kurikulum yang menekankan pada ketuntasan belajar siswa, dan merencanakan materi tambahan yang sesuai agar betul-betul memantapkan pengetahuan dasar siswa. Pengetahuan dasar ini diperlukan dalam mempelajari materi lanjutan.
c.              Guru pembelajaran remedial dapat memberikan ilustrasi yang lebih banyak sebagai titian memahami materi subjek untuk membantu mamapankan pengetahuan yang diperlukan dan membangun konsep yang lebih baik (pembelajaran lebih efektif bagi siswa) daripada pembelajaran di kelas biasa. Guru dapat juga memberikan bimbingan mengisi LKS (Lembar Kerja Siswa), mencatat hal-hal penting, membahas soal ulangan, jika diperlukan.
d.             Hanya kelompok siswa yang peringkatnya sama yang mengikuti pembelajaran remedial pada topik yang sama.
e.              Jumlah jam pembelajaran remedial tidak sama dengan pembelajaran biasa, misalnya untuk Sains 5 kali pertemuan, Bahasa 5-6 kali pertemuan, dan matematika 3-5 kali pertemuan, sesuai dengan kesulitan siswa.
f.              Lamanya jam pembelajaran remedial sebaiknya disesuaikan (sama) dengan jam pelajaran yang biasa.
2.             Pengambilan secara Tertentu (withdrawal)
Model pelaksanaan pembelajaran remedial ini, dengan cara memisahkan siswa dari kelas biasa, kedalam kelas remedial. Pemisahan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang materi subjek yang dibahas. Model ini tidak digunakan untuk semua mata pelajaran, biasanya hanya topik-topik yang dianggap esensial sebagai fondasi pengetahuan yang lain dan atau lanjutan.
Beberapa keuntungan dalam melaksanakan model pembelajaran remedial yaitu:
a.              Sebagai kelompok siswa yang relatif sangat sedikit (kelas kecil), guru dapat memahami lebih baik kebutuhan siswa secara individual, kinerja (performansi) siswa di dalam kelas dan kesulitan masing-masing siswa dalam belajar.
b.             Memudahkan guru dalam memberikan bimbingan dan bantuan agar siswa lebih memahami topik yang dianggap sulit oleh siswa.
c.              Membantu meningkatkan pembelajaran dalam hal interaksi guru dengan siswa selama pembelajaran, yang memungkinkan siswa tersebut belajar lebih intensif.
Beberapa pedoman dalam menerapkan Model Pembelajaran Remedial Withdrawal yaitu:
a.              Sekolah harus menjadwalkan secara tersendiri mata pelajaran dan topik serta daftar siswa yang akan dipisahkan bersesuaian dengan kebutuhan siswa.
b.             Bila jumlah siswa yang akan mengikuti pembelajaran remedial mencapai 15 orang, sekolah hendaknya mengalokasikan sesuai dengan materi yang diperlukan, dan sebaiknya tidak lebih dari 15 orang dalam satu rombongan belajar.
c.              Sekolah juga menentukan prioritas yang akan dibahas sesuai dengan kebutuhan siswa, misalnya atas dasar konsep esensial, konsep prasyarat bagi topik berikutnya dan tingkat kesulitan bagi siswa.
d.             Sesi remedial baiknya terhadap kelompok siswa yang mempunyai peringkat perkembangan intelektual (pemahaman konsep) sama. Hal ini, memudahkan dalam memberikan fondasi pengetahuan kunci bagi siswa.
3.                  Penggunaan Tim Pengajar (co-teaching)
Model pelaksanaan pembelajaran remedial ini memerlukan tim pengajar, dapat terdiri atas dua atau lebih anggota, bekerja bersama menyiapkan bahan-bahan, pembelajaran, dan penilaian hasil belajar yang mengacu kepada pengingkatan keefektifan pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan cara menyiapkan keberagaman kebutuhan siswa yang berada pada kelas yang sama. Sekolah dapat memilih beberapa materi remedial untuk model ini dalam konteks mengadopsi keseluruhan atau sebagian jumlah jam pelajaran regular yang ada. Sekolah hendaknya menentukan jumlah jam pertemuan untuk masing-masing guru sesuai dengan jumlah mengajar guru dan pengaturan administrasi. Beberapa kelebihan menggunakan model pembelajaran remedial:
a.              Dapat membangun kebersamaan dalam kelompok yang menciptakan suasana kondusif bagi lingkungan pendidikan secara keseluruhan di sekolah.
b.             Dapat membantu dan saling meningkatkan kemampuan professional di antara guru. Hal ini memungkinkan berbagi dan belajar dari kelebihan yang lain, sehingga efektifitas pembelajaran dapat lebih ditingkatkan.
c.              Dapat memberikan keluwesan dalam pembelajaran dengan memberikan guru mengatur pekerjaannya di antara mereka. Misalnya membuat rencana pembelajaran, memilih dan membuat LKS, dll.
d.             Dapat mengurangi efek memberikan “predikat jelek” kepada siswa kelompok khusus, dan memberikan dukungan tentang kebutuhan secara individual kepada siswa.
e.              Dapat membantu meningkatkan interaksi antara guru dan siswa sehingga siswa tidak sungkan menanyakan sesuatu kepada guru.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam melaksanakan model pembelajaran remedial yaitu:
a.              Pemahaman guru tentang konsep pembelajaran remedial dan motivasinya untuk mengimplementasikan model co-teaching ini.
b.             Dukungan dan kerjasama dari administrasi sekolah dan pengalokasian sumber daya yang ada untuk keberhasilan program ini.
c.              Adanya koordinasi dan tingkat pemahaman antara guru sesuai dengan peran yang diberikan, pengalokasian tugas, pengaturan sumber daya yang ada.
d.             Adanya komunikasi dan kesempatan guru sebelum dan sesudah pembelajaran untuk mendiskusikan mulai dari rencana pembelajaran, kemajuan pencapaian masing-masing siswa, dan hambatan-hambatan membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Beberapa pedoman dalam menerapkan Model Pembelajaran Remedial Co-teaching, yaitu sebagai berikut.
 a.             Persiapan
1)             Guru bersama-sama siswa menyusun rencana pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran dan kata kunci topik yang dipelajari, kegiatan, dan aktivitas fisik dalam pembelajaran.
2)             Untuk memenuhi kebutuhan individu siswa, guru sebaiknya mendiskusikan strategi pembelajaran dan adaptasi kurikulum yang diperlukan. Juga merancang dan mengumpulkan bahan remediasi untuk mengayakan materi pembelajaran yang ada di kurikulum.
3)             Peran dan tugas khusus guru, adalah merancang lembar kerja atau menyiapkan media pembelajaran secara jelas setiap topik pembahasan yang bertujuan membantu siswa memahami topik tersebut.
    b.          Presentasi Pelajaran
Selama pembelajaran guru dapat mengadopsi pembelajaran dengan cara yang sesuai dengan ciri topik serta tujuan dan materi pembelajaran. Berikut beberapa latihan yang umum.
1)             Guru mempresentasikan materi subjek bersama-sama atau secara berurutan. Mereka juga dapat memberikan elaborasi atau eksplanasi tambahan tentang sesuatu yang memungkinkan lebih jelas.
2)             Guru dapat mengganti perannya secara bergantian, selama dalam pembelajaran, sesuai dengan keadaan.
3)             Guru mendorong siswa yang lemah dengan membentuk kelompok kecil atau bimbingan secara individual untuk melengkapi dan membantu siswa dalam kerjanya.
4)             Mengembangkan keterampilan dan kebiasaan belajar mandiri di antara siswa (cara memperoleh informasi), dan memberikan contoh-contoh yang faktual dan masukan kepada siswa.
5)             Mengobservasi dan mencatat kinerja siswa. Sangat penting bagi mereka menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang baik, untuk membantu konsentrasi, meningkatkan pertanyaan dan mengambil catatan selama pelajaran.
6)             Mempertahankan agar kelas tetap tertib, dan suasana belajar dengan menciptakan suasana kelas saling membantu (berkolaborasi antar siswa).
c.               Evaluasi dan review
1)             Mengevaluasi cara anggota tim dan perannya dalam bekerjasama dalam kelompok.
2)             Mengubah materi pembelajaran dan memperbaiki strategi pembelajaran dalam memebuhi kebutuhan siswa.
3)             Mengevaluasi kinerja siswa dan kemajuan belajarnya.
C.                Pembelajaran Pengayaan
Secara umum, pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik dapat melakukannya.Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, lazimnya guru mengadakan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari sebelum pembelajaran dimulai. Kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb.Melengkapi strategi pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video, komputer multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses dengan menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Penilaian proses juga digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran bila dijumpai hambatan-hambatan.
Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian.Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan kompetensi tertentu.Penilaian akhir program ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah peserta didik telah mencapai kompetensi (tingkat penguasaan) minimal atau ketuntasan belajar seperti yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.
Jika ada peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal yang ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa program pembelajaran pengayaan.Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya.Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir, kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dan sebagainya.Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya.
1.      Jenis Pembelajaran Pengayaan
Ada tiga jenis pembelajaran pengayaan, yaitu:
    a.          Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang dirancang untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa peristiwa sejarah, buku, tokoh masyarakat, dsb, yang secara regular tidak tercakup dalam kurikulum.
    b.          Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
    c.          Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah. Pemecahan masalah ditandai dengan: (a) identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan; (b) penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan; (c) penggunaan berbagai sumber; (d) pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan; (e) analisis data; dan (f) penyimpulan hasil investigasi.
Sekolah tertentu, khususnya yang memiliki peserta didik lebih cepat belajar dibanding sekolah-sekolah pada umumnya, dapat menaikkan tuntutan kompetensi melebihi standari isi.Misalnya sekolah-sekolah yang menginginkan memiliki keunggulan khusus.
2.                  Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
Pemberian pembelajaran pengayaan pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan lebih, baik dalam kecepatan maupun kualitas belajarnya.Agar pemberian pengayaan tepat sasaran maka perlu ditempuh langkah-langkah sistematis, yaitu (1) mengidentifikasi kelebihan kemampuan peserta didik, dan (2) memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran pengayaan.
 a.            Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar
1)             Tujuan
Identifikasi kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui jenis serta tingkat kelebihan belajar peserta didik. Kelebihan kemampuan belajar itu antara lain meliputi:
a)             Belajar lebih cepat. Peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi ditandai dengan cepatnya penguasaan kompetensi (SK/KD) mata pelajaran tertentu.
b)            Menyimpan informasi lebih mudah. Peserta didik yang memiliki kemampuan menyimpan informasi lebih mudah, akan memiliki banyak informasi yang tersimpan dalam memori/ ingatannya dan mudah diakses untuk digunakan.
c)             Keingintahuan yang tinggi. Banyak bertanya dan menyelidiki merupakan tanda bahwa seorang peserta didik memiliki hasrat ingin tahu yang tinggi.
d)            Berpikir mandiri. Peserta didik dengan kemampuan berpikir mandiri umumnya lebih menyukai tugas mandiri serta mempunyai kapasitas sebagai pemimpin.
e)             Superior dalam berpikir abstrak. Peserta didik yang superior dalam berpikir abstrak umumnya menyukai kegiatan pemecahan masalah.
f)             Memiliki banyak minat. Mudah termotivasi untuk meminati masalah baru dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan.
2)             Teknik
Teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan berlebih peserta didik dapat dilakukan antara lain melalui: tes IQ, tes inventori, wawancara, pengamatan, dsb.
a)             Tes IQ (Intelligence Quotient) adalah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik. Dari tes ini dapat diketahui tingkat kemampuan spasial, interpersonal, musikal, intrapersonal, verbal, logik/matematik, kinestetik, naturalistik, dsb.
b)            Tes inventori. Tes inventori digunakan untuk menemukan dan mengumpulkan data mengenai bakat, minat, hobi, kebiasaan belajar, dsb.
c)             Wawancara. Wanwancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai program pengayaan yang diminati peserta didik.
d)            Pengamatan (observasi). Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun tingkat pengayaan yang perlu diprogramkan untuk peserta didik.
    b.          Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
Perlu diperhatikan bahwa penyelenggaraan pembelajaran pengayaan ini terutama terkait dengan kegiatan tatap muka untuk jam-jam pelajaran sekolah biasa.Namun demikian kegiatan pembelajaran pengayaan dapat pula dikaitkan dengan kegiatan tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.Sekolah dapat juga memfasilitasi peserta didik dengan kelebihan kecerdasan dalam bentuk kegiatan pengembangan diri dengan spesifikasi pengayaan kompetensi tertentu, misalnya untuk bidang sains.Pembelajaran seperti ini diselenggarakan untuk membantu peserta didik mempersiapkan diri mengikuti kompetisi tingkat nasional maupun internasional seperti olimpiade internasional fisika, kimia dan biologi.
Sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran, kegiatan pengayaan tidak lepas kaitannya dengan penilaian. Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan, tentu tidak sama dengan kegiatan pembelajaran biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari peserta didik yang normal.
1)             Pembelajaran Model Mentoring dan Tutoring
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar pembelajaran melalui mentoring dan tutoring dapat berjalan dengan baik:
a)             Tutor perlu diberikan bekal latihan membimbing pembelajaran.
b)            Tutor dan peserta hendaknya jelas perannya masing-masing dan harapan yang dilakukan.
c)             Tutor dan peserta memerlukan supervise dan masukan tentang kinerjanya, khususnya pada saat awal proses tutorial.
d)            Guru dengan tutor hendaknya menciptakan cara yang efektif dan efisien dalam merekam dan melaporkan kemajuan yang dicapainya.
Disamping itu, tutor atau mentor sejawat (siswa yang berkecakapan tinggi) dapat membangun kembali dan melengkapi konsep yang telah dipelajari dalam pembelajaran biasa., di dalam struktur kognitifnya. Membangun kembali pengetahuannya dengan pengayaan contoh-contoh (pengayaan horizontal) dan juga mendalami lebih lanjut konsep berikutnya secara mandiri (pengayaan vertical=pendalaman materi). Pengulangan kembali konsep dan pengetahuan tersebut. Dalam proses tutoring atau mentoring oleh rekan sejawat, dapat diartikan sebagai proses pengulangan dan mengekspresikannya kembali sebagai proses pemaknaan ulang bagi siswa bersangkutan.
Kelemahan model ini bila dilakukan secara berulang dalam kurun waktu yang lama, dapat menimbulkan rasa superioritas bagi siswa yang mempunyai kecakapan lebih.
2)             Pembelajaran Model Proyek
Model pembelajaran pengayaan yang lain bagi siswa yang mempunyai kemampuan belajar lebih cepat daripada siswa rata-rata, yaitu dengan memberikan tugas khusus (proyek). Proyek yang ditugaskan kepada siswa berkemampuan lebih ini sebagai tindak lanjut dari pengetahuan yang dipelajarinya.Tugas yang dilakukan siswa berupa pengayaan horizontal, yaitu mencari contoh-contoh lain dari yang telah dipelajarinya di kelas dan penjelasan yang original dari contoh baru tersebut.
Alternative lain model proyek, adalah tugas yang dilakukan siswa mencari penjelasan lebih lanjut (pendalaman secara vertical) dari sekedar pengatahuan yang dipelajarinya dalam pembelajaran biasa.
Kedua model proyek ini yang dapat dijadikan sebagai tugas bagi siswa tersebut, berupa penelitian sederhana, berdasarkan sumber informasi yang digunakan siswa, yaitu penelitan literature (dari berbagai buku teks), penelitian empiris (melakukan observasi langsung kelapangan dengan eksperimen atau mengamati fenomena sebenarnya di alam), atau mencari data dari berbagai narasumber yang berkompeten. Masalah atau kasus yang dijadikan sebagai focus penelitian dapat diajukan oleh siswa, diberikan oleh guru, masalah yang ditemui siswa lain, atau negosiasi antara guru dan siswa.
Alokasi waktu yang digunakan dalam pembelajaran pengayaan model ini, dapat bervariasi.Dapat menggunakan waktu-waktu kurikulum dengan kegiatan siswa yang dilakukan pada waktu di luar pelajaran biasa, menggunakan waktu ekstrakurikuler.Produk kegiatan siswa ini adalah laporan lengkap hasil penelitian sederhana (sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa). Laporan yang dihasilkan ini, sebaiknya dipresentasikan di depan siswa yang lainnya.
3)             Belajar Kelompok
Sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti pembelajaran remedial karena belum mencapai ketuntasan.
4)             Belajar mandiri
Secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang diminati.
5)             Pembelajaran berbasis tema
Memadukan kurikulum di bawah tema besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu.
6)             Pemadatan kurikulum
Pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan demikian tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh kompetensi/materi baru, atau bekerja dalam proyek secara mandiri sesuai dengan kapasitas maupun kapabilitas masing-masing.
A.    Kesimpulan
Belajar tuntas adalah siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.Adapun model pembelajaran yang digunakan dalam belajar tuntas ada 2 yaitu pembelajaran remedial dan pembelajaran pengayaan.Pembelajaran remedial diberikan kepada siswa yang belum tuntas (terlambat dalam menguasai kompetensi). Didalam pembelajaran remedial terdapatmodelpembelajaran remedial di luar jam sekolah (Outside School Hours), pengambilan secara tertentu (withdrawal) dan Penggunaan Tim Pengajar (co-teaching). Sedangkan, dalam pembelajaran pengayaan terdapat pembelajaran model mentoring dan tutoring, pembelajaran model proyek, belajar kelompok, belajar mandiri, pembelajaran berbasis tema, dan pemadatan kurikulum.


wibiya widget